Setelah membangunkanku, papi sholat Tahajud. Aku pun ikut
Tahajud karena papi pasti belum sahur juga. Setelah sholat, barulah aku sahur
bersamanya.
“Pi? Papi belum sahur kan?” tanyaku setelah Tajahud.
“Lebaran hari ini.”
“Kenapa nggak puasa?”
“Yaa, istirahat ya. Sabtu kan mau berangkat, nyiapi tenga
duluu.”
Aku kembali menimbang-nimbang, apakah aku yakin akan
berpuasa sendirian? Besok kan hari Jumat. Kalau ternyata hari Sabtu aku nggak
bisa puasa gimana? Sementara, puasa sunnah di hari Jumat kan harus ada temen
harinya (kamis-jumat atau jumat-sabtu).
“Ah, kalau Papi nggak puasa El nggak puasa juga lah,” kataku
sambil melepas mukena dan rebahan lagi. Kalau seandainya papi puasa kan minimal
aku ada kawannya. Sendiri memang kadang sepi, pemirsaa.
Pada pukul 5 aku terbangun lagi. Kali ini karena perutku
sangat melilit tak tertahankan. Aku segera berlari ke WC dan ternyata aku
terkena diare parah. Benar-benar sakit rasanya. Ketika berjalan untuk wudhu,
tubuhku jadi terasa gemetaran karena lemas.
“Saalll, cepeett,” teriakku supaya Salsa cepat ke luar. Aku
tergeletak di dekan motor untuk menunggu Salsa selesai berwudhu.
Begitu Salsa ke luar, aku segera berwudhu dan menyusul
masbuk 1 rakaat. Di rakaat ke dua, tubuhku semakin melemah dan aku sholat
dengan duduk saja.
“Lemes kali loh Elaa Mii.”
“Kemarin Ummi juga gitu. Biasa aja kaleee,” kata mami.
“Ihh, ini benar-benar lemes kali El dibuatnya Mi. Perut El
sakit kali rasanya.”
Aku tertidur di sudut ruang keluarga, di tempat Alfi
tertidur semalam; ada kasur kecilnya. Sengaja aku menyudut, karena siapa tahu
rumah mau disapu. Aku tidur dengan posisi meringkuk, karena kalau diluruskan
kakinya atau telentang, maka perutku pasti mulai kerucukan lagi. Ketika
sendawa, ada aroma durian ke luar dari mulutku. Tapi, kata mami itu bukan aroma
durian, tapi aroma men*ret dari dalam perut. *hiii, jorkiii.
Aku jadi teringat bagaimana Salsa mengeluhkan Alfi waktu itu
ketika Alfi bersendawa, “Mulutmu itu bauk telur busuk loh Fiii!” katanya. Wajar
saja waktu itu Salsa sampai muntah-muntah juga. Ya, mungkin kalau sekarang aku
bersendawa di dekat Salsa pun dia akan muntah. Kerucukan di perutku ini pun
pasti sama persis seperti apa yang dirasakan oleh Salsa di hari lebaran kedua
kemarin, “Mbak, kok rasanya di dalam perutku kayak ada kentutnya.” Yah, yang
dimaksud Salsa pasti suara kerucukan itu. Hemmm..
Mbak, merasakannya sekarang Sall…