“El tuh, sediakanlah waktu dalam sehari untuk Quality Time
dengan Nilam. Ini sibuuuk terus.”
“Kan biasanya juga 2 minggu sekali dia pasti ku jemput Rin…
Ini nggak bisa karena besok ada kegiatan.”
“Iya tahu. Maksudku pergi gitu loh, ntah ke mana gituuu.
Ntah ajak si Nilam ke Gramedia, atau ke Alam Mayang atau ke Puswiiill. Banyak
kok tempat yang bisa didatangi. Jalan berdua aja gitu. Ini Cuma di rumah aja,
disuruh pula tuh nyuci baju. Keja m x lah Kakak yang satu ini.”
Aku memikirkan cermat-cermat kalimat Rini itu. Benar. Aku
memang terlalu sibuk atau memang tidak mau meluangkan waktu? Ini baru Nilam,
gimana kalau seandainya ada Salsa atau Moza juga? Atau ada keluargaku yang lain
di sini? Bisa nggak aku meluangkan waktuku untuk mereka? Ini baru masa kuliah
loh, gimana kalau ntar aku beneran sukses dan jam terbangku tinggi? Hiksss,
jangan-jangan ngangkat telvon pun aku nggak sempat? hiksssss,
“Rin? Gitu ya?” aku bertanya setelah diamku.
Rini membalas dengan anggukan.
Pernahkah kamu merasa tersentil dengan hal-hal yang sepele
dan remeh-temeh? Aku pernah dan inilah kejadiannya. Ya Allah, ternyata aku
belum selesai dengan diriku. Ini ujian ‘waktu’ darimu dan pelajaran untukku tentang
akhlak kepada keluarga. Aku harus memperbaiki diri dengan yang 1 ini terlebih
dahulu. Agar ketika telah tiba masanya, aku telah pantas dan tahu ‘bersikap.
“Pi, setelah Maghrib El jemput Adek.”
“Katanya besok mau pergi?”
“El ajak aja Nilam ikut besok, Pi,” ini atas saran Rini.
“Nah..gitu kan sedaaappp…” Sampai segitu legakah papi? hiksss, maaf
pi.