Dalam suatu obrolan malam, jelang lelap…
“Cin, aku punya kebingungan nih. Kasus 1.
Ada orang yang baikkkk banget, suka nolong orang, ramah, rendah hati, jujur dan
pemaaf kepada semua orang. Nah, karena sifatnya tersebut, ternyata ada orang
Kristen yang kagum dan akhirnya masuk Islam, atau orang yang jahat mau berubah
lebih baik karena mencontohnya. Kasus 2. Ada orang yang rajin banget ngingatkan
orang sholat, ngaji, sedekah, intinya mengajak untuk taatlah Cin. Dan, akhirnya
banyak orang yang menjadi taat berkat ajakannya itu.”
“Okee, terusss?”
“Ada 2 kesamaan dari kedua kasus ini Cin;
mengajak kepada kebaikan. Tapi, ada 2 perbedaan juga; yang satunya mengajarkan
agama, yang satunya lagi hanya berbuat baik tanpa ada embel-embel mengajak taat
ke satu agama seperti yang tadi.”
“Terus, bingungnya di mana?”
“Gini loh Cin, aku tuh bingungnya
sebenarnya kita harus seperti orang yang pertama atau kedua?”
“2 2nya Cin.”
“Maksudnya?”
“Menurutku sih sesuai kondisi aja. Ada
saatnya kita perlu mengajak orang untuk taat, misalnya ketika kita ngelihat
teman kita tidur tapi belum sholat. Dan, ada saatnya kita perlu mengajak
kebaikan lewat kebaikan sikap kita aja. Aku pernah baca, ceritanya di USA kalau
nggak salah nih. Ada cowok muslim yang kos di tempat orang yang sebenarnya udah
males banget yang nerima orang islam karena sering kecewa. Setiap pagi, ka nada
tukang Koran yang naruk Koran di depan pagar tetangganya, suatu hari
tetangganya itu nggak ada di rumah dan cowok ini ngelemparin Koran itu dari
luar pagar, ke dalam pagar. Menurutmu apa alasannya coba?”
“Nggak tahuu.”
“Karena kalau Koran itu seharian di luar
pagar, artinya rumah itu sedang kosong penghuninya kan? Dia takut rumah
tetangganya itu diintai penjahat. Simple kan? Ternyata Ibu kosnya tahu dan
gara-gara itu dia masuk Islam.”
“Subhanallah…”