Kau tahu bagaimana rasanya sebuah RAGU?
Mungkin kau tahu, tapi tak sering merasakannya. Atau mungkin sering, tapi tak sesering aku. Kau tahu bagaimana sulitnya aku mengelola sebuah RAGU? Mungkin kau tidak bisa membantuku menjawabnya, sebab RAGU seolah sudah menjadi teman setiaku. Nyaris hingga titik ini, RAGU masih selalu mengganggu. Kadang, RAGU datang tak tahu waktu dan tak tepat waktu.
.
Kadang aku iri padamu. Iri pada semua kepolosanmu ketika berkata; "Aku ingin *something* tahun ini!" dan berbagai pernyataanmu lainnya yang serba berisi tentang INGIN. Kadang, aku bertanya di dalam hati; "Ajarkan aku memiliki hati yang seyakin itu!"
.
Ada beberapa hal yang mungkin kau menduga bahwa kita SAMA. Tapi, sebenarnya aku sedang menyimpan sebuah BEDA yang ku kemas menjadi KESAMAAN. Dan hingga sejauh ini pun, aku mengira bahwa kau masih mengiraku SAMA denganmu. Mungkin beberapa waktu lagi baru akan ku ceritakan padamu tentang RAGUku ini. Ketika RAGU telah berubah menjadi sesuatu yang BARU atau menjadi sesuatu yang lain.
.
Yang membuatku takut untuk mengakui RAGUku ini adalah rasa khawatir bahwa kita akan kehabisan cara untuk DEKAT. Eh, bukan kita, tapi aku! Aku terlalu khawatir kita tidak akan sedekat dulu. Karena dulu, kita pun didekatkan karena KESAMAAN, bukan? Lalu, apa jadinya kita jika SAMA tidak lagi ada? Maka ku putuskan, biarlah rahasia. Aku masih ingin (berpura) SAMA denganmu. Siapa tahu waktu akan menjadikanku benar-benar menjadi SAMA denganmu dan perlahan RAGUpun menghilang di antaranya. Lagipula, menjadi SAMA denganmu, ku yakini adalah hal BAIK dan tempat TERNYAMAN. Aku tidak akan menyesali ini. Insya Allah…
#celotehbertemaRAGU