"Elceeeeekkkk?" teriak
Okta dari teras kos.
Aku buru-buru ke luar karena takut
suaranya semakin meninggi. Ku dapati wajah murungnya mengisyaratkan keluhan.
"... dan Okta nggak mungkin
bisa nyiapi proposal itu sampai jam 3 ini Kak. Jam 1 ini aja Okta harus masuk
sampai jam 4. Kapan lagi mau dikerjain?"
Aku tiba-tiba ada ide. Akan ku
buatkan saja proposal kebahariannya Okta, fotokopi KTMnya kan ada padaku, surat
sehatnya juga ada padaku dan tinggal ku ubah keperluannya untuk seleksi KPN.
hemmm... setidaknya itu dulu yang dikumpulkan ke Dispora sebagai jaminan bahwa
persyaratan lainnya akan segera menyusul. Dan saat malamnya Okta mendapat sms
dari panitia, dia akan terkejut dan segera menelvonku. Hemmm... boleh juga nih
ide.
"Kak? Plisss Okta nggak ikutan
dulu ya kali ini. Tahun depan aja."
"Dek, justru tahun inilah Adek
harus belajar. Tahun depan udah bisa Kakak lepaskan Adek terbang sendiri. Belum
tentu Kakak bisa mengarahkan kalian kayak gini lagi ntar. Mumpung kita masih
seperti ini sekarang. Lagian, capek-capek aja kita kemarin kalau ternyata hari
ini gagal mencoba."
Aku semakin bertekad untuk
menolongnya. Ketika kita menolong orang lain, maka Allah akan menolong kita
dengan lebih sempurna.
"Eh, ntar sore Kakak gladi di
sekolahnya bang Hendra, Adek ikut ya!"
"Okta nggak bisa Kak, mau
ngurusin acara bareng pak Syaf loh!"
"Tu gimana nasib Kakak, Dek?
Ntar malam ke sinilah ya? Ajarkan Kakak cara ngeMC semi formal."
"Ntar malam juga Okta nggak
bisa Kak. RPP belum selesai, besok mau dikumpulkan. Persiapan acara ni aja ntah
jam berapa kelarnya, Kak."
"Tanggung jawablah! Ni kan
kerjaan Adek. Duh, gimana lah nasib Kakak besok Dek? Kakak takut malu-maluin
loh."
"Hahha, lantaklah.. Ada pak
Wali Kota juga loh besok tuh!"
"Seriuslah Dek?" wajahku
berubah jauh lebih serius.
"Iya, Kak. hhehe, dah ya, Okta
mau masuk lagi ni haaa."
Okta ngeloyor pergi dan aku masih
terperanga. Sedikit menyesal, kenapa kemarin aku mengiyakan permintaan bang
Hendra? Janji Okta untuk mengajariku adalah alasanku menerima tawaran itu, tapi
jika seperti kenyataannya lalu bagaimana?
***
085278386xxx memanggil...
"Halooo?"
"Hallooo Elis, ntar sore ke SMP
Madani?"
"Ini siapa?"
"Ani loh El. Bareng ya? Ani
nggak ada tebengan nih."
Aku bingung. Apakah Ani pun diminta
bang Hendra menjadi MC? Jadi, aku bakal duet nih?
"Oh ehhh, iya Ni. Boleh."
Telvon ditutup. Aku kembali
mengerjakan proposal bahariku.
2 jam kemudian, ku tanyakan lagi
kepada Ani,
"Ani... udah di mana?"
"Ani di BEM FKIP El. Kata Mbak
Sugi dicancle acaranya sore ini, El. Nggak dapat smsnya ya?"
Aku bingung, jangan-jangan yang
dimaksud oleh Ani berbeda dengan tebakanku.
"Emang apa bunyinya Ni?"
"Elis ikutan halaqoh sastra
yang dimentori oleh Mbak Sugi kan?"
"He'ehhh," aku menjawab
ragu.
"Nah, katanya nggak jadi sore
ini. Diganti hari lain jadinya. Tunggu info berikutnya ajalah kita."
"Ohhh, oke Ni..."
Melegakan sekali pemirsa. Kemudian,
aku menelvon bang Hendra untuk memastikan bahwa gladik resik hari ini tetap
berlangsung.
"...ada-ada aja Okta tu. Ya
ampuuun, kalau KKN alasannya, bisa tuh diurus. Minta buatkan surat izin
langsung dari Kemenpora pun bisa. Lagian Dek, pengumpulannya diundur lagi
sampai jam 1 siang besok karena peserta yang daftar baru 30an orang."
Kabar gembira macam apa lagi ini?
Baru terjadi, ada 2 kali perpanjangan dalam 1 even. Aku langsung memberitahu
dek Okta hal itu,
"Dek, ngerasa nggak kalau KPN
sedang memanggil-manggil kita? Siapkanlah segera proposalnya yaa. Malam ini
Kakak gladi resik di sekolahnya Bang Hendra, nih Kakak bantu judulnya
yaaa."
Peningkatan Kunjungan Wisatawan ke
Danau Buatan Bandar Khayangan melalui Penciptaan Trend.
Ditulis ya Dek. Selamat menulis
PROPOSAL. Tolong jangan menyerah dulu! Hargailah perjalanan dan keletihan kita
yang kemarin itu. Ku kabarkan juga kabar gembira ini kepada Novi, siapa tahu
dia bisa ikut juga tahun ini. Kalau pun gagal, setidaknya dia sudah menjadi
‘bibit unggul’.
Pukul 16.15wib aku berangkat ke SMP IT Madani. Eh, guru-gurunya narsis juga nih ternyata, sebelum rapat ngajakin foto-foto dulu. Wah, ada saingan nih! ehhe
"Eh, ntar kalau selfie nggak boleh kata ustad..." seorang ibu mengingat sebuah nama.
"Kan kita nggak selfie Bukkk, kita mau minta tolong fotoin sama Pijay," ibu yang lainnya segera memanggil Pijay untuk memfotokan kami.
Aku mikir dalam hati; Buk, mau selfie kek, mau grufie kek, mau minta tolong orang lain fotoin sekali pun nggak ada bedanya buk. Yang beda kan hanya cara pengambilan fotonya doank. Hasilnya sama-sama gambar narsis (ini secara umum. Yang berfoto sudah otomatis dia narsis, apa pun gayanya). Tinggal cara dan niat kita berfoto aja yang perlu diperbaiki. Setelah itu, ya monggo kalau mau selfie atau fie-fie an yang lainnya.
***
"Hallooo?"
"Hallooo Pi? Apakabar?"
"Baik, la jadi? Lagi di mana
nih?"
"Ini baru mau pulang dari gladi
resik untuk MC besok Pi."
"Acara apa rupanya?"
"Perpisahan anak-anak SMP IT
Madani."
"Kok bisa kamu yang
dipilih?"
"Itulah, salah pilih kayaknya
bang Hendra Pi. Dia kan senior El, sekarang udah ngajar di sini."
"Atau jangan-jangan udah nggak
ada lagi yang bisa, makanya kamu diminta."
"Hemmm, kayaknya sih gitu Pi.
hehe, Pi udah dulu ya, El jalan dulu, hujan baru reda soalnya nih. La jadi?
Assalamualaikum..."
Aku mah apa atuh di depan mami-papi?
hehe, selalu aja mereka ngeledik peraihanku. Aku sih nggak menyalahkan mereka,
karena akunya emang 'meragukan' hehe, sejak kecil aja banyak banget tingkahku
yang nggak bisa diprediksi logika. hehhe. Alhamdulillah, gladi resik hari ini
berlangsung lancar. Berulang kali di beberapa titik, aku ingin sekali mengakui
kekhawatiranku tidak bisa sesempurna yang bang Hendra mau. Bang, Abang yakin
memilih Elis? Abang nggak salah pilih orang?, tapi aku merasa sangat tidak
pantas bertanya seperti itu. Secara tidak sadar, aku justru sedang mengakui
kelemahan diri sendiri. Maka, ku ubah pertanyaan itu menjadi; Elysa, kamu
pasti bisa! Sejauh ini, apa sih yang tidak bisa kamu taklukkan?
***
“El, kita kalau tidur kok nggak
pernah matikan lampu lagi ya?”
“Iya yaa…”
“Terakhir kali kemarin. Itu pun
karena aku yang matikan karena El tidurnya cepat. Biasanya dulu kita selalu
matikan lampu, terus cerita-cerita dulu sebelum tidur.”
“Iya yaa? hiksss. Sekarang, aku
malah selalu tidur larut dan Rini udah tidur duluan. Oh, jadi Rini rindu dengan
masa lalu nih ceritanya? Yoklah kita buat gitu malam nii..”
Itu obrolanku dengan Rini semala.
Eh, malam ini ternyata dia tidur di kamar Andin. Aku memanfaatkan kesendirian
ini untuk tidur lebih cepat. Besok, aku harus berjuang untuk 2 hal; MC dan KPN.
Aku butuh stamina! Ku hutangi dulu tulisanku hari ini. Esok pasti ku lunasi.
Maafin Mbak ya, Lam belum sempat
nganterin kameranya ke sana. Insya Allah besok pagi Mbak sempatkan sebelum ke
SMP IT Madani. Bukan hanya itu, aku pun dengan
berat hati menolak undangan untuk menghadiri pembukaan BEM FKIP Celebration
besok pagi. Kebetulan pula acaranya berbarengan dengan tanggungjawabku sebagai
MC SMP IT Madani. Maka aku harus memilih salah satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar