MENULIS adalah AKU; caraku beristirahat, caraku memaafkan, caraku mencintai dan caraku hidup abadi.
Sabtu, 25 Juli 2015
Sakit jadi Sakti
Inspirasi: Sifat Asli atau Sifat buruk?
Sering banget kalau kita ngomongin
sifat-sifat orang, sering banget kita dengar atau ucapkan kalimat ini, “Huh,
dia belum tahu aja tuh sifat aslinya si anu kayak apa!”
Nyadar nggak sih, kita tu sering banget
menamai sifat terburuk seseorang itu sebagai sifat aslinya. Padahal, bisa jadi
itu justru bukan sifatnya. Mungkin, karena dia disakiti atau merasa posisinya
terancam, akhirnya dia bereaksi berlebihan untuk melindungi dirinya. See? Bisa
jadi juga kan, sifat aslinya dia adalah pemaaf, penyayang dan sabar. Tapi,
kebanyakan dari kita memang sering menamai ‘belum muncul sifat aslinya’ kalau
orang itu belum melakukan hal buruk yang nggak bisa ditolerir dan saat itulah
label sifat asli tadi langsung
dikalungkan.
Kalau Kita Tidak Menyimak, Bagaimana Bisa Memperbaiki?

Ku paksakan diriku untuk bangkit, meskipun perut masih
terasa sakit. Tapi, semoga nggak sampai bocor kayak kemarin lagi.
“Udah aman?” papi menepuk pundakku.
“Sendawanya sih masih bauk Pi.”
“Tapi kan yang penting semalaman nggak ada kebelet ke WC.
Tandanya udah nggak apa-apa tuh.”
“Semoga aja deh Pi. La jadi?”
Sholat Subuh kali ini diimami oleh Nilam dan bacaannya
lumayan panjang. Perutku sempat kembali kerucukan di pertengahan sholat. Tapi,
untungnya bisa ku tahan hingga selesai. Setelah salam terakhir, aku tergeletak
dan berusaha tidur lagi supaya perutnya semakin membaik. Aku fikir sih begitu.
“Eh, sebenarnya yang koe baca krusak-krusuk-krusak-krusuk
pas imam baca surat pendek itu apa El?” tanya mami.
“Maksudnya Mi?”
“Waktu imam sedang baca surat pendek, koe baca apa?
Alfatiha?”
“Iya. Kan dulu Papi ngajarinnya gitu kan?”
“Kan waktu itu udah dikasih tau lagi kalau yang bener tu
nggak kayak gitu.”
“Jadi gini, sewaktu imam menziharkan suara (mengeraskan),
maka kita harus mengikuti bacaan imam. Jadi, waktu imam baca Alfatiha, kita pun
baca begitupun kalau imam baca surat pendek. Jadi, sewaktu imam ada kesalahan
bacaan, kita langsung nyambung dan bisa memperbaiki. Kalau misalnya kita aja
sibuk baca Alfatiha, gimana kita bisa menyimak bacaan imam? Kalau kita nggak
tahu surat apa yang dibaca sama imam, minimal kita mendengarkannya. Kan berpahala
juga,” jelas papi dengan mantap.
Aku menyimak penjelasan papi itu. kemudian melanjutkan
mengaji. Biasanya ketika imam membaca Alfatiha, aku merenungi terjemahnya. Tapi,
yang dibilang papi emang bener juga, kalau
kita nggak menyimak, gimana kita bisa memperbaiki?
Langganan:
Postingan (Atom)