Rabu, 27 Mei 2015

Workshop E-Commerce

Nama Acara : Internet Marketing (E-Commerce) sebagai Media Ekspor-Impor bagi UKM dan Masyarakat
Penyelenggara : DISPERINDAG Provinsi Riau di Hotel Premier
Waktu : 27-29 Mei 2015
Judul Karya : -

Tentang Pencapaian :
Aku dan Rini adalah 2 di antara 5 orang utusan UR untuk mengikuti pelatihan ini. Aku merasa sangat beruntung bisa menjadi salah satu peserta dalam pelatihan yang luar biasa ini. Meskipun aku merasa kurang terbina dan terpola karena pesertanya juga rame, tapi setidaknya aku banyak tahu tentang rahasia memanfaatkan media sosial lebih dari yang kebanyakan orang tahu. Bahkan, yang tak kalah luar biasanya adalah ketika salah satu pemateri mengaku sangat sukses dalam bisnis Importnya. Sedikit bertanya-tanya di dalam hati waktu itu; ‘Wajar ajalah kalau kita lebih suka import daripada produksi sendiri, ya karena biayanya bisa jauh lebih murah. Tapi, kalau semua orang berfikir seperti itu, kapan dan siapa yang akan membesarkan negeri ini?’

____Kita adalah pemilik SAH Negera ini. Maka, kita juga SAH sebagai pemakmurnya! (Truly Elysa)

Lelah-langkahku

Mami, kaki anakmu lemah-lelah langkahnya
Yang diharapakan tak sesuai harap
Yang diusahakan tak seusai usaha
Mereka bilang, hasil tidak pernah mengingkari usaha
Tapi kataku, hari ini adalah bukti bahwa hasil bisa saja menghianati usaha.

Aku pernah kecewa, 27 Mei 2015

Inspirasi: Guna Instagram

"Cek udah bikin Instagram?”
“Udah. Udah Novi follow pun Kakak. Tapi masih kosong melompong ya akunnya?”
“Nah, ini dia Cek, sebenarnya Kakak masih ragu tentang upload-upload-an foto ini. Baik nggak sih sebenarnya Cek?”
“Novi pun awalnya ragu Cek. Novi pernah baca-baca artikel kan dan ada 2 pendapat tentang sisi buruk dan sisi baiknya. Kalau yang buruknya, ada yang mengkhawatirkan akan menimbulkan nafsu cowok, takutnya wajah kita dimanfaatkan untuk situs-situs nggak bener atau diguna-guna gitu Cek.”
“Kakak berfikir gini Cek, kalau seseorang meyakini bahwa mengupload foto ke medsos itu nggak boleh, seharusnya dia pun nggak boleh menikmati hasil uploadan orang lain donk!”
“Maksudnya Cek?”
“Gini loh, misalnya Kakak meyakini bahwa mengupload foto itu nggak boleh, ya harusnya Kakak pun nggak boleh menikmati foto-foto orang lain sekalipun itu artis. Tapi, kalau Kakak suka lihat-lihat foto Oki, Bella, Shireen karena Kakak berkeyakinan bahwa mengupload foto itu nggak masalah selama itu bukan foto lebay atau terlalu dekat wajahnya. Gitu aja sih kalau menurut Kakak.”
“Nah, Novi pernah juga baca Cek; Ada seorang cowok yang bilang ‘Tolong bantu kami menjaga nafsu kami’ akibat melihat foto-foto cewek . Sebenarnya, tanpa melihat foto pun, seorang cowok bisa aja bernafsu hanya dari membaca status cewek di medsos. Jadi, sebenarnya yang harus dididik itu nafsunya si cowok itu yang harus dijaga, bukan matanya.”
“Bener banget tuh Cek. Sekarang, pertanyaannya adalah; ‘Apa tujuan dia ngelihatin foto cewek dengan sengaja kalau memang dia tahu itu bisa mengundang nafsunya?’ Apalagi kalau dia seseorang yang udah faham.”
“Tulah Cek. Ntahlah. Novi hanya ingin menginspirasi orang lain dengan berbagi apa yang bisa Novi bagi Cek.”

E-Commerce: Tomini Terlalu Kecil Untukku

“Mana nih si Teguh? Udah El sms kan kalau kita di sini?”
Aku hanya manggut-manggut. Ekspresi yang meragukan sebenarnya. Lalu, kami melanjutkan melahap perkedel jagung yang tersisa di piring ini.
“Hei?” Teriakku sambil melambaikan tangan kepada Teguh yang melintas perlahan.
“Malah ganti PM dulu, bukannya cepat-cepat berangkat. Huh!”
Teguh hanya tersenyum sambil menyodorkan charger laptop yang akan ku bawa duluan.
“Dek, Daeng emang udah positif masuk 10 besar kan? Tapi Mak sedih Dek, semalam aja dia udah sombong gitu sama Mak.”
“Eh Mak, Mak kira status adek tadi tu buat siapa? Ya buat nyindir dia itulah. Adek kan nanya siapa aja yang masuk 10 besar, tapi dia malah mengalihkan ke obrolan lain.”
“Ya Allah Dek, sama kali kita. Mak saking tersinggungnya sampai nangis semalam. Tuh tanyalah Kak Rini Dek. Mak sampai bilang gini; Oh ya maaf ya Yudi. Saya siapa, kamu siapa. *maaf. Tapi, statusmu itu kurang ngena Dek, maunya bilang aja; Tiba-tiba merasa seperti orang lain. Itu baru ngena Dek!”
“Iya Mak, Adek pun merasa kayak gitu. Ntah apa yang mau kita emberkan kalau pun kita tahu hal itu kan?”
“Lagian panitia juga aneh. Kan udah pasti 10 orang itu yang terpilih dan 5 di antaranya bakal berlayar, terus kenapa harus main sembunyi-sembunyian segala? Memangnya bakal ada perubahan? Tiba-tiba yang nggak masuk ke dalam 10 besar itu bakal berangkat? Kan nggak mungkin. Howalaaah. Ntahlah Dek. Seleksinya mati-matian, pengumumannya sembunyi-sembunyian.”
“Udahlah Mak. Biarin aja. Jalan untuk kita masih terbuka lebar. Insya Allah kita juga bisa.”
Setelah itu Teguh langsung pergi sambil berteriak, “Ntar habis masuk, Adek langsung nyusul ke sana Mak.” Dan aku menjawab, “Yuhuuuuuu.”