Selasa, 19 Mei 2015

Akankah Tomini jadi Milikku


"Elceeeeekkkk?" teriak Okta dari teras kos.
Aku buru-buru ke luar karena takut suaranya semakin meninggi. Ku dapati wajah murungnya mengisyaratkan keluhan.
"... dan Okta nggak mungkin bisa nyiapi proposal itu sampai jam 3 ini Kak. Jam 1 ini aja Okta harus masuk sampai jam 4. Kapan lagi mau dikerjain?"
Aku tiba-tiba ada ide. Akan ku buatkan saja proposal kebahariannya Okta, fotokopi KTMnya kan ada padaku, surat sehatnya juga ada padaku dan tinggal ku ubah keperluannya untuk seleksi KPN. hemmm... setidaknya itu dulu yang dikumpulkan ke Dispora sebagai jaminan bahwa persyaratan lainnya akan segera menyusul. Dan saat malamnya Okta mendapat sms dari panitia, dia akan terkejut dan segera menelvonku. Hemmm... boleh juga nih ide.
"Kak? Plisss Okta nggak ikutan dulu ya kali ini. Tahun depan aja."
"Dek, justru tahun inilah Adek harus belajar. Tahun depan udah bisa Kakak lepaskan Adek terbang sendiri. Belum tentu Kakak bisa mengarahkan kalian kayak gini lagi ntar. Mumpung kita masih seperti ini sekarang. Lagian, capek-capek aja kita kemarin kalau ternyata hari ini gagal mencoba."
Aku semakin bertekad untuk menolongnya. Ketika kita menolong orang lain, maka Allah akan menolong kita dengan lebih sempurna.

"Eh, ntar sore Kakak gladi di sekolahnya bang Hendra, Adek ikut ya!"
"Okta nggak bisa Kak, mau ngurusin acara bareng pak Syaf loh!"
"Tu gimana nasib Kakak, Dek? Ntar malam ke sinilah ya? Ajarkan Kakak cara ngeMC semi formal."
"Ntar malam juga Okta nggak bisa Kak. RPP belum selesai, besok mau dikumpulkan. Persiapan acara ni aja ntah jam berapa kelarnya, Kak."
"Tanggung jawablah! Ni kan kerjaan Adek. Duh, gimana lah nasib Kakak besok Dek? Kakak takut malu-maluin loh."
"Hahha, lantaklah.. Ada pak Wali Kota juga loh besok tuh!"
"Seriuslah Dek?" wajahku berubah jauh lebih serius.
"Iya, Kak. hhehe, dah ya, Okta mau masuk lagi ni haaa."
Okta ngeloyor pergi dan aku masih terperanga. Sedikit menyesal, kenapa kemarin aku mengiyakan permintaan bang Hendra? Janji Okta untuk mengajariku adalah alasanku menerima tawaran itu, tapi jika seperti kenyataannya lalu bagaimana?

***
085278386xxx memanggil...
"Halooo?"
"Hallooo Elis, ntar sore ke SMP Madani?"
"Ini siapa?"
"Ani loh El. Bareng ya? Ani nggak ada tebengan nih."
Aku bingung. Apakah Ani pun diminta bang Hendra menjadi MC? Jadi, aku bakal duet nih?
"Oh ehhh, iya Ni. Boleh."
Telvon ditutup. Aku kembali mengerjakan proposal bahariku.
2 jam kemudian, ku tanyakan lagi kepada Ani,
"Ani... udah di mana?"
"Ani di BEM FKIP El. Kata Mbak Sugi dicancle acaranya sore ini, El. Nggak dapat smsnya ya?"
Aku bingung, jangan-jangan yang dimaksud oleh Ani berbeda dengan tebakanku.
"Emang apa bunyinya Ni?"
"Elis ikutan halaqoh sastra yang dimentori oleh Mbak Sugi kan?"
"He'ehhh," aku menjawab ragu.
"Nah, katanya nggak jadi sore ini. Diganti hari lain jadinya. Tunggu info berikutnya ajalah kita."
"Ohhh, oke Ni..."
Melegakan sekali pemirsa. Kemudian, aku menelvon bang Hendra untuk memastikan bahwa gladik resik hari ini tetap berlangsung.
"...ada-ada aja Okta tu. Ya ampuuun, kalau KKN alasannya, bisa tuh diurus. Minta buatkan surat izin langsung dari Kemenpora pun bisa. Lagian Dek, pengumpulannya diundur lagi sampai jam 1 siang besok karena peserta yang daftar baru 30an orang."
Kabar gembira macam apa lagi ini? Baru terjadi, ada 2 kali perpanjangan dalam 1 even. Aku langsung memberitahu dek Okta hal itu,
"Dek, ngerasa nggak kalau KPN sedang memanggil-manggil kita? Siapkanlah segera proposalnya yaa. Malam ini Kakak gladi resik di sekolahnya Bang Hendra, nih Kakak bantu judulnya yaaa."
Peningkatan Kunjungan Wisatawan ke Danau Buatan Bandar Khayangan melalui Penciptaan Trend.
Ditulis ya Dek. Selamat menulis PROPOSAL. Tolong jangan menyerah dulu! Hargailah perjalanan dan keletihan kita yang kemarin itu. Ku kabarkan juga kabar gembira ini kepada Novi, siapa tahu dia bisa ikut juga tahun ini. Kalau pun gagal, setidaknya dia sudah menjadi ‘bibit unggul’.

Pukul 16.15wib aku berangkat ke SMP IT Madani. Eh, guru-gurunya narsis juga nih ternyata, sebelum rapat ngajakin foto-foto dulu. Wah, ada saingan nih! ehhe
"Eh, ntar kalau selfie nggak boleh kata ustad..." seorang ibu mengingat sebuah nama.
"Kan kita nggak selfie Bukkk, kita mau minta tolong fotoin sama Pijay," ibu yang lainnya segera memanggil Pijay untuk memfotokan kami.
Aku mikir dalam hati; Buk, mau selfie kek, mau grufie kek, mau minta tolong orang lain fotoin sekali pun nggak ada bedanya buk. Yang beda kan hanya cara pengambilan fotonya doank. Hasilnya sama-sama gambar narsis (ini secara umum. Yang berfoto sudah otomatis dia narsis, apa pun gayanya). Tinggal cara dan niat kita berfoto aja yang perlu diperbaiki. Setelah itu, ya monggo kalau mau selfie atau fie-fie an yang lainnya.

***
"Hallooo?"
"Hallooo Pi? Apakabar?"
"Baik, la jadi? Lagi di mana nih?"
"Ini baru mau pulang dari gladi resik untuk MC besok Pi."
"Acara apa rupanya?"
"Perpisahan anak-anak SMP IT Madani."
"Kok bisa kamu yang dipilih?"
"Itulah, salah pilih kayaknya bang Hendra Pi. Dia kan senior El, sekarang udah ngajar di sini."
"Atau jangan-jangan udah nggak ada lagi yang bisa, makanya kamu diminta."
"Hemmm, kayaknya sih gitu Pi. hehe, Pi udah dulu ya, El jalan dulu, hujan baru reda soalnya nih. La jadi? Assalamualaikum..."

Aku mah apa atuh di depan mami-papi? hehe, selalu aja mereka ngeledik peraihanku. Aku sih nggak menyalahkan mereka, karena akunya emang 'meragukan' hehe, sejak kecil aja banyak banget tingkahku yang nggak bisa diprediksi logika. hehhe. Alhamdulillah, gladi resik hari ini berlangsung lancar. Berulang kali di beberapa titik, aku ingin sekali mengakui kekhawatiranku tidak bisa sesempurna yang bang Hendra mau. Bang, Abang yakin memilih Elis? Abang nggak salah pilih orang?, tapi aku merasa sangat tidak pantas bertanya seperti itu. Secara tidak sadar, aku justru sedang mengakui kelemahan diri sendiri. Maka, ku ubah pertanyaan itu menjadi; Elysa, kamu pasti bisa! Sejauh ini, apa sih yang tidak bisa kamu taklukkan?

***
“El, kita kalau tidur kok nggak pernah matikan lampu lagi ya?”
“Iya yaa…”
“Terakhir kali kemarin. Itu pun karena aku yang matikan karena El tidurnya cepat. Biasanya dulu kita selalu matikan lampu, terus cerita-cerita dulu sebelum tidur.”
“Iya yaa? hiksss. Sekarang, aku malah selalu tidur larut dan Rini udah tidur duluan. Oh, jadi Rini rindu dengan masa lalu nih ceritanya? Yoklah kita buat gitu malam nii..”
Itu obrolanku dengan Rini semala. Eh, malam ini ternyata dia tidur di kamar Andin. Aku memanfaatkan kesendirian ini untuk tidur lebih cepat. Besok, aku harus berjuang untuk 2 hal; MC dan KPN. Aku butuh stamina! Ku hutangi dulu tulisanku hari ini. Esok pasti ku lunasi.
Maafin Mbak ya, Lam belum sempat nganterin kameranya ke sana. Insya Allah besok pagi Mbak sempatkan sebelum ke SMP IT Madani. Bukan hanya itu, aku pun dengan berat hati menolak undangan untuk menghadiri pembukaan BEM FKIP Celebration besok pagi. Kebetulan pula acaranya berbarengan dengan tanggungjawabku sebagai MC SMP IT Madani. Maka aku harus memilih salah satunya.

Tidak ada komentar: