Pada suatu sore yang syahdu, aku bersama Lia bertandang ke rumah pak Syarfi untuk menyerahkan berkas-berkas KTI. Tanpa diduga, ternyata obrolan kami bukan hanya obrolan biasa.
"Saya perhatikan, saat pembukaan tadi banyak sekali yang saya garis bawahi. Masa puji syukur dipanjatkan? Kan aneh tuh! Ada lagi yang mengatakan: Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang. Alam kegelapan itu dijelaskan di Alquran adalah Rahim ibu. Banyak yang harus diperbaiki lagi lah pokoknya. Kita butuh waktu untuk memperbaiki kesalahan-kesalan umum yang lumrah terjadi."
Di perjalanan,
"... tapi kayaknya aku bukan salah satu orang yang dimaksud bapak deh Cin. Soalnya tadi aku pake kalimat baru. Aku bilang gini: Atas segala nikmat, anugerah dan fasilitas hidup yang telah kita nikmati, mari kita ucapkan Hamdalah, Alhamdulillahirobbil'Alamin. Gitu deh pokoknya. Dan, ternyata yang udah umum dipakai pun banyak salahnya ya? Ya, jadi lebih baik baru sekalian aja."