Sambil menikmati santap siang, kami saling bercerita tentang
hal-hal seru yang nggak mungkin muat kalau diketikkan di SMS atau diobrolin di
HP. Hihii..
“Cek, kemarin Kakak pernah certain hal ini ke Kak Rini dan
Kak Rini sependapat ternyata. Nah, bagaimana menuru Cek nanti? Gini, kita kan
kalau sakit sering banget menyalahkan makanan yang kita konsumsi. Padahal, ada
yang seharusnya lebih kita pertanyakan dan kita persalahkan Cek. Apa itu
kira-kira?”
“Emmm… apa ya? Perasaan? Jiwa? Fikiran?”
Aku selalu menggeleng. “Kebersihan gigi kita Cek. Karena
makanan itu pertama kali diolah kan dimulut. Coba seandainya kita malas sikat
gigi, banyak kuman yang menumpuk di sana dan ketika ada makanan masuk, tentu
makanan itu terolah bersama kuman-kuman tadi kan? Terus, tertelan. Terus,
tercerna di dalam lambung. Berarti kuman-kuman dari mulut kita tadi udah
terbawa sampai ke sana Cek.”
“Iyaaa yaaa,” ujar Novi sambil berfikir jauh.
“Dokter pun sangat jarang mempertanyakan kesehatan mulut si
pasien kan Cek? Yang pertama kali ditanya pasti kebiasaan mengkonsumsi apa.
Padahal, ketika kita sakit perut, belum tentu karena makanan, bisa jadi karena
mulut kita yang kotor. Nih, contohnya lagi kalau kita sedang flu kan
tenggorokan ada dahaknya juga tuh. Kan ada kalanya dahak itu tertelan sementara
itu mengandung banyak banget kuman. Dahak yang tadinya terletak di antara
hidung, telinga dan tenggorokan malah terbawa sampai ke pencernaan. Bener nggak
Cek fikiran ngawur Kakak ini?”
“Bener Cek. Iya yaaaa.. AHAA! Pokoknya judul Blog Kakak hari
ini harus ada gigi-giginya ya? Hehe.”