“Cin, Ciiinn… yuk makan! Udah jam
setengah 5.”
Aku membuka mata dan mendapai Lia
duduk di samping kananku. Setelah mencuci muka, aku segera menyantap makanan
sepiring berdua dengan Lia. Lia berniat membayar hutang puasanya hari ini
sedangkan aku hanya ingin bareng ‘sarapan’ dengannya.
“Berapa lagi hutang puasamu Cin?”
tanyaku.
“Dengan hari ini, berarti tinggal
3 lagi Cin. Aku kan hutangnya 9 hari kemarin.”
“Weewww..banyak juga yaa!”
“Makanya mau dituntasin sebelum berganti
tahun nih Cin! Hutangmu udah lunas semuanya ya?” tanya Lia.
“Udah sejak kemarin Ciiiinn,”
jawabku. Tapi, mendadak aku menyadari sesuatu yang terlupa. “Eh, aku kan nggak
ada hutang puasa kemarin Cin! Ah, baru ingat aku Cin! Kemarin kan 2 bulan lebih
aku nggak normal. Hehe.”
“Ohh…iya yaa. Enaklah nggak ada
hutangmu.”
“Alhamdulillah. Tahun
keberuntungan mungkin Cin. Hehee.”
aku jadi teringat lagi dengan
Rini dan bernostalgia tentang kenangan bersama Rini dengan menceritakannya
kepada Lia.