Jumat, 14 Agustus 2015

DREAM: Dari Travel Writer ke Travel Blogger

“Rin, pernah kan aku cerita ke Rini bahwa aku pengen jadi Travel Writer?”
“Pernah,” jawab Rini, singkat.
“Nah, ternyata ada yang lebih keceee lagi Rin. Yaitu Travel Blogger. Kalau travel writer itu kan masih berupaya keras untuk nyari media yang bisa nerbitin naskah perjalanan kita, kalau travel blogger itu udah pasti yang jadi pembaca dan wadahnya itu adalah blog kita sendiri Rin.”
Rini manggut-manggut.
“Kereeen banget nggak sih Rin? Kerjanya cuma jalan-jalan aja sambil nulisin kisah perjalanan itu di blog dan tinggal nunggu aja deh uang masuk."

Setelah ku telusuri dari google, ternyata ada ------yang bisa ditempuh untuk menjadi Travel Blogger yang berpenghasilan..
1. Buatlah blog yang professional, unik atau inspiratif sehingga banyak yang mengikutinya. Setelah itu, aku bisa pasang iklan di sana. Setiap kali iklan itu diklik, aku dapat uang deh.
2. Mengirimkan cerita perjalanan itu ke media massa
3. Menulis kisah  perjalanan sebagai novel atau buku apa aja untuk diterbitkan
4. Jadi penulis kolom kayak di film Assalamualaikum Beijing

Tapi, aku mikir lagi, Kalau tujuannya cuma supaya dapat follower banyak dan iklan yang dipasang bisa nguntungin, ya buat apa juga capek-capek jadi traveler? Artinya, aku harus punya recana yang lebih serius lagi nih! Pengennya kan aku diminta jalan-jalan ke suatu tempat, menceritakan tempat itu dan mengupload tulisan tersebut di blog. Terus, aku digaji karena kualitas tulisanku itu, bukan karena banyak iklan yang diklik.
“Sebagai langkah awal, apa ya kira-kira yang bisa ku lakukan?

BERSAMBUNG…

“Aku nraktir Rini, tapi aku ngutang dulu ya!"

Ya Allah, terimakasih atas anugerah semangat yang baru disetiap subuh-subuhku. Meski aku sering berkhianat pada pagi-Mu, tapi syahdu subuh-Mu tiada pernah berkurang sedikitpun. Ajariku aku untuk terus bersyukur. aamiin.
“El, masa tadi aku mimpi disuruh nangkap hantu,” kata Rini ketika kami bersiap untuk sholat Subuh.
“Hhaha. Bukankah Rini hantunya?”
“El tadi ngigau loh.”
“Macam mana ngigauku?”
“Waktu aku baru bangun, El ketawa sinis gituu. Terus, aku mikir, ‘Ini El ngetawain aku atau gimana?’ Tapi mata El tertutup.”
“Dalam igauan pun aku tetap jahat ya rupanya Rin.”
“Iyaa. Seolah-oleh El tu nyindir aku, ‘Kasihan deh! Telat sahur yaa?’ gituu.”
Usai sholat Subuh, sebelum berlanjut ke ngaji, aku bercerita serius ke Rini…
“Rin, aku akui fikiranku ini memang sering nggak tahu waktu. Tadi, waktu aku baru membuka mata, apa yang ku fikirkan coba?”
Dagu Rini terangkat. Tanda ingin tahunya.

Bekerja Keraslah Sekeras Mungkin

Kemalasan hari ini akan mengharuskanku bekerja keras di masa tua
Kerja kerasku hari ini akan mempersilahkanku santai di masa tua
Bersegeralah kerja keras
Sukseslah semuda mungkin
Agar masa tua menjadi muda
Bahagia, penuh cinta, sejahtera.


Puisi Pencerahan, Agustus-2015