Perempuan itu seperti sifat air sumur; ia akan terbawa
bersama timba yang menimbanya. Timba itu adalah perumpaan untuk si laki-laki.
Pada dasarnya, seorang perempuan akan menerima saja seorang laki-laki yang
benar-benar siap menikahinya. Benar-benar siap ya, ku ulangi lagi. Sekalipun
sebelumnya mungkin tidak ada rencana atau gambaran bahwa ia akan menikah dengan
laki-laki tadi, tapi jika ia dengan sepenuh hati diminta; ‘Jadilah istri
untukku dan ibu dari anak-anakku’ perempuan mana yang tidak akan luluh hatinya?
Bukankah bukti kesungguhan cinta itu adalah PERNIKAHAN? Bukankah pengakhiran
terindah dari cinta itu adalah PERNIKAHAN? Bukankah perhentian terakhir dari
sebuah pencarian cinta itu adalah PERNIKAHAN?
Jadi, jangan tanya bagaimana caranya agar aku jatuh hati
padamu tapi buktikanlah bahwa aku memang layak memilihmu.