Masih seperti hari-hari sebelumnya. Meja registrasi kosong. Cuma Joni, Yana dan Okta yang udah menyibuk pagi-pagi. Dan Juri udah datang lebih awal. hiksss. Aku juga salah, kenapa nggak fotokopi-in lembar penilaiannya tadi malam? Padahal tadi malam ke luar dan bolak-balik Bina Krida. hiksss. Kali ini, Rincuy nggak ikut karena jam 07.00wib tadi doi udah dijemput temannya. Sok sibuk banget dia sekarang ciin, mentang-mentang jadi tim kampanye tuuuhh. upsss!
Aku membantu mengedarkan absen dan persiapan infokus. Acara dibukan oleh Key pada pukul 08.30wib. Ah, ternyata pukul 08.00wib tidak mampu juga tergenapi. Betapa sulitkah? *tanya diri sendiri. Yaumil yang hari ini bisa menjelma sebagai panitia dan bersedia untuk aku repotkan, ehhe. Alhamdulillah, konsumsi sudah terhidang di meja juri sebelum acara dimulai. Joni kemudian diantarkan oleh Okta karena ada kuliah. Aku menitipi Okta nasi goreng. Capcusss, kami sarapan di sudut ruangan sambil menyaksikan presentase berlangsung.
Nomor urut 11 hari ini adalah Al-Afif Muzakkir --yang selalu dibangga-banggakan Teguh karena keanggunan cara speakingnya. Yah, bolehlah! Memang bawaannya santai dek Afif ini. Aku salut juga, yang muda yang berkarya ^_^. Aku menunggu penampilan dek Novi yang ternyata lebih cetar membahana badai dibandingkan di FKIP kemarin. Luar biasa dia. Memang kemampuan terbesarnya adalah di publick speaking. Huaahh, tadi malam niatnya mau nerorin dek Romcek sama dek Novicek, tapi akunya aja ketiduran dan nggak sanggup lagi pun barang menulis 1 paragraf pun di blog. Kira-kira mereka bertanya-tanya nggak ya: mana kak Elcek? Kok tumben malam ini nggak nelvon? hehe, *pede. Tapi, aku salut deh! Mereka matang dan siap tampil banget. Nggak sia-sia Nak, Mak tadi malam jaga lilin. eh?
Sesi pagi ditutup dengan penampilan Romi di nomor urut 17. Tersisa 2 orang lagi setelah ISHOMA. Aku dan Okta bergegas melobi juri untuk rapat kilat di ruang sebelah untuk membicarakan teknis pengaugerahan. Alhamdulillah, mereka setuju untuk kembali hadir di acara 2 Mei tersebut dan sekaligus pemberian kenang-kenangan kepada seluruh juri. Setelah melalui perundingan dan persimpangan pendapat, alhamdulillah juga mereka setuju jika ada sesi uji publik (diberi dan menjawab pertanyaan on the spot kayak miss indonesiaa ciin). Dan itu termasuk ke dalam kategori MAWAPRES FAVORIT PILIHAN PENONTON. Jadi, ini nggak mempengaruhi keputusan dewan juri terhadap pemenang 1, 2 dan 3 dan ini jadi penghargaan tambahan. Tujuannya tentu saja agar acara penganugerahan besok berlangsung meriah dan meninggalkan kesan di hati para penonton. *harus lebih cetar lagi dari tahu kemarin. Bismillah, Okta jadi saksi. Bang Rokhim juga ada nih.
"Lebih tinggi poin prestasi yang sejalan dengan bidang ilmunya daripada yang nggak sejalan, Bu," jelas bang Rokhim.
"Emangnya ada ya bang aturannya tuh?" tanyaku.
"Ada. Nih silahkan dilihat!"
Lalu, ber-ooo lah aku setelahnya. Tiba-tiba, aku teringat kepada 2 adik FKIP-ku yang kini sedang sama-sama menyantap hidangan bersamaku. Ah, semoga mereka berdua sama-sama bisa memegang posisi tahun ini. Jika tidak, aku sudah punya senjata untuk membahanakan FKIP-ku tercinta. Ah, andaikan saja aku menyadari strategi ini lebih awal. huft! however, this is the best from You.
"Woyyy! Ada orang woy, yang udah 1,5 bulan nggak nelvon ibunya wooy," seperti biasa Okta mulai berulang membully siapa saja yang ada di sekitarnya. Kali ini Joni. Mereka yang tadinya berebut ikan, jadi berubah peran: Okta seperti pendongeng, Joni tertunduk malu. haha. Ini adalah tentang cerita Joni yang segan kepada ibunya karena sering meminta uang dan ia memutuskan untuk tidak menghubungi sang ibu karenanya. Okta dan Romilah yang dimintai tolong untuk menyampaikan salam ibu ke Joni. Eh, pas Joni ditelvon ibunya, ia jadi nangis tersedu-sedu di depan romcek dan Okta. huaahhh, lucu-lucu. Joni sigap menyudahi makannya sebelum cerita mencapai klimaks. Ia buru-buru berwudhu dan sholat Zuhur di ruangan sebelah. hheee, sementara bu Roza yang juga makan bersama kami, turut tersenyum dan geleng-geleng. owalahhhh cek, cek..haha
Aku, Novi, Romcek, Adli de el el bersama-sama menuju mushola rektorat. Nah, di hari pertama kemarin, aku baru ingat bahwa Aldi adalah teman sekelompok tari Rentak Bulian ketika kami seleksi KPN tahun lalu. hiksss, pantesan kayaknya pernah lihat dan nggak asing lagi wajahnya. Seluruh finalis setelah 3 hari ini berkumpul bersama teman-teman FKIP yang capcuss, sedikit banyaknya juga sudah terkontaminasi. *jatuh martabak anak-anak FKIP pemirsaaa..huaahh. FKIP yang selama ini terlihat berwibawa jadi lekong begindrang (baca: begini) hehe. Aku sangat bersyukur ada Okta dan Joni di sampingku selalu, kalau mereka nggak ada, udahlah! Mungkin wajah setan (julukan dari Okta ketika aku marah) itu benar-benar akan terlihat oleh semua orang. hehe, Makasih ya dek cek, yang udah bikin mbak ketawa sepanjang ketegangan-ketegangan ini. ^_^
2 Peserta lagi.
Karena Key belum datang, Okta yang membuka acara.
Pukul 14.30wib lagi-lagi tak kuasa tergenapi.
Kali ini, Laili Dwi Annisa dari Teknik Arsitektur. Wajahnya imut banget dan kalau dia pakai baju SMP, aku rasa orang masih percaya usianya itu. Lalu yang terakhir adalah Ibna Hayati yang tahun kemarin juga telah mengikuti seleksi ini dan termasuk 5 besar. Kami disuguhkan cendol sagu yang bentuknya kecil-kecil seperti mutiara. Hemmm,,,, nyummmiii. Berikutnya adalah sesi narsis bersama. Huaahh, jurinya juga narsis ternyata. Alhamdulillah, 2 hari ini rasanya lebih dari keluarga. Mereka juga sudah mengundang kami untung senantiasa mendatangi mereka untuk meminta nasihat atau bimbingan KTI, B.ing and so on. Huaahh, alhamdulillah. Syukur tak hingga deh pokoknya.
Tadi, pukul 09.00wib, sempat merasa iri kepada BEM UR yang mengadakan kuliah umum bersama Johan Budi di Aula Rektorat, tepat di seberang ruangan kami. Yang bikin iri itu bukan tentang pesertanya yang begitu ramai padahal pengumuman baru di bc-kan semala,. Tapi, adalah tentang kesolidan panitianya. Mereka begitu ramai dan standby di sekitar meja registrasi. Nggak ngapa-ngapain sih, ada yang cuma ngobrol, bbm-an bahkan bengong-bengong aja. Sebuah aktivitas yang mubazir sebenarnya kalau dilihat secara skeptis. Tapi, aku melihatnya lebih dalam. Ada hati-hati yang terhimpun dan bertautan di sana. Sekali pun mereka tidak punya kewajiban apa-apa saat itu, tapi mereka siap 'pakai' jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Memang, kondisi berbanding terbalik dengan kepanitiaanku (faktor jumlah yang sedikit juga), ketika kemarin aku sulit mencari bantuan dan tadi pagi meja registrasi kosong melompong. Lebih ramai pula acara BEM UR yang baru dibuka daripada kami yang sudah sejak tadi dimula. Ah, syudahlah! Apa pun yang terjadi, URC tetap ku cinta.
Acara usai pukul 14.20wib.
Kini, yang tertinggal di ruangan ini tinggallah aku, Okta, Joni-cek, Romcek, dek Teguh, dek Zafitra, dek Sarah dan dek Nada. Mereka sedang menyetorkan videonya kepada panitia. Aku menyaksikan kegilaan mereka. Okta meminta Romcek menyanyi dan ia lipsing sambil ku rekam. Ih, cucok banget deh mereka. Tingkah polah mereka ini jadi pengobat lelah tersendiri buatku. Joni dan Okta sesekali belagak jalan di catwalk, duet nyanyi, foto-foto narsis dan berdongeng konyol. Ah, esok aku pasti rindu mereka.
***
Aku sudah tiba di kosan pukul 16.00wib.
Lega. Langsung ku rebahkan tubuhku di atas kasur empuk. Tapi, hatiku kosong. Biasanya jam segini aku masih berada di antara hiruk pikuk kesibukan. Ku sempatkan tidur barang 15menitan dan ketika terbangun hanya daun-daun di pohon di luar jendela kamar yang sibuk ku eja. Rini belum pulang. Sementara di langit sana, selimut merah mulai merekah. Ah, sungguh indah segala yang sudah. ^_^
Aku membantu mengedarkan absen dan persiapan infokus. Acara dibukan oleh Key pada pukul 08.30wib. Ah, ternyata pukul 08.00wib tidak mampu juga tergenapi. Betapa sulitkah? *tanya diri sendiri. Yaumil yang hari ini bisa menjelma sebagai panitia dan bersedia untuk aku repotkan, ehhe. Alhamdulillah, konsumsi sudah terhidang di meja juri sebelum acara dimulai. Joni kemudian diantarkan oleh Okta karena ada kuliah. Aku menitipi Okta nasi goreng. Capcusss, kami sarapan di sudut ruangan sambil menyaksikan presentase berlangsung.
Nomor urut 11 hari ini adalah Al-Afif Muzakkir --yang selalu dibangga-banggakan Teguh karena keanggunan cara speakingnya. Yah, bolehlah! Memang bawaannya santai dek Afif ini. Aku salut juga, yang muda yang berkarya ^_^. Aku menunggu penampilan dek Novi yang ternyata lebih cetar membahana badai dibandingkan di FKIP kemarin. Luar biasa dia. Memang kemampuan terbesarnya adalah di publick speaking. Huaahh, tadi malam niatnya mau nerorin dek Romcek sama dek Novicek, tapi akunya aja ketiduran dan nggak sanggup lagi pun barang menulis 1 paragraf pun di blog. Kira-kira mereka bertanya-tanya nggak ya: mana kak Elcek? Kok tumben malam ini nggak nelvon? hehe, *pede. Tapi, aku salut deh! Mereka matang dan siap tampil banget. Nggak sia-sia Nak, Mak tadi malam jaga lilin. eh?
Sesi pagi ditutup dengan penampilan Romi di nomor urut 17. Tersisa 2 orang lagi setelah ISHOMA. Aku dan Okta bergegas melobi juri untuk rapat kilat di ruang sebelah untuk membicarakan teknis pengaugerahan. Alhamdulillah, mereka setuju untuk kembali hadir di acara 2 Mei tersebut dan sekaligus pemberian kenang-kenangan kepada seluruh juri. Setelah melalui perundingan dan persimpangan pendapat, alhamdulillah juga mereka setuju jika ada sesi uji publik (diberi dan menjawab pertanyaan on the spot kayak miss indonesiaa ciin). Dan itu termasuk ke dalam kategori MAWAPRES FAVORIT PILIHAN PENONTON. Jadi, ini nggak mempengaruhi keputusan dewan juri terhadap pemenang 1, 2 dan 3 dan ini jadi penghargaan tambahan. Tujuannya tentu saja agar acara penganugerahan besok berlangsung meriah dan meninggalkan kesan di hati para penonton. *harus lebih cetar lagi dari tahu kemarin. Bismillah, Okta jadi saksi. Bang Rokhim juga ada nih.
"Lebih tinggi poin prestasi yang sejalan dengan bidang ilmunya daripada yang nggak sejalan, Bu," jelas bang Rokhim.
"Emangnya ada ya bang aturannya tuh?" tanyaku.
"Ada. Nih silahkan dilihat!"
Lalu, ber-ooo lah aku setelahnya. Tiba-tiba, aku teringat kepada 2 adik FKIP-ku yang kini sedang sama-sama menyantap hidangan bersamaku. Ah, semoga mereka berdua sama-sama bisa memegang posisi tahun ini. Jika tidak, aku sudah punya senjata untuk membahanakan FKIP-ku tercinta. Ah, andaikan saja aku menyadari strategi ini lebih awal. huft! however, this is the best from You.
"Woyyy! Ada orang woy, yang udah 1,5 bulan nggak nelvon ibunya wooy," seperti biasa Okta mulai berulang membully siapa saja yang ada di sekitarnya. Kali ini Joni. Mereka yang tadinya berebut ikan, jadi berubah peran: Okta seperti pendongeng, Joni tertunduk malu. haha. Ini adalah tentang cerita Joni yang segan kepada ibunya karena sering meminta uang dan ia memutuskan untuk tidak menghubungi sang ibu karenanya. Okta dan Romilah yang dimintai tolong untuk menyampaikan salam ibu ke Joni. Eh, pas Joni ditelvon ibunya, ia jadi nangis tersedu-sedu di depan romcek dan Okta. huaahhh, lucu-lucu. Joni sigap menyudahi makannya sebelum cerita mencapai klimaks. Ia buru-buru berwudhu dan sholat Zuhur di ruangan sebelah. hheee, sementara bu Roza yang juga makan bersama kami, turut tersenyum dan geleng-geleng. owalahhhh cek, cek..haha
Aku, Novi, Romcek, Adli de el el bersama-sama menuju mushola rektorat. Nah, di hari pertama kemarin, aku baru ingat bahwa Aldi adalah teman sekelompok tari Rentak Bulian ketika kami seleksi KPN tahun lalu. hiksss, pantesan kayaknya pernah lihat dan nggak asing lagi wajahnya. Seluruh finalis setelah 3 hari ini berkumpul bersama teman-teman FKIP yang capcuss, sedikit banyaknya juga sudah terkontaminasi. *jatuh martabak anak-anak FKIP pemirsaaa..huaahh. FKIP yang selama ini terlihat berwibawa jadi lekong begindrang (baca: begini) hehe. Aku sangat bersyukur ada Okta dan Joni di sampingku selalu, kalau mereka nggak ada, udahlah! Mungkin wajah setan (julukan dari Okta ketika aku marah) itu benar-benar akan terlihat oleh semua orang. hehe, Makasih ya dek cek, yang udah bikin mbak ketawa sepanjang ketegangan-ketegangan ini. ^_^
2 Peserta lagi.
Karena Key belum datang, Okta yang membuka acara.
Pukul 14.30wib lagi-lagi tak kuasa tergenapi.
Kali ini, Laili Dwi Annisa dari Teknik Arsitektur. Wajahnya imut banget dan kalau dia pakai baju SMP, aku rasa orang masih percaya usianya itu. Lalu yang terakhir adalah Ibna Hayati yang tahun kemarin juga telah mengikuti seleksi ini dan termasuk 5 besar. Kami disuguhkan cendol sagu yang bentuknya kecil-kecil seperti mutiara. Hemmm,,,, nyummmiii. Berikutnya adalah sesi narsis bersama. Huaahh, jurinya juga narsis ternyata. Alhamdulillah, 2 hari ini rasanya lebih dari keluarga. Mereka juga sudah mengundang kami untung senantiasa mendatangi mereka untuk meminta nasihat atau bimbingan KTI, B.ing and so on. Huaahh, alhamdulillah. Syukur tak hingga deh pokoknya.
Tadi, pukul 09.00wib, sempat merasa iri kepada BEM UR yang mengadakan kuliah umum bersama Johan Budi di Aula Rektorat, tepat di seberang ruangan kami. Yang bikin iri itu bukan tentang pesertanya yang begitu ramai padahal pengumuman baru di bc-kan semala,. Tapi, adalah tentang kesolidan panitianya. Mereka begitu ramai dan standby di sekitar meja registrasi. Nggak ngapa-ngapain sih, ada yang cuma ngobrol, bbm-an bahkan bengong-bengong aja. Sebuah aktivitas yang mubazir sebenarnya kalau dilihat secara skeptis. Tapi, aku melihatnya lebih dalam. Ada hati-hati yang terhimpun dan bertautan di sana. Sekali pun mereka tidak punya kewajiban apa-apa saat itu, tapi mereka siap 'pakai' jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Memang, kondisi berbanding terbalik dengan kepanitiaanku (faktor jumlah yang sedikit juga), ketika kemarin aku sulit mencari bantuan dan tadi pagi meja registrasi kosong melompong. Lebih ramai pula acara BEM UR yang baru dibuka daripada kami yang sudah sejak tadi dimula. Ah, syudahlah! Apa pun yang terjadi, URC tetap ku cinta.
Acara usai pukul 14.20wib.
Kini, yang tertinggal di ruangan ini tinggallah aku, Okta, Joni-cek, Romcek, dek Teguh, dek Zafitra, dek Sarah dan dek Nada. Mereka sedang menyetorkan videonya kepada panitia. Aku menyaksikan kegilaan mereka. Okta meminta Romcek menyanyi dan ia lipsing sambil ku rekam. Ih, cucok banget deh mereka. Tingkah polah mereka ini jadi pengobat lelah tersendiri buatku. Joni dan Okta sesekali belagak jalan di catwalk, duet nyanyi, foto-foto narsis dan berdongeng konyol. Ah, esok aku pasti rindu mereka.
***
Aku sudah tiba di kosan pukul 16.00wib.
Lega. Langsung ku rebahkan tubuhku di atas kasur empuk. Tapi, hatiku kosong. Biasanya jam segini aku masih berada di antara hiruk pikuk kesibukan. Ku sempatkan tidur barang 15menitan dan ketika terbangun hanya daun-daun di pohon di luar jendela kamar yang sibuk ku eja. Rini belum pulang. Sementara di langit sana, selimut merah mulai merekah. Ah, sungguh indah segala yang sudah. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar