Senin, 26 Januari 2015

Kecerobohan berbuah Kerepotan

Urusan dengan BRI haru segera ku tuntaskan. Memang, ini adalah kecerobohanku. Tapi, ini hakku juga untuk mendapatkan pelayanan sosial yang terbaik. Sampai detik ini dan ntah sampai kapan, aku belum berani mengakui ke mami tentang kejadian ini. Hemm..udah pasti bakal dimarahin sih, tapi yang aku khawatirkan adalah khawatirnya mami. Takutnya, karena mami udah tahu, setiap hari mami bakal nanyain tentang perkembangan kasusnya *kayak tindak pidana ajee. Permasalahannya adalah, kadang aku nggak bisa berbuat apa-apa ketika aku dalam tekanan.

Hari ini, aku kembali menelvon BRI centre untuk memastikan perkembangan pemrosesan pengaduanku. Dan, ternyata belum ada hasilnya. Aku disuruh kembali bersabar rupanya.
"El, El ada kegiatan?" tanya kak Dewi dari depan pintu kamarku.
"Nggak Kak. Ada apa tu?"
"Kakak mau minta tolong antarkan Fajri ke sekolah El karena Abang kerja."
Aku menyanggupi. Kami melewati AURI dan selebihnya Fajrilah yang menunjukkan arahnya. Ternyata di hafal sampai ke depan sekolah SDnya ini di daerah simpang tiga. Melewati gerbang bandara SUSKA II membuatku kembali merindu masa-masa penuh buru itu. Ya! Aku rindu untuk kembali terbang, membelah bumi, merenangi awan.

Senyum Syurga-Nya

Lewat puisi ini aku ingin berkisah
Tanpa nada tanpa suara tanpa bicara
Tentang bidadari berair mata
Untuk bidadari beraroma doa

Mungkin pada menit ini ia telah lelap
Membawa penat seharian tadi
Tak ada yang dibiarkannya tahu
Padahal penat menjadi-jadi
Sekujur tubuh dirambahi
Hanya senyum yang dibeberkannya

Walau tanpa melihat, aku tahu
Doanya masih sama seperti dulu
Menitipkan kami kepada waktu
Agar tak perlu dirinya memberi tahu
Zaman boleh pergi, doanya tetap untukku

#Untuk Ibu Puisiku
Januari 2015