Selasa, 27 Oktober 2015

Aku nggak Punya Alasan untuk Nggak PEDE



“Nilam ajaklah Kak Rini sarapan dulu ntah di manaa gituu. Bilang sama Kak Rini, Mbak ketemu sama Bang Yudi dan Teguh dulu ya.”
“Iyaa Mbak.”
Dengan tergesa-gesa, aku melaju ke perpus UR. Khawatir kalau Yudi dan Teguh terlalu lama menungguku. Sesampainya di perpus, aku celingukan sendiri karena nggak ngelihat wujudnya Yudi ataupun Teguh. Aku beralih menilik lorong perpus di sebelah kiri.
“Mana si Teguh?” tanyaku pada Yudi yang juga terlihat gusar.
“Nggak tahu. Katanya tadi udah mau ke siniii, jam 10. Di mana ya kita duduknya? Bangkunya penuh semua.”
“Ada kok yang kosong, di tempat favorit kita tuh!” jelasku sambil berjalan menuju tempat yang berbulan-bulan ini asing. Asing karena selama itu pula tak pernah lagi kami sambangi. Aku dan Teguh memang sering bertemu di perpus, tapi bukan di tempat itu. Ntah kenapa, hari ini semesta bagai merestui, aku kembali ke tempat ini dengan ‘lengkap’.