Sabtu, 23 Mei 2015

Demi Sebuah Demi

Bukan tentang indahnya pelayaran
Tapi tentang pahitnya ketidaksampaian
Raga telah melalang juang
Menepikan ragu yang sebenarnya menengah
Demi sebuah demi tetap jua ku turuti niatan hati
Rupanya hasil menghianati usaha

Mei yang mulai menepi, 2015

KPN hari ke-3; Jumpa yang Tergenapi

Gerimis. Mendung. Padahal udah janji dengan teman-teman untuk ngumpul jam 07.00wib di TKP untuk persiapan penampilan budaya. Akhirnya, aku baru tiba di TKP nyaris pukul 8. Langsung saja aku bergabung dengan teman-teman se-tim. Kami berlatih musikalisasi puisi Gurindam 12 dan tari Rentak Bulian lagi. Aku dan Dini jadi pendamping dadakannya dek Teguh untuk pembacaan puisi Jembatan.
Pukul 09.00wib, kami diminta baris memanjang, berdampingan cewek-cowok di depan pintu aula Akasia. Ah, ternyata pakai acara catwalk pula kali ini! Aku berpasangan dengan Firdaus dan berada diurutan tengah dari 23 pasang peserta.
“Ada yang mau jadi volunteer untuk tampil duluan?” tanya panitia setelah seluruh peserta memasuki ruangan.
“Kita duluan. Kita duluan!” tegas dek Najib.  Aku setuju dan yang lainnya juga.
Aku dan Najib belagak menjadi MC dalam acara Pagelaran Budaya Melayu Riau 2015.
“Penampilan pertama yaitu Tari Rentak Buliaaaaaaaaan,” sambut Najib kepada penonton.
Kami langsung bergabung dengan teman-teman se-tim dan mengambil posisi. Aku berada di posisi paling belakang dan ikut jingkrak-jingkrakan mengikuti dukun yang berada paling depan. Belum sampai 2 menit rasanya, “Cut!” kata panitia. Kami pun menurut dan kembali ke tempat duduk.
Aku dan dek Najib kembali menjadi MC dan menyeting seolah-olah telah berada di acara puncak. “Marilah kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah, inilah dia Gurindam 12…”

Inspirasi: Jika Teknologi Gagal

Jika ternyata tekonologi tidak berhasil membuat kita semakin produktif, lantas untuk apa?
Jika ternyata tekonologi tidak berhasil membuat kita semakin berpengetahuan, lantas untuk apa?
Jika ternyata tekonologi tidak berhasil membuat kita semakin erat persaudaraan dan sapa-nya, lantas untuk apa?
Jika ternyata tekonologi tidak berhasil membuat kita semakin mudah menyebarkan kebaikan, lantas untuk apa?
Jika ternyata tekonologi tidak berhasil membuat kita semakin pandai membagi waktu, lantas untuk apa?