"El semalam sahur pake apa rupanya?” tanya Rini sambil
celingukan nyari makanan.
“Kerupuk sama kecap aja.”
“Lalu El bangga dengan semua itu?”
“Iyaa donk. La jadi?”
Akhirnya Rini membeli sebungkus mie goreng dan sebungkus
kerupuk. Awalnya aku baik-baik aja. Tapi semakin lama mendengar seruputan kuah
mie dan decap-decap kunyahan Rini, kok aku semakin merasakan sesuatu. Lapar. Ah,
bagaimana ini?
Niat untuk membatalkan puasa mulai bermunculan. Nggak apa-apa
kali ya kalau aku batal aja? Ini kan hari minggu, mungkin lebih baik kalau hari
senin aja, biar dapat pahala sunnah seninnya juga. Ya! Aku akan puasa hari
senin aja. *Aci pulak tawar menawar gini ya? huahhh..
“Rin, kayaknya aku nggak puasa dulu deh hari ini.”
“Ya udah, makanlah mie ini haa.”
Kan bener? Ternyata mienya Rini nggak habis. Coba kalau aku
puasa, pasti mienya Rini jadi terbuang. Itu kan mubazir pemirsaaa.. *Halaahh, banyak
alasan!
“Aku malah rencananya mau puasa dari hari Senin sampai Jumat
sekaligus El. Biar langsung lunas hutang puasaku.”
“Ya udahlah, aku juga iya dari hari senin sampai kamis. Sama
ya kita!”
“Tul ya? Awas kalau nggak jadi.”
“Yuhuuuu.”
“Loh, El kan nggak punya hutang puasa. Mau puasa apa
rupanya?”