Minggu, 09 Agustus 2015

Menerbangkan Nama, Menyampaikan Doa

"El semalam sahur pake apa rupanya?” tanya Rini sambil celingukan nyari makanan.
“Kerupuk sama kecap aja.”
“Lalu El bangga dengan semua itu?”
“Iyaa donk. La jadi?”
Akhirnya Rini membeli sebungkus mie goreng dan sebungkus kerupuk. Awalnya aku baik-baik aja. Tapi semakin lama mendengar seruputan kuah mie dan decap-decap kunyahan Rini, kok aku semakin merasakan sesuatu. Lapar. Ah, bagaimana ini?
Niat untuk membatalkan puasa mulai bermunculan. Nggak apa-apa kali ya kalau aku batal aja? Ini kan hari minggu, mungkin lebih baik kalau hari senin aja, biar dapat pahala sunnah seninnya juga. Ya! Aku akan puasa hari senin aja. *Aci pulak tawar menawar gini ya? huahhh..

“Rin, kayaknya aku nggak puasa dulu deh hari ini.”
“Ya udah, makanlah mie ini haa.”
Kan bener? Ternyata mienya Rini nggak habis. Coba kalau aku puasa, pasti mienya Rini jadi terbuang. Itu kan mubazir pemirsaaa.. *Halaahh, banyak alasan!
“Aku malah rencananya mau puasa dari hari Senin sampai Jumat sekaligus El. Biar langsung lunas hutang puasaku.”
“Ya udahlah, aku juga iya dari hari senin sampai kamis. Sama ya kita!”
“Tul ya? Awas kalau nggak jadi.”
“Yuhuuuu.”
“Loh, El kan nggak punya hutang puasa. Mau puasa apa rupanya?”

“Puasa sunnah 6 hari Cuy di bulan Syawal. Kalau nggak salah, begini hitung-hitungannya; Kita kan puasa di bulan Ramadhan itu dianggap 30 hari, dikalikan 10 hari pahala puasa sama dengan 300 hari. 6 hari yang kita puasa di bulan Syawal ini pun dikalikan 10 hasilnya 60. Jadi, seolah-olah kita puasa setahun penuh Rin. Gicuuu..”
“Ooooooo….”
“Eh, jadi nanti kita ke….?” *kami bisik-bisik aja, biar pemirsa nggak tahu. Hihihi
“Aku ngikut aja nyaa.”
“Habis zuhur aja ya. Jam segini masih sepi di sana.” 
“Eh, aku ada ide, ntar aku akan pake jaket tebal supaya cepat keringatan dan lemakku pada rontok semua. Eh, pulang-pulang udah kurus aja ntar aku. Hehe.”
“Buatlaah buaat,” jawab Rini. Malas.

***
“El, awas ada polisi di depan kitaaa!” pekik Rini.
Secara mendadak, aku segera berbelok ke kiri, ke halaman ruko. Rini terkejut.
“Setidaknya, kalau kita pura-pura parkir di sini, kita aman Rin. Belum pernah dengar kan ada polisi ngerazia motor orang yang sedang belanja di toko?”
“Hemmmm..bener-bener-bener.”
Setelah polisi tadi sirna. Aku melanjutkan perjalanan. Ternyata, penderitaan kami belum selesai. Di sebelah kanan jalan ada pos GURINDAM. Aku ingat banget, di sanalah aku dan kak Dila digiring karena nggak nyalakan lampu siang hari.
“Tamatlah kita Rin! Ini wilayah rawan loh.”
“Sembunyi di balik mobil ini El. cepaat!”
Ide Rini boleh juga nih. Kami berhasil lolos. Sekarang, sudah memasuki jalan Riau.
“Kemarin aku sama Kak Dila tu nggak nyadar kalau di situ banyak polisi. Kami ngobrol santai pulak tuh. Slowww aja aku naik motornya, sambil melenggang, eh ternyata kami diteriakin peluit aja. huh.”
ALAMAK! Ternyata 50 meter ke depan, sebelah kiri ada beberapa polisi yang sedang siaga. Tanpa diingatkan lagi oleh Rini, aku segela menyelip ke badan mobil sebelah kanannya untuk menghalangi pandangan polisi. Yes! Kami selamat lagi. Makasih ya Allah.

“Mimpi apa kita semalam Bung? Kok banyak kali polisi hari ini?”
“Iya nih Bung. Aku juga nggak ngerti.”
“Eh, kita saling manggil Bung aja yok? Aku bung Hatta, soalnya dia dingin dan serius.”
“Iya. Aku Bung Karno karena orangnya romantis.”
“Iya, dia lemah di hadapan wanita. Kayak El yang gatal. Yuhuuu.”

“Rin, aku ada baca di FB tadi pagi. Ada sorang ikhwan yang taaruf sama akhwat dan si ikhwan itu nggak mau lanjut ke tahap yang lebih serius karena 1 alasan sepele. Rini pasti nggak akan menyangka.”
“Apa rupanya?”
“Karena cewek itu nggak punya akun medsod.”
“Loh?”
“Heran kan? Aku juga awalnya gitu. ku bacalah sampek habis saking penasarannya. Ikhwan itu bilang gini, ‘Saya maunya dia punya akun medsos tapi bukan yang baru dibuat ketika saya ungkap. Saya pengen setelah menikah nanti mention-mentionan kalimat-kalimat mesra, ekspos kemesraan kami kayak pasangan yang lainnya. Kenapa mesti ditutup-tutupi? Yang haram aja dengan pedenya memamerkan kemesraan mereka tanpa rasa bersalah sama pacarnya. Terus, yang halal kenapa mesti ditutup-tutupi?’ gitu katanya Cuy.”
“Ooooo….”
“Keren kan. Pemikirannya anti mainstream. Beda banget. Bener-bener out of the box. Dia juga bilang dari medsos, dia bisa tahu seperti apa calonnya itu, gimana aktivitas dunia mayanya karena statusnya adalah cerminan dirinya. Gitcuuuhh.”
“Iya juga ya.”
Semoga blogku bener-bener bermanfaat nanti ya Allah. Semoga juga bisa mempertemukanku dengan jodoh yang sholeh yang ingin mengenaliku diam-diam sebelum ‘mendatangi’ku. Aamiin. Beri aku kisah cinta yang indah dan ajaib ya Allah. Aamiin. Mungkin, seperti Ali dan Fatimah.



Dari jalan Riau, kami terus saja memasuki singunggung, kemudian ke Arengka 2.
“Hemmmm…jadi pengen pulang kalau lewat sini….”
“Pulanglah sekarang sanaa!” Padahal dalam hatiku, Rini kok ngomongin pulang sih? Jahat!
Itu mobil INTRAkuuuu. Kayaknya bentar lagi mau berangkat tuh. Ternyata tiap hari ada aja ya yang ke SIantar?”
“Kan nggak persis ke Siantarnya aja orang-orang ini ndak? Siapa tahu ada yang disinggahi ke Medan.”
“Nggak El, lain lagi mobilnya kalau ke Medan.”
Akan ku buat Rini lupa untuk pulang dan nggak terasa sampai Oktober tetap di sini! Hak hak hak hakk (Ketawa raksasa)

***
“Ada uang seribu El?”
“Nggak ada.”
“Kurang nih uangnya seribu lagi.”
“Udah nggak apa-apa Nak. Ambil aja,” kata ibu pemilik Ampera Novi Jaya ini.
“Beneran ini Bu? Nggak enak kami jadinya.”
“Nggak apa-apa. Cuma seribu kok.”
“Makasih ya Buukk.”
Aku dan Rini memperbincangkan kemuliaan hari pemilik dan kariyawan rumah makan yang satu itu, sampai ke kosan.
“Abang baik hari itu mana ya Rini? Kok nggak kelihatan lagi.”
“Iyaaa..ntah ke mana Abang tu. Abang yang satunya lagi pun ntah manaa.”
“Yah, semoga di mana pun dia berada, dia tetap dalam keselamatan dan baik-baik aja.”
“Amiin.”

Pedagang yang jujur dan ikhlas itu sulit banget ditemui zaman sekarang, pemirsaaa. Aku pernah punya uang Rp 5000 di saku dan motorku kehabisan bensin. Terus, aku mampir ke warung untuk beli setengah liter aja minya bensinnya tapi nggak dikasihnya sama sekali. Bahkan, aku sampai bilang, ‘Seberapapun yang dikasih dengan uang Rp 5000 ini, saya terima.’ Tapi hasilnya tetap Nihil. Kalau kata Rini, ‘Mereka itu lebih rela menolak rezeki daripada menolong orang, El!”
Makanya, ketika bertemu dengan pedagang yang baik hati itu rasanya sesuatuuu banget. Apalagi kalau ada pedagang yang nggak masalah rugi seribu dua ribu demi kemudahan pembelinya. Beuh! Tok cerr.. *Ini modus atau gimana ya? Hahha.Kalau dapet kebaikan semacam itu, apa yang pemirsaaa fikirkan? Kalau aku ini, ‘Ya Allah, ringankan juga hatiku untuk menolong orang lain.’ Aamiin.
Sesampainya di kosan, aku dan Rini langsung mengeluarkan barang-barang apa aja yang udah kami beli tadi. Ternyata Rini lebih banyak daripada aku. Rini beli 3 kaos, 1 kemeja putih dan 1 dress sedangkan aku beli 1 dress, 1 blazer dan 1 rompi. Ye yee yee. Have a good style everyone… ^_^

***
085278XXXX memanggil…
Ku lirik jam di laptop, sudah nyaris jam 10 malam. Siapa pula nomor baru ini? Ku biarkan saja sampai 3 panggilan tak terjawab.
“Sorri ya Bung nggak ku angkat. Tadi siang ku angkat, tapi kau matikan. Ya udah deh, selamat!”
Malam ini, aku chating dengan teman-teman Thailandku. Rasanya rinduuu banget dengan mereka. Mereka tetap ajar amah dan asyik diajak cerita. Udah banyak yang wisuda ternyata, bahkan ada yang udah mulai lanjut ke Master. Yang lebih mengejutkan adalah saat Tarnmay cerita bahwa Jab, Buddyku selama di ASC kemarin ternyata sekarang sedang di Newzeland, ikut English course. Wah, busyeet dah tu bocah! Itu dana pribadi atau dia ikut program? Kalau dana pribadi berapa pula habisnya yak? Ah, tapi nggak apa-apalah, dia sendiri yang bilang kalau orang tuanya bisnismen. Dia aja udah pernah ke Korea. Hikss.. aku mauuuuu jugakkk.
AHAAA! Aku punya ide.
Besok, aku akan minta Jab menuliskan namaku di atas kertas dan fotoin di pemandangan yang cakeppp. Ye yeee yee. Kemarin waktu si Rebecca ke England, aku juga sempat minta hal yang sama, tapi dianya nggak sempat. Gagal deh nerbangin nama ke England. Hihii.. semoga besok langsung ke sana ajaa. Aamiiin *antusias. ^_^

Tidak ada komentar: