Jumat, 07 Agustus 2015

2 DOSA, 2 PENGAMPUNAN

            Ini adalah pagi yang baru. Lebih baru daripada baju baru. Sebaru salam yang baru saja terucap, setelah 12 takbir tercukup. Di sebelah kananku ada Nilam dan di sebelahnya lagi ada mami. Dalam balutan mukena putih, kami menyimak dengan takzim khutbah Idul Fitri yang baru saja dimula.
           
“…Bapak-bapak, Ibu-ibu yang berbahagia, setelah berpuasa sebulan penuh kita memang kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan. Dalam artian, suci dari segala dosa dan maksiat yang selama ini kita lakukan kepada Allah. Sedangkan dosa kita kepada sesama, ya kitalah yang harus menyelesaikannya sendiri, barulah Allah mengampuni…”
           
“Hayooo… minta maaflah sama Rikaaa nanti,” bisik mami kepada Nilam.
            “Hahhh!!! Nilam berantem sama Rika Mi? Sejak kapan?”
            Mami melirik ke Nilam, seolah mempersilahkan Nilam untuk mengaku kepadaku.
            “Masih kecil pun dah musuh-musuhan. Apalaahh!” gerutuku.
            “Ya sebelum Nilam masuk pesantren itulah El. Adeknya Rika itu ndorong Moza sampek jatuh, terus Nilam balas ngedorong Adeknya Rika. Rikanya marah dan Nilam juga nggak terima Moza digitukan. Ya udah deh, sampek sekarang nggak berkawan lagi orang ini. Apalagi waktu itu Dewi dan kawannya yang lain itu ikut-ikutan musuhi Rika.”
            “Aiihh? Ngeri bah sistem perrmusuhan anak zaman sekarang ini.”
           
            “…Jadikanlah lebaran ini sebagai momentum untuk menyambung tali silaturahmi, terutama kepada keluarga besar kita. Hubungi lagi mereka yang sudah lama tidak pernah lagi kita tahu kabarnya. Zaman sekarang kan sudah canggih, kalau tidak bisa mudik ya tinggal telvon saja. Sesungguhnya kelak, Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa-apa yang telah kita putuskan padahal Ia memerintahkan kita untuk menyambungnya..”

            “Dengar tuh Lam? Nanti kita ke rumah Rika pokoknya!”
            “Oke, siapa takut?” kata mami. Sementara Nilam, wajahnya masih cemberut seolah tidak ingin ikut bergabung dalam misi ini.