“Dek? Gimana Dompet Dhuafa tadi?”
Nggak bisa katanya, Mbak. Udah habis waktunya soalnya.
Aku tergugu. Waktu memang benar tiada mau menunggu. Setiap
yang merasa kehilangan baru akan menyadari bahwa waktu tidak tergantikan kerugiannya
dengan apapun. Sekarang, aku merasakannya. Aku memang tidak tahu waktu. Ini kan
sudah lewat seminggu dari batas daftar. Tapi, namanya saja aku baru sadar dan
merasa iri karena mendengar Romi interview, barulah ide gila ini muncul; yang penting coba dulu, siapa tahu aja
masih diterima!
Menyadari kenyataan ini seketika mendorongku
untuk berkata: “Ya udah deh, ntar Mbak tanya aja ilmunya sama Adek yaaa.” Tapi
akhirnya urung karena aku menyadari bahwa niat yang seperti itu adalah bulshyit. Karena, yang namanya
menanyakan ilmu dari kegiatan yang tidak kita ikuti adalah seperti menampung
air hujan di atas telapak tangan, Sedikit
sekali yang tertangkap. Jadi, kalau mau ilmunya ya ikuti kegiatannya. Because there is no free knowledges. “Mbak, di Dompet Dhuafa itu banyak orang-orang besar yang baik hatinya. Kalau pun kita nggak digaji, setidaknya kita bisa memperluas link.”
Kalimat Romi barusan seperti lengking pekikan yang
memekakkan telinga dunguku.