Rabu, 25 Februari 2015

Karena Kita Adalah Anak Langit

Sore ini telah ku jadwalkan untuk pertemuan para fasilitator BAT 6. Aku direncanakan (eh, mengajukan diri) untuk menjadi MC bersama bang Andrika (peserta terbaik BAT 5). Sesampainya di parkiran mesjid Agung An-Nur, aku menyaksikan suasana sore sangat ramai. Banyak orang jogging di pelatarannya. Yang mengherangkan adalah para cewek yang nggak berjilbab itu loh. Mereka nggak segan gitu di depan rumah Allah nggak pakai jilbab? Yah, walau pun sedang jogging, tetap aja.

Aku terus berjalan menuju bagian tengah mesjid.
Diam-diam, ada kenangan yang hadir di ingatanku.
Tentang sebuah pertemuan antara aku, dia dan seorang laki-laki yang belakangan ini baru ku sadari bahwa pertemuan itu bukan pertemuan biasa bagi mereka.
"Aku diajak Abang *im** buat meeting sore ini di Mesjid Agung. Setelah itu sekalian ada pertemuan dengan wirausaha Riau di Gaboh Burger malamnya," demikian dia berpamitan denganku. Aku nggak rela melepasnya pergi rasanya. Ada rasa khawatir, takut dan tanda tanya besar di hati. Sebuah pergi bersama dia yang bukan mahramnya. Dulu, duluuu sekali, aku pun mengizinkannya. Tapi, dulu berbeda jauh dengan kini. Kali ini, ia seolah telah rela, terbiasa dan bisa dibilang kecanduan.
"Aku ikut! Yuk? Kita pergi bareng sore ini," demikian akhirnya kata-kataku.