"Kak, itu pacar Kakak ya yang di teras?”
“Iya El,” jawab kak Dina.
“Kakak udah tunangan sama dia?”
“Udah El. Sekitar bulan Maret akhir
kemarin.”
“Jadi, kapan nikahnya Kak?”
“Hemm… Masih nanti dululah itu El. Ntah
kapan, belum tadi lagi El.”
Inilah kebiasaan masyarakat yang aku nggak
pernah setuju. Tunangan seolah menjadi alasan penghalalan hubungan 2 orang yang
sudah lama pacaran atau disalahartikan juga sebagai setengah langkah dari
pernikahan yang sah. Kemaksiatan semakin terbuka lebar karena bisikan syetan
semakin lancar.
Sebenarnya, udah banyak contoh dari kasus
gagalnya pernikahan karena rentang pertunangan-pernikahan yang terlalu lama.
Tapi, mungkin masyarakat tidak mengambil poin dari kesalahan pertunangan itu
melainkan hanya menganggapkanya sebagai ‘kecelakaan’ atau kasus langka.