Kamis, 07 Mei 2015

Ingin Begini Seterusnya

Keajaiban lagi. Aku bangun dengan sendirinya pada pukul 03.45wib. Seperti biasanya juga, aku kaget. *gara-gara tidurnya nggak diniatin. Menyadari charger laptopku dan laptop Rini masih menempel di colokan, aku langsung mencabutnya. Beberapa detik kembali merebahkan tubuh, tapi mata tidak lagi mengantuk. Ah, kapan lagi aku tahajud? Pikirku. Akhirnya, kutunaikan sholat Tahajud 2 rakaat dan ku perlama zikirku. Teringatlah aku kepada memori kameraku yang sampai saat ini ntah dimana keberadaannya. Aku memang punya 2. Dan yang hilang itu adalah yang lama. Tapi, tetap aja itu berharga banget, karena ada beberapa folder harian foto yang belum ku salin ke laptop karena memorinya nyaris full.

Ya Allah, tolong kembalikan memori kameraku yang hilang. Jika kini ia berada di tangan seseorang, tolong gerakkan hatinya untuk mengembalikan kepadaku. Jika ia tidak tahu caranya, tolong tunjukkan cara-Mu kepadanya ya Allah. Mohon juga lapangkan rezekiku agar aku bisa membeli hardisk sebesar 1 Tera. Lalu, lebih-rajinkanlah aku dalam menulis agar segera bisa kuterbitkan lagi buku dan difilmkan.aamiin. Ampuni dosaku..


"Rin, Tahajud..." ku colek kaki Rini. Ia menggeliat dan akhirnya tertidur lagi.
Setelah tahajud, aku segera melanjutkan penyelesaian postingan cerita kemarin. Ah, tadi padahal belum mengantuk, bahkan sedang ngerjakan KTI bareng Rini n Lia, tapi karena dipancing dengan tiduran, akhirnya tertidur semua. Lia udah tewas sejak awal, aku menyusul dan Rini setelah melihat fenomena itu, tentu dirinya pun tergoda untuk ikutan, huaaahhhh.

Azan Subuh berkumandang. Menggetarkan jiwa-jiwa yang hidup dan terjaga. Ia menghampiri segala telinga, mengusap lembut kelopak mata agar terjaga, menegur seluruh hati manusia agar bergegas bertemu Pencipta. Lalu, pada akhirnya, yang bergerak dan memerangi kantuk hanyalah mereka yang pilihan. Alhamdulillah, pagi ini aku merasakannya. Semoga menjadi keutamaan yang dicintai-Nya. Sebenarnya, sejak mengetik tadi, aku udah mulai merasa pusing dan sempat mencret juga. Ternyata, setelah sholat subuh dalam perjalanan menuju asrama, pusingku semakin menjadi-jadi. Ngaji ku tunda dulu, aku segera rebahan dan berupaya kembali lelap setelah melahap si pahit bundar; Entrostop.

"Ternyata aku ada kuliah jam 08.00wib ini, Rin."
Aku bisa mendengar kalimat Lia barusan.
"Jam berapa sekarang, Rin?' tanya Lia.
"Jam setengah tujuh."
Setelah mendengar sahutan Rini, ternyata aku tertidur lagi hingga akhirnya Lia membangunkanku. Dia sudah berpakaian rapi lalu mengajakku dan Rini sarapan. Alhamdulillah, ada sup segar pagi ini. Nyamm-nyaamm... Pusingku sudah berkurang dan untuk sementara perutku belum berulah lagi. Lia ngacir duluan untuk ngejar dosennya yang on time. Aku dan Rini tak harus buru-buru beranjak karena bu Siti nggak akan meriksa asrama karena beliau sedang tidak di sini.
"Rin, bagusan yang ini atau yang ini?" tanyaku kepada Rini sambil menunjukkan 2 tipe postingan gambar ke laman blog.
"Yang ini aja," Rini menunjuk kepada tipe postingan dengan gambar horizontal di awal barulah disusul deretan gambar vertikal di tengah postinga. Aku pun condong ke sana.
Tak bisa menunda, aku segera mngedit beberapa foto lagi sebagai gambar pembuka di setiap postingan. Rini mulai bete, main game, dengerin musik dan lama kelamaan tertidur lagi. Tulah Rin, siapa suruh ngasih tahu aku yang tadi. Sekarang kan resikonya aku harus menyelesaikan yang ku sukai ini dulu, ehhe


Sesampainya di kosan, rasa pusing mulai terasa lagi. Aku belum mengutamakan mandi *jorkiii, malah melanjutkan ngeblog lagi. *pake laptop orang pula tuh ngeblognya. huuuu
"El ni kalau udah ngeblog jadi autis!" kata Rini. Aku terkekeh.
Tapi, beberapa postingan tidak bisa ku sempurnai sesuai keinginanku, karena foto-foto itu masih tertinggal di dalam memori itu. Hiksss, memorikuuu...kembalilah, Nak! Untung aja setiap harinya aku rajin ngeblog dan foto-fotonya udah terupdate meskipun nggak lengkap. *lumayanlah!

"Pesanaaaannn..."
Teriakan itu mengagetkanku yang ternyata udah tertidur aja di depan 2 laptop sekaligus. Aku linglung dan lagi-lagi bangun dengan terkejut.
"Siapa itu yang teriak, Rin?"
Rini yang sedang mencari duit dari dompetnya segera ke luar dan membawa masuk 2 buah lauk. Ah, ternyata kakak pengantar lauk toh! Menyadari diri masih jorkii, aku segera mandi dan berkumandanglah azan Zuhur.
"Yaahh..Rin, udah azan ya?"
"Udah tuh," jawab Rini.
"Yahhhh.... Nggak sholat Duha berarti aku hari ini, huhuu," sesalku.
Setidaknya jangan sampai Zuhurku terlantar, sebagai penebus sesal. Okta yang sejak semalam bilang mau cerita pagi ini terpaksa belum bisa ku temui. Joni barangkali marah lagi karena aku masih ingkar janji. Tapi, mau bagaimana lagi kalau pusingku saja belum pergi? hiksss

Iseng-iseng, ku buka riwayat pesan di FBku. Ku dapati sesuatu yang terhenti di sana, padahal sebelumnya sangat menghibur. Sudah seminggu ternyata berlalu semenjak chat terakhir hari itu. Demi alasan silaturahmi dan tidak ingin bermusuhan dengan siapapun, akhirnya ku ketikkan kalimat,
Assalamualaikum Kak..
Beberapa menit kemudia, pesan dibalas,
Waalaikumsalam
Singkat. Cuek. Pasti ada sesuatu. Dia nggak pernah seperti ini. Apa chat trakhirku itu sangat membuatnya marah? Ah, tapi masa iya? Rasanya orang selucu dan seceria dia bukan orang yang temprament. Aku pun tak sebenar marah kepadanya. Tegasnya chat terakhirku itu justru untuk mencegah marahku semakin melahar.
Kak, nggak jadi kakak beli buku Elis doh?
Setidaknya aku bisa sedikit menyelidiki perasaannya dari alasan yang satu ini.
Gak jadi El. Udah nggak sreg lagi!
Astaghfirullah. Kenapa dia? Kejam betul rasanya kalimat itu. Salah apa aku? Bukannya kemarin justru dia yang udah 2x nggak bisa menepati janji?
Loh kenapa kak? *apa Elis perah bikin salah sama Kakak? tanyaku.
Dibaca olehnya tapi tidak ada jawaban darinya. Aku galau.
Apa pun itu, Elis minta maaf. Elis nggak mau bermusuhan dengna siapa pun. Apalagi sama Kakak.
Tambahku lagi. Tapi masih tetap menghasilkan jawaban yang sama: DIAM.

Aku tak sabar menungu Rini pulang dari makan malamnya bersama Andin. Ingin ku ceritakan semuanya kepadanya. Sebenarnya, aku pun diajak oleh mereka tadi, tapi memang sejujurnya aku masih merasa kenyang. Nggak biasanya sih aku kayak gini, tapi aku sedang sangat ingin ngeblog saat ini. Lumayan kan 1 jam makan di luar kalau disubstitusikan menjadi tulisan. hehe. *kapitalis tulisan, hehe.
"Rin, masih ingat kan gimana cerita tentang kak **a*adi? Barusan aku tersinggung dengannya Rin. Masa aku chat dia dengan niat baik, tapi dia balasnya...."
"...hemmm, memang aneh banget!"
"Aku paling nggak bisa berhubungan dengan hal-hal yang nggak masuk akal kayak gini Rin. Kalau aku memang salah, salahku apa? Kalau aku nggak ada salah, kenapa dia harus marah?"
"Mungkin dia cemburu nggak setelah baca novel El itu?"
"Aha! Ada juga sih dugaan ke sana. Tapi, rasanya mustahil sih Rin secepat itu. Kami kan baru dekat beberapa hari dan aku nganggapnya Kakak aja. Mkaanya aku sampai percaya ngasihkan file novel aku yang sampai 360an halaman itu. Dan, dia cuma jawa kayak gitu aja. Padahal aku udah nungguin komennya itu 4 hari loh. Biasanya nggak butuh selama itu dan nggak butuh ditagih, dia udah pasti bakal komen, muji plus mengkritik tulisanku. Nah, aku rinduu ituuuuu."
"Iya ya? Garing banget dia jawabnya. Nggak mungkin kan novel sebanyak itu nggak ada salahnya?" tambah Andin.
"Inilah yang aku takutkan selalu. Ketika ada orang yang tiba-tiba hadir, ataupun yang udah lama hadir dan dia akrab banget sama aku, yang ada difikranku cuma 1: Akankah seperti ini seterusnya? Ituuu aja kekhawatiranku. Karena, aku paling nggak bisa tiba-tiba dicuekin atau ditinggal pergi. Aku nggak bisa, Ndin! Makanya aku langsung bikin status kayak gini setelah dia ngeresponku dengna cuek kemarin itu: Daripada disinggahi untuk sementara, aku lebih memilih untuk tidak disinggahi sama sekali. Mungkin dia baca dan mungkin itu jug amembuatnya tersinggung. Loh, tapi itu adalah diriku dan  dia seharusnya faham kalau itu aku. Bukan bermaksud untuk mengusir dia dari hidupku, tapi justru meminta dia untuk nggak 'sementara' aja menjadi temanku."

Dari obrolan yang mengurasemosi itu, akhinya kami beralih ke obrolan yang lebih renyah dan tertawa ria. Alhamdulillah, sesudah kesedihan pasti akan ada kebahagiaan.
"El, aku mau juga donk dibikinin blog?" pinta Andin.
"Boleh, yuk sekarang ku bikinin. Gampang kok! Gmailmu ada, Ndin?"
"Nggak ada, El. Biarlah ku bikin langsung nih ya sekarang."
Setelah blognya tercipta, Andin sibuk mendesainnya. Aku membantunya sedikit, karena itu kembali kepada seleranya. Kalau Andin menyerahkan desain dan semuanya kepadaku, aku akan berkreasi sejadi-jadinya. Tapi, karena dia ingin mendesainnya sendiri, ya aku persilahkan aja.
"Lihat nih blog eke, Cin."
"Blog El kecewek-an bingiiit," komennya.
Aku fikir dia bakal bikin blog yang kecowokka. Eh, ternyata lebih kecewekkan pula dariku. huaaahh. hahha.

Setelah Rincuy tidur, ternyata fikiranku masih juga terusik dengan hal tadi. Dengan cekatan, segera ku buka wallnya dan betapa terkejutya aku, dia ulang tahun tanggal 3 Mei kemarin. Sebagai hadiah dan caraku memperbaiki keadaan, aku menuliskan cerpen tentangnya. Pukul 13.15wib segera ku inboxkan link blog yang berisi cerita itu kepadanya. Semoga esok dibacanya dan anggapannya bisa terbenahi. Karena, aku percaya ketika kita membaca sebuah cerita, sejatinya yang melahap huruf-huruf itu bukan hanya mata, tetapi juga hati. Jika pun tidak ada perubahan, aku terima.

Tidak ada komentar: