Selasa, 24 Februari 2015

Hamba Camera

Pagi ini, kak Dila mengajakku belanja ke pasar pagi Panam.
Dia tahu kalau hari ini adalah hari pasar.
Aku? Seperti biasa, butuh diomeli sedikit supaya pantatku bisa beranjak dari depan laptop.
Tujuan utamanya adalah beli bahan-bahan untuk masak mie bihun goreng, kesukaanku. Akhirnya, bukan hanya beli mie bihun goreng, kami juga beli jilbab, jeruk dan banyak lagi.
"Dek, kita cuma butuh modal 20ribuan buat masak mie bihun goreng 1 kuali. Daripada beli di tempat langganan El itu, 1 porsi udah 10ribu aja. Udah dapat banyak, kita bisa bagi-bagi juga dengan yang lainnya. Nggak rugi kok Dek kalau kita masak sendiri."
"Emang untung banget Kak. Tapi, masalahnya El yang malas masak. hikssss."


Selanjutnya, ke PESONA MART. Mini market ini adalah rekomendasi muridnya Kak Dila yang katanya sangat murah meriah dan harganya bersaing. Maka, kami akan mencoba berburu di sana. Ternyata nggak jauh dari belokan Garuda sakti tempatnya dan parkirannya juga cukup luas. Rame banget. Mungkin benar apa yang dikatakan murid kak Dila itu. Yang belanja ke sini benar saja banyak yang anak kos-kosan. Belanjaan perbulan seperti sabun cuci, bedak dan beras mereka borong di sini. hemmm...boleh juga nih.

 Aku dan kak Dila ngeborong silverquen yang harganya cuma Rp 6.800 sementara di luar bisa mencapai Rp 8000- Rp 9000. nyumiiii, kesampean juga makan coklat ini setelah beberapa hari kami ngidam-i. Pulang dari Pesona, upsss kamar kami berserak banget ya ternyata. hiksss. Aku nggak sempat bantuin kak Dila karena aku harus ke kampus. Mau meng-upgrading riset dengan bang Rokhim.
"Dek, pinjamkanlah kompor adek tuh biar Kak tinggal masak aja selama El pergi," saran kak Dila. Komporku dan Rini udah nggak bisa lagi digunakan, makanya harus minjem dengan adek belakang. Biarlah nanti kami kasih merkea mie yang udah dimasak.

Dan, sepulangnya dari meeting, taraaaaaaam mie goreng kesukaanku udah jadi pemirsa. Enak ya punya Kakak yang baik hati, adeknya pulang disuguhi makanan. ehhe. Aku langsung menyantapnya tanpa basa-basi lagi. Kak Dila pun demikian. Ya Allah, enak banget cuyyyy. Kalau kak Dila yang masak, aku udag nggak bisa berkata apa-apa.
"Huyaahhh, betuah haa tangan Kakak koo. Semuanya lezat di tangan Kakak. Emang bakat atau gimana sih Kak?"
"Ya nggak lah Dek. Kakak juga dulu belajar. Sering salah. Tapi almarhum Ibu Kakak itu nggak pernah sekalipun menyalahkan Kakak. Dia selalu bilang: Nggak apa-apa Dila, besok dicoba lagi. Dan, besoknya dibelikan lagi bahan-bahannya sama ibu Kakak Dek. Makanya bisa jago kayak gini. hahaa" kak Dila mengedipkan matanya kepadaku. hehe

"Jalan ke SKA juga yuk Dek? Nyusul Andin dan Rini," pinta kak Dila yang baru saja diajak Andin menyaksikan penampilan hip hopnya malam ini.
Aku mengiyakan dan kami melaju ke SKA pada pukul 17.50wib. Solat maghribnya di TKP ajalah. Nggak beli apa-apa sih, cuma muter-muter aja lihat-lihat sepatu cantik di Matahari sambil putu-putu. Sampek-sampek SPGnya negur kami:
"Kenapa kok difoto-foto barangnya?" tanyanya. Padahal yang kami foto itu bukan berfokus dengan barangnya, tapi dengan diri kami yang cantik ini. huuuuu

Setelah capek muter-muter, kami makan di AW. Lumayan lah buat ganjal perut yang kelaperan karena energinya terkuras untuk muter-muter. Setelah dari AW, kami ke pelataran SKA dan berfoto ria di depan air mancur. Lampion merah menghiasi langit-langit mall ini. Sebentar lagi IMLEK, makanya si merah bertebaran di mana-mana. Kami memutuskan untuk pulan pukul 21.00wib dan di situlah kami bertemu Andin yang sedang cengengesan dengan teman-teman cowoknya. Sementara Rini duduk manis menikmati alunan musik di panggung di hadapannya. Ah, dunia malam yang gemerlap. hehe, kami berpamitan pulang duluan dengan mereka.

Sesampainya di rumah, apa lagi kerjaku kalau bukan menyantap mie mibuh lagi? Aku juga sudah memberikannya kepada Yudi. Ah, sesama anak kos pasti sudah sama-sama fahamlah.

SKA punya kisah. Lagi-lagi tentang aku dan dia. Waktu itu aku baru bergabung dengan COMPETER dan yang berkesan itu adalah ketika bang Asqol (founding father-nya):
"Si itu udah gabung loh, udah ikut 2 kali pertemuan dia."
Sungguh luar biasa menurutku. Sejak kapan antara aku dan dia tidak saling memberi tahu? Sejak kapan cinta berubah menjadi adu kebolehan? Sejak kapan kami tak lagi saling berkabar? Sejak kapan aku tidak lagi merasa dimiliknya dan dia ku miliki? Sejak kapan kebersamaan berubah dan hanya menjelma menjadi gundah? Sejak kapan?

Sejak hatimu tidak lagi putih menerima kekuranganku. Itu jawabannya. Sejak saat itulah kita memang tidak lagi milik cerita cinta. Aku bisa merasakannya meskipun wajah lugu nan manis itu selalu berusaha menipu dan mengelak.

Tidak ada komentar: