“Mamakeeee… maaf yaa, Tin belum bisa ngasih kadooo buat
Mamakeee,” Titin malah jadi nggak enak hati padaku.
“Nggak apa-apa loh Cinnn.. Puisi romantismu semalam itu udah
spesial bangeeetsss.”
“Itu Tin mikirnya lamaaa kali loh Mamakeee. Banyak yang Tin
hapus berkali-kali sebelum jadi kalimat itu.”
“Iya ya Cin? Ehmmm… Mamake menyimpulkan sesuatu nih!
Ternyata mampu MENULIS itu adalah suatu nikmat yang luar biasa ya Cin? Cin aja
mau nulis kalimat untuk Mamake itu segitunya perjuangannya. Alhamdulillah,
Mamake setiap kali nulis, di mana pun itu; mau di Instagram, di blog, di status
FB, selalu aja lancar tangan ini mengetikkan kalimat-kalimat yang ada di
kepala. Ternyata ini nikmat yang harus Mamake syukuri, karena banyak sekali
orang yang sulit melakukannya.”
“Iya Mamakee,, bener banget tuh! Ajarkanlah Tin bisa nulis
juga kayak Mamakeee haaa. Sebenarnya, kita tu tahu kita mau mengungkapkan apa,
tapi kita nggak tahu itu apa. Ngerti kan Mamake?”
“Ngerti, ngerti. Waaaahhhh… ternyata nikmat banget ya
rasanya ketika kita bisa membantu orang lain untuk memaknai perasaannya, Cin?
Karena, banyak orang yang merasakan sesuatu, tapi nggak bisa mengungkapkannya.
Teman Mamake sampai pernah bilang gini; ‘El, kalau ada alat yang bisa
menerjemahkan perasaan, aku beli! Biar aku nggak susah-susah lagi mikir, ini
apa?’. Gitu katanya Cin.”
“Kalau nulis status di BBM itu Tin lancar aja
Mamakeee…soalnya itu kan berhubungan dengan apa yang kita rasakan saat itu.
Misalnya sedang kesal sama seseorang. Tapi kalau mengungkapkan sesuatu untuk
dinyatakan kepada orang lain itulah yang Tin sulit. Tadi aja waktu Tin jadi
juri di PLS untuk lomba solo song, Tin lamaaaaaaa kali mikir untuk ngungkapkan
apa yang Tin fikirkan. Padahal, Tin tu mau bilang bahwa semua suara pesertanya
itu bagus, tapi mereka seolah bernyanyi hanya untuk diri mereka sendiri; belum
bisa mengajak orang lain menikmati apa yang mereka nyanyikan itu. Eh, malah
terbilang sama Tin gini pula; ‘Yaaa… Emmmm… secara keseluruhan, semua peserta
ini sudah bersemangat nyanyinya,’ haaa..gitu pula Mamakee. Hahaha.. terus,
mikir lagi Tin apa yang mau disampaikan, lamaa jadinya jatah Tin untuk
mengomentari tu. Hahaa.”
Sepanjang mendengar penjelasan Titin ini, sebanyak itu pula
syukur yang terhatur di dalam hati. Terimakasih ya Allah atas nikmat ini. Bantu
hamba menjelmakan hobi ini menjadi passion business.