MENULIS adalah AKU; caraku beristirahat, caraku memaafkan, caraku mencintai dan caraku hidup abadi.
Minggu, 29 Maret 2015
Terbaca ke arahku sendiri
Lokasi:
Y O Road, Roswell, NM 88203, USA
Frozen Sunday
"El, El banguun. Udah jam 5 Lewaaat. El! El!," tangan Rini mencolek-colek tubuhku.
Aku terperanjat. Cuaca mulai membiru diantara gulita. Huaahh, segera ambil air dan minum beberapa tegukan. Cusss, sholat subuh dengan khusyuk dilanjutkan dengan mengumandangkan puisi Allah. Suasana kos masih hening. Apa pun yang sedang terjadi, semoga seluruh penghuni kosan ini pun menunaikan sholat Subuh. Jika tidak, Ya Allah beri hamba jalan dan kekuatan untuk memberitahu mereka. Nilam yang mengimami sholat. Subhanallah semakin banyak saja hafalannya. Aku tersejuki kalimat-kalimat agung yang keluar fasih dari lisannya. Mahkota agung yang akan diberikan kepada mami papi semakin hari semakin sempurna ditempa oleh Nilam. Semoga segera pula hal ini milikku. Aamiin.
Aku membaca buku Syurga bagi Si Ahli Maksiat. Lalu mengetikkan beberapa kalimat hikmat yang ku temui di sana ke dalam blog. Sungguh! Aku merindukan kemampuanku mengerjakan sesuatu yang lebih cepat dari cepat yang saat ini. Aku harus berupaya menjadi si ahli. Bantu hamba ya Allah. Betahku menulis kadang sampai lupa waktu. Jam sudah menunjukkan pukul 07.15wib, mulailah Rini mengeluhkan laparnya. Sebenarnya aku juga demikian, tapi terlupa karena saking asyik menulis. Nilam dan Rini ke luar membeli sarapan, aku merendam pakaian. Selamat HARI NYUCI BAJU SEDUNIA pemirsyaa..hehe. Baru seminggu nggak nyuci tapi tumpukan baju kotor udah kayak gunung himalaya. *emang pernah ke sana? kagak sih. hehee
Aku terperanjat. Cuaca mulai membiru diantara gulita. Huaahh, segera ambil air dan minum beberapa tegukan. Cusss, sholat subuh dengan khusyuk dilanjutkan dengan mengumandangkan puisi Allah. Suasana kos masih hening. Apa pun yang sedang terjadi, semoga seluruh penghuni kosan ini pun menunaikan sholat Subuh. Jika tidak, Ya Allah beri hamba jalan dan kekuatan untuk memberitahu mereka. Nilam yang mengimami sholat. Subhanallah semakin banyak saja hafalannya. Aku tersejuki kalimat-kalimat agung yang keluar fasih dari lisannya. Mahkota agung yang akan diberikan kepada mami papi semakin hari semakin sempurna ditempa oleh Nilam. Semoga segera pula hal ini milikku. Aamiin.
Aku membaca buku Syurga bagi Si Ahli Maksiat. Lalu mengetikkan beberapa kalimat hikmat yang ku temui di sana ke dalam blog. Sungguh! Aku merindukan kemampuanku mengerjakan sesuatu yang lebih cepat dari cepat yang saat ini. Aku harus berupaya menjadi si ahli. Bantu hamba ya Allah. Betahku menulis kadang sampai lupa waktu. Jam sudah menunjukkan pukul 07.15wib, mulailah Rini mengeluhkan laparnya. Sebenarnya aku juga demikian, tapi terlupa karena saking asyik menulis. Nilam dan Rini ke luar membeli sarapan, aku merendam pakaian. Selamat HARI NYUCI BAJU SEDUNIA pemirsyaa..hehe. Baru seminggu nggak nyuci tapi tumpukan baju kotor udah kayak gunung himalaya. *emang pernah ke sana? kagak sih. hehee
Lokasi:
Uruguay
Inspirasi: Dibalik Makna Sapa 'Akhwat-Ikhwan'
Hai para fans ^_^ Selamat ber-hari minggu.
Ini hari NYUCI BAJU SEDUNIA bagiku. hihii. maklum cin, ibu-ibu. hehe
Tiba-tiba, aku terinspirasi untuk menuliskan kegelisahan ini. Sudah menjadi kelaziman bagi anak-anak ROHIS dimana pun berada untuk menggunakan bahasa arab dalam sapaan maupun agenda ke-rohisannya. Terus ada masalah? Ada. Bukan tentang panggilannya, tapi tentang pemanggilnya.
Saya perhatikan...
1. Panggilan Akhwat/Ikhwan sekaligus menjadi gelar
"Eh, si anu itu Ikhwan loh. Udahlah ganteng, soleh lagi."
"Subhanallah, dia akhwat ya ternyata. Udah pinter, sholeha pula."
"Adeknya si anu itu akhwat loh. Luar biasa ya!"
Begitulah kira-kira. Teman-teman pasti pernah mendengar atau bahkan mengatakan kalimat sejenis. Kata Akhwat berasal dari bahasa Arab yang artinya wanita/perempuan/cewek. Iya kan? Nggak ada penspesialan di sana. Sepakat? Siip! Nah, tapi kenyataannya di Indonesia (khususnya), kata Akhwat itu mengalami penyempitan makna. Akhwat lebih identik dengan muslimah yang jilbabnya lebar dan longgar, ikut halaqoh/liqo/pengajian, pakaiannya syar'i, dan lain-lain yang bisa pemirsa tambahkan sendiri.
Ini hari NYUCI BAJU SEDUNIA bagiku. hihii. maklum cin, ibu-ibu. hehe
Tiba-tiba, aku terinspirasi untuk menuliskan kegelisahan ini. Sudah menjadi kelaziman bagi anak-anak ROHIS dimana pun berada untuk menggunakan bahasa arab dalam sapaan maupun agenda ke-rohisannya. Terus ada masalah? Ada. Bukan tentang panggilannya, tapi tentang pemanggilnya.
Saya perhatikan...
1. Panggilan Akhwat/Ikhwan sekaligus menjadi gelar
"Eh, si anu itu Ikhwan loh. Udahlah ganteng, soleh lagi."
"Subhanallah, dia akhwat ya ternyata. Udah pinter, sholeha pula."
"Adeknya si anu itu akhwat loh. Luar biasa ya!"
Begitulah kira-kira. Teman-teman pasti pernah mendengar atau bahkan mengatakan kalimat sejenis. Kata Akhwat berasal dari bahasa Arab yang artinya wanita/perempuan/cewek. Iya kan? Nggak ada penspesialan di sana. Sepakat? Siip! Nah, tapi kenyataannya di Indonesia (khususnya), kata Akhwat itu mengalami penyempitan makna. Akhwat lebih identik dengan muslimah yang jilbabnya lebar dan longgar, ikut halaqoh/liqo/pengajian, pakaiannya syar'i, dan lain-lain yang bisa pemirsa tambahkan sendiri.
Lokasi:
Prague, Czech Republic
Langganan:
Postingan (Atom)