![]() |
Bersama teman-teman BEM |
Di bawah rintik gerimis, kami memecah padatnya jalan Tuanku Tambusai dan tiba di kantor JASA RAHARJA tepat pukul 10.30. Kami disambut hangat oleh para pegawainya, terutama pak Kun Wahyu Wardana sebagai Ka JASA RAHARJA PKU yang baru saja dipindahtugaskan dari Manado. Weww!!! Ada juga pak Azwin (Ka Sumbangan Wajib sekaligus Ka SAMSAT se-Riau), Pak Imam (Ka Operasional) dan Pak Nurman (Ka Administrasi). Banyak sekali ilmu yang aku peroleh dari kunjungan ini :
1. Keselamatan lalu lintas itu soal MINDSET
![]() |
Pak Kun, Pak Azwin, Pak Nurman |
Memang, kasus kecelakaan lalu lintas tertinggi itu terjadi di negara berkembang, kayak di Indonesia. Banyak yang menganggap keselamatan lalu lintas itu adalah urusan polisi. Sampek ada yang main HP sambil nyupir motor, cuma buat update status atau sms-an sama sang pacar. Pemirsa, KESELAMATAN itu kebutuhan setiap orang loh. Nyawa nggak akan pernah ada gantinya. Iya kalau langsung meninggal, kalau cacat seumur hidup gimana? Kadang ada yang udah hati-hati aja bisa celaka karena orang lain. Apalgi yang sembrono? Yuk deh, kita belajar hati-hati dalam berkendar, fokus, jangan sembrono, perhatikan spion, lampu lalu lintas dan petunjuk jalan. ^_^
2. Banyak yang belum mengenal JAS RAHARJA
JASA RAHARJA adalah asuransi negara untuk seluruh masyarakat INDONESIA/ASING yang berada di wilayah NKRI. Segala macam bentuk kecelakaan kendaraan resmi (asalkan bukan kecelakaan tunggal) akan diberikan pertolongan dana. Dari mana kita bisa ikutan asuransi ini? Ketika kita bayar pajak, JASA RAHARJA sudah termasuk di dalamnya. Ketika bayar tiket kendaraan (Laut, Udara, Darat) yang resmi, itu juga sudah termasuk bayar asuransi. Jadi, ketika kita mengalami kecelakaan (ya Allah muga2 sih nggak ya, gak mau..), polisi akan langsung mengurusnya. Jadi tenang aja. Kalau misalnya pas kecelakaan nggak ada polisi, maka kita harus segera melapor ke POLANTAS dan mohon segera diuruskan asuransinya. Sayangnya, JASA RAHARJA gak bisa gerak mendahului polisi, jadi harus ada laporan masuk dari kepolisian terlebih dahulu. Hemmmm... pengennya bisa langsung diurus ya. Tapi kalau itu terjadi, pasti semrawut juga karena dikepolisian belum ada catatan kasusnya sementara di JR udah ganti rugi aja.
3. Orangtua yang salah mewujudkan bentuk KASIH SAYANG
Sering banget kan zaman sekarang kita liat anak-anak SD dan pada bawa motor? Ugal-ugalan pula. "Owalah dek.. duduk baik-baik di rumah aja dek. Di jalan itu bahaya!". Banyak orang tua yang merasa bangga karena udah bisa menghadiahi anaknya motor. Dulu, aku udah di ajari naik motor kelas 6 SD. Terus jatuh pas mau belokin motor dari warung menuju ke rumah. Trauma. Gak mau bawa motor lagi. Trus, kelas 1 SMA, habis solat ied bukannya silaturahmi ke tetangga dekat, malah nekat menggonceng 2 orang temanku buat ke rumah guru yang jaraknya 6km dari rumah. Nabrak pinggiran jembatan pas belok. Trauma. Gak mau naik motor lagi. Barulah pas kelas 3 SMP aku belajar dengan serius dengan mami. Masih ingat, itu bulan puasa dan setiap paginya aku latihan membonceng mami. Perlahan barulah berani bawa motor lagi.
Tapi beruhubung aku tinggal di desa, jadi lalu lintas nggak semenyeramkan di kota besar kayak Pekanbaru ini. Di desaku mah sepi. Kelas 2 SMA baru punya motor sendiri. hehee.....sebenarnya belum cukup umur juga sih. Kan standarnya umur 17 tahun. Tapi aku nggak punya pilihan lain karena aku kos dan jauh dari sekolah. Tapi ya setidaknya orangtua harus mengajarkan cara berkendara yang aman buat buah hatinya. "Kalau mau belok, hidupin lampu sainnya dulu El. Liat kiri-kanan dulu. Jangan ngebut-ngebut. Pas belokan, hidupkan klaksonnya!" itulah beberapa pesan papa selalu padaku. Kadang sampek sekarang juga ada yang diualng-ulangnya. hehe..love u papiiii...
4. Referensi DREAM CARRIER

Tidak ada komentar:
Posting Komentar