*Tentang kunjungan ke Konsulat Malaysia
Jam 08.30 aku dan rombongan melaju. Bang Amri (Mentri Luar Universitas) tetap keukeh lewat Arifin Ahmad, padahal sudah ku bilang bisa lewat AURI dan diizinkan. Akhirnya baru nyadar cuma aku dan Lola yang lewat AURI. Biar aja deh, yang penting adem dan cepet. Eh, tapi niat cepetnya batal total karena aku lupa dimana letak KM dan kebablasan sampek Fly Over pertama. Huaa... parah banget pikunku. Eh, ternyata feelingku benar kalau letak KM tu deket bundaran Simpang 3 tadi. Tapi tulisan gede si KM bener-bener luput dari pandanganku.*huaa..maklum faktor usia. hehe.
Seneng banget rasanya berada di antara orang-orang luar biasa seperti kalian bro, sist. Aku mulai noh muncul ngantuk dan boringnya pas si pak konsul ngasih wejangan tentang Asean Community. *nguap-nguap aja akunya. Udah tu, malah keterusan malasnya buat aktif. Mau nanya tentang budaya, tapi udah ditanyain sama Bobby. Tapi sebenarnya gak masalah juga sih, kan budaya itu banyak halnya. *ah, tapi aku sudah terlanjur moody. Maafkan aku Allah-ku.
*Tentang ke-beteanku
Rini rupanya bbm sejak tadi siang jam 11, tapi baru ku baca jam 1 setelah sampai di kosan.
El, kami ngirim berkasnya duluan ya. *dengan emote sedih
Geram juga aku membacanya. Tidak bisakah dia sedikit menungguku? Gara-gara ada Risky makanya dia kefikiran buat duluan, coba kalau gak ada teman pasti nungguin aku juga ujung-ujungnya. Tolonglah mengerti! Dia tahu aku lelet, pikun, linglung, lalu tak inginkah dia mendampingi kurangku itu? *ah, sudahlah. Aku juga lelah dikatai egois.
Kalau mau duluan, duluanlah. Rini kan udah pinter sekarang. Udah bisa ngurus semuanya sendiri. Udah gak perlu sama2 sama aku.
Close!
Aku gak suka juga membiarkan hati merana karena berharap. Mungkin dia lupa, atas dasar apa aku kemarin menunda??? Untuk siapa aku menemani mengurus pasport? Dengan siapa dia menanya ketidaktahuan? Tapi aku tidak akan mengungkit hal ini lagi. Kalau dia sudah mengirim, baguslah. Kalau belum, aku pun tidak akan menanya. Lia yang masih menggenapiku.
*Tentang persiapan launching
Aku bertandang ke kosan dek Novi, menyerahkan buku sebagai terimakasih atas kesediaannya membacakan puisi kami ber-5 ketika launching besok. Aku hanya bisa menghadiahinya buku Januari dan segelas jus Nenas. Aku ngobrol lumayan panjang dengannya. Dia adalah mutiara yang masih terselubung. Aku harus membukanya agar binarnya memancing binar-binar lainnya. Tak sadar, ternyata sudah jam 21.00 dan kak Dilla pasti sudah kelaparan menunggu lauk ini. Aku bergegas pulang, makan, sholat dan mengejar beberapa deadline malam ini. Yudi semangat banget, dia udah menjual 5 buku ke 3 temannya dan 2 dosennya. Ewako !!!
Jam 08.30 aku dan rombongan melaju. Bang Amri (Mentri Luar Universitas) tetap keukeh lewat Arifin Ahmad, padahal sudah ku bilang bisa lewat AURI dan diizinkan. Akhirnya baru nyadar cuma aku dan Lola yang lewat AURI. Biar aja deh, yang penting adem dan cepet. Eh, tapi niat cepetnya batal total karena aku lupa dimana letak KM dan kebablasan sampek Fly Over pertama. Huaa... parah banget pikunku. Eh, ternyata feelingku benar kalau letak KM tu deket bundaran Simpang 3 tadi. Tapi tulisan gede si KM bener-bener luput dari pandanganku.*huaa..maklum faktor usia. hehe.
Seneng banget rasanya berada di antara orang-orang luar biasa seperti kalian bro, sist. Aku mulai noh muncul ngantuk dan boringnya pas si pak konsul ngasih wejangan tentang Asean Community. *nguap-nguap aja akunya. Udah tu, malah keterusan malasnya buat aktif. Mau nanya tentang budaya, tapi udah ditanyain sama Bobby. Tapi sebenarnya gak masalah juga sih, kan budaya itu banyak halnya. *ah, tapi aku sudah terlanjur moody. Maafkan aku Allah-ku.
*Tentang ke-beteanku
Rini rupanya bbm sejak tadi siang jam 11, tapi baru ku baca jam 1 setelah sampai di kosan.
El, kami ngirim berkasnya duluan ya. *dengan emote sedih
Geram juga aku membacanya. Tidak bisakah dia sedikit menungguku? Gara-gara ada Risky makanya dia kefikiran buat duluan, coba kalau gak ada teman pasti nungguin aku juga ujung-ujungnya. Tolonglah mengerti! Dia tahu aku lelet, pikun, linglung, lalu tak inginkah dia mendampingi kurangku itu? *ah, sudahlah. Aku juga lelah dikatai egois.
Kalau mau duluan, duluanlah. Rini kan udah pinter sekarang. Udah bisa ngurus semuanya sendiri. Udah gak perlu sama2 sama aku.
Close!
Aku gak suka juga membiarkan hati merana karena berharap. Mungkin dia lupa, atas dasar apa aku kemarin menunda??? Untuk siapa aku menemani mengurus pasport? Dengan siapa dia menanya ketidaktahuan? Tapi aku tidak akan mengungkit hal ini lagi. Kalau dia sudah mengirim, baguslah. Kalau belum, aku pun tidak akan menanya. Lia yang masih menggenapiku.
*Tentang persiapan launching
Aku bertandang ke kosan dek Novi, menyerahkan buku sebagai terimakasih atas kesediaannya membacakan puisi kami ber-5 ketika launching besok. Aku hanya bisa menghadiahinya buku Januari dan segelas jus Nenas. Aku ngobrol lumayan panjang dengannya. Dia adalah mutiara yang masih terselubung. Aku harus membukanya agar binarnya memancing binar-binar lainnya. Tak sadar, ternyata sudah jam 21.00 dan kak Dilla pasti sudah kelaparan menunggu lauk ini. Aku bergegas pulang, makan, sholat dan mengejar beberapa deadline malam ini. Yudi semangat banget, dia udah menjual 5 buku ke 3 temannya dan 2 dosennya. Ewako !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar