Sabtu, 25 April 2015

Inspirasi: Life of Pi Movie

Dalam sebuah momen makan malam keluarga (di film itu),
Ayah : Kalau kau masuk ke dalam semua agama, maka hidupmu akan berlibur selamanya
Pi : (Masih terdiam sambil menyuap nasi berlauk Domba ke mulutnya)
Abang : Kamu mau ke Mekah atau Roma untuk menjadi Paulus?
Ibu: Jaga ucapanmu, Nak. Sama seperti kamu suka kriket dan Pi punya kesukaannya sendiri.
Ayah : Kau tidak bisa menganut 3 agama secara bersamaan
Pi : Kenapa tidak?
Ayah : Sebab, percaya kepada sesesuatu secara bersamaan sama dengan tidak percaya sama sekali
Ibu : Dia masih muda. Dia masih mencari jalan (ekspresi iba seorang ibu)
Ayah : Bagaimana dia menemukan jalan jika dia tidak memilih? Dengar, bukan hanya berpindah dari 1 agama ke agama lain, kenapa kau tidak memulainya dengan suatu alasan?Beratus-ratus tahun pengetahuan membuat kita memahami semesta dibandingkan agama yang sudah ada 10.00tahun
Ibu : Itu benar. Ilmu bisa mnegajarkan lebih dari apa yang ada di luar sana. Tapi, bukan yang ada di sini (sambil menunjuk dada)
Ayah  : Aku tak mau kita setuju dengan segala sesuatu. Tapi, aku lebih setuju kau percaya pada hal yang bertentang denganku daripada menerima semuanya secara buta. Dan, itu dimulai dengan bergikir rasional. Faham?

Dalam suatu obrolan di waktu yang terdampat jauh di masa depan,
Sahabat Pi :  ...katanya, kau punya cerita yang akan membuatku percaya kepada Tuhan.
Pi : Dia seperti bicara makanan lezat. Tentang Tuhan, aku hanya bisa menceritakan kisahku. Kaulah yang memutuskan untuk percaya. Cukup adil bukan? Kita tak akan mengenal Tuhan sebelum ada yang mengenalkannya.
Sahabat Pi : Jadi, kau muslim dan Kristem. Juga Hindu?
Pi:  Ku rasa Yahudi juga. Kenapa? Iman adalah rumah dengan banyak kamar.
Sahabat Pi : Tapi, tak ada kamar untuk sebuah keraguan?
Pi : Keraguan itu berguna untuk membuat hidup menjadi lebih hidup. Selain itu, kau tak kan tahu kekuatan imanmu sampai imanmu diuji.

Tidak ada komentar: