Jumat, 24 Juli 2015

Inspirasi: Ibadah Sosial dan Ibadah Ritual


Dalam suatu obrolan malam, jelang lelap…
“Cin, aku punya kebingungan nih. Kasus 1. Ada orang yang baikkkk banget, suka nolong orang, ramah, rendah hati, jujur dan pemaaf kepada semua orang. Nah, karena sifatnya tersebut, ternyata ada orang Kristen yang kagum dan akhirnya masuk Islam, atau orang yang jahat mau berubah lebih baik karena mencontohnya. Kasus 2. Ada orang yang rajin banget ngingatkan orang sholat, ngaji, sedekah, intinya mengajak untuk taatlah Cin. Dan, akhirnya banyak orang yang menjadi taat berkat ajakannya itu.”
“Okee, terusss?”
“Ada 2 kesamaan dari kedua kasus ini Cin; mengajak kepada kebaikan. Tapi, ada 2 perbedaan juga; yang satunya mengajarkan agama, yang satunya lagi hanya berbuat baik tanpa ada embel-embel mengajak taat ke satu agama seperti yang tadi.”
“Terus, bingungnya di mana?”
“Gini loh Cin, aku tuh bingungnya sebenarnya kita harus seperti orang yang pertama atau kedua?”
“2 2nya Cin.”
“Maksudnya?”
“Menurutku sih sesuai kondisi aja. Ada saatnya kita perlu mengajak orang untuk taat, misalnya ketika kita ngelihat teman kita tidur tapi belum sholat. Dan, ada saatnya kita perlu mengajak kebaikan lewat kebaikan sikap kita aja. Aku pernah baca, ceritanya di USA kalau nggak salah nih. Ada cowok muslim yang kos di tempat orang yang sebenarnya udah males banget yang nerima orang islam karena sering kecewa. Setiap pagi, ka nada tukang Koran yang naruk Koran di depan pagar tetangganya, suatu hari tetangganya itu nggak ada di rumah dan cowok ini ngelemparin Koran itu dari luar pagar, ke dalam pagar. Menurutmu apa alasannya coba?”
“Nggak tahuu.”
“Karena kalau Koran itu seharian di luar pagar, artinya rumah itu sedang kosong penghuninya kan? Dia takut rumah tetangganya itu diintai penjahat. Simple kan? Ternyata Ibu kosnya tahu dan gara-gara itu dia masuk Islam.”
“Subhanallah…”