
“Kak, Kak Elisaaa. Kaakkk…”
Suara Fajri membangunkanku. Mimpiku barusan seolah terhubung
dengan suara ini, tapi ketika aku beranjak dari tempat tidur, seketika mimpiku
terlupa. Ntah tentang apa tadi.
“Ya, ada apa Dek?”
“Kak, pinjam motor.”
“Mau ke mana memangnya?”
“Mama mau jumpain Papa.”
Wahhh….gaswat nih. Don’t-don’t (baca: Jangan-jangan) akan
ada perkelahian lagi setelahnya. Ah, syudahlah, itu bukan urusanku.
“Nih kuncinya. Nanti pegang aja dulu ya Fajri, Kakak mau
lanjut tidur nih.”
Ku picingkan mata, menatap ke layar HP. Ternyata jam 1 dini
hari. Huaammmm… ada baiknya kalau aku lanjutkan tidur dulu. Alarm ku set ke jam
3. Kalau sekarang aku ngetiknya, badanku yang bakal sakit ntar. Tapi, untuk
beberapa menit selanjutnya, aku belum juga berhasil tertidur. Fikiranku
menembus tembok dan menelusuri jalan di sekita kosan ini. Yap, fikiranku
terjaga dan berjaga di luar sana, seolah akan menyaksikan apa yang sebentar
lagi terjadi.