Minggu, 01 Februari 2015

Pergiku untuk Padamu

Pagi yang biasa memergikanku sendiri, kini tak lagi
Aku pergi bersama adik tertua, Nilam
Ia membersamai dalam siap-kemas hari
Setidaknya aku tak sendiri menikmati sepi

Mami, Papi, Dek Moza, Dek Salsa, Meh Ganteng
Membersamai penantian pergi kami di taman depan
Salah tingkat di menit-menit bungsu
Berharap waktu menunggu yang akan berlaku
Aku masih rindu berpangku rindu pada ibu
Belum ingin beranjak
Apapun bagai rela ditukarkan asal di sini
Tapi tak kan mungkin, cita memanggil pergi

Aku dan Nilam dilepas dengan senyum tanpa air mata
Kami yang demikianlah
Nilam tersengguk-sengguk
Aku membujuk
Bahwa pergi kita untuk kembali
Bahwa sedih kita untuk bahagia
Bahwa jauh kita untuk bakti

Esok kita kan memulai hari sendiri-sendiri lagi
Lalu berpulang lagi
#Sebuah Pulang, Februari Sulung 2015

Inspirasi: Wakti di Tangan si Ahli

Di tangan orang yang ahli, waktu akan menjadi sangat bermanfaat dan dahsyat adanya.
Tapi, ditangan orang yang tidak ahli, waktu akan tersia-siakan, berbahaya dan tidak berdaya guna penggunaannya.

Luar biasa yah pemirsa. Waktu ini adalah hal paling dasar dari kehidupan kita. Lihat saja mereka yang telah tiada (eh, kalau udah nggak ada gimana mau dilihat? hhee). Maksudnya, bayangkan! Bayangkan mereka yang waktunya telah habis untuk bernafas, 1 detik pun tidak mungkin lagi mereka miliki  bukan? Jangankan 1 detik, 1 mili detik pun tidak diizinkan lagi. So, bagaimana seharusnya kita menggunakan MODAL ini? Jawab dihatimu. Lakukan dengan perbuatanmu. Lalu, perhatikan apa yang terjadi! hehe..plok plok plok.
#Inspirasi dari Buku: Lorong Waktu