Sabtu, 17 Oktober 2015

Yang Kita Butuhkan Hanya TERBIASA



Aku kembali menikmati pagi bersamanya. Setelah seminggu lebih kami tak saling sempat bersua. Kami menikmati sarapan di tempat yang diperkenalkan Okta sebelumnya; di ujung jalan Bina Krida, di pangkal jalan Manyar Sakti. Sejak aku menjemputnya tadi, sudah banyak sekali hal yang ku ceritakan kepadanya. Dia pun demikian. Ternyata meskipun tidak bertemu, kami saling menyimpan cerita untuk dibagikan.

Adakah kita bisa terus bersama seperti ini, Rin?

Bisa. Jika dalam doamu selalu tersebut namaku dan dalam setiap doaku selalu tersebut namamu. Insya Allah. ^_^ untuk saat ini, jangan hiraukan perpisahan yang semakin dekat jaraknya dengan kita. Kita hanya perlu berpura-pura tidak melihatnya dan bersama-sama menghadapinya. Nanti.

Pembicara PKTI oleh HIMA PPKN

Nama Acara : Motivasi dan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
Penyelenggara : HIMA Prodi PPKn
Waktu : 17 Oktober 2015
Judul Karya : -

Tentang Pencapaian :
“Nanti lebih difokuskan aja ke metovasi nulis KTInya ya Kak, soalnya mereka pasti udah jenuh dan ngantuk tuh nanti. Lagian kan mereka belum ngambil metopel juga, jadi agak berat juga kalau semuanya dikasih tahu sekarang.”
“Ohh, jadi gini Dek, nulis KTI itu agak berbeda dengan SKRIPSI. Untuk bisa nulis KTI, kita nggak harus belajar metopel dulu kok! Buktinya aja Kakak. Kakak justru lebih kenal dengan KTI jauh hari sebelum belajar Metodologi Penilitan malah,” jelasku.
Siang ini aku kembali dipercaya untuk berbicara seputar KTI. Tak hanya berbicara, aku pun memotivasi adik-adik PPKN 2015 ini dengan beberapa judul KTI yang pernah ku menangkan. Mereka terpukau. Yap, memang membuat mereka terpukau itu adalah tujuanku. Setelah terpukau, biasanya mereka akan lebih gigih mencari tahu dan memaksa diri meraihnya. Itulah puncaknya. Semoga aku selalu rajin memeperbarui dan mendalami ilmuku yang sudah ada. Supaya semakin banyak manfaat yang bsia ku sebarkan dan diterima oleh banyak orang. aamiin.

____Kalau kita rajin berbagi, Allah pun akan menambahkan lagi Ilmu-Nya yang belum kita ketahui. (Truly Elysa)

Nasehat: Bulu Mata palsu = Rambut Sambung palsu



Aku dan Lia berpisah di Bina Krida. Dia mampir di kios pulsa sementara aku langsung menyusul Rini ke musholat Arrafah. Aku tahu dia bakal kerepotan membersihkan make-up dari wajahnya. Ternyata memang benar, aku langsung membantunya di tempat wudhu. Yang paling sulit dibersihkan terutama adalah Mascara dibulu matanya. Ngomong-ngomong tentang bulu mata, aku salut kepadanya karena memegang teguh prinsip untuk tidak menggunakan bulu mata palsu. Rin udah faham bahwa Allah melarang kita menggunakan segala sesuatu yang palsu. *sihiiiiyyyy.

Rasa jangan dipaksa

Perasaan yang dirasa
Tak harus menjadi apa
Atau berakhir menjadi bagaimana
Izinkanlah ia tetap ada
Tapi jangan dipaksa menyala
Lebih indah jika tetap seperi biasa
Biasa yang lama-lama menjadi luar biasa
Seluar biasanya rasa
Seluar biasa yang ia bisa

Oktober yang luar biasa, 2015