"Rin, menurut Rini nih. Mempersilahkan
orang lain mengenali kita dan memudahkan diri kita dikenal orang lain,
apakah itu artinya kita murahan?”
“Enggg… dikenalnya lewat mana maksudnya El?”
“Yaaa…lewat mana aja kek, lewat medsos atau karya-karya
kita.”
“Hemmm.. nggak lah kayakna. Murahan itu kan mau dan gampang
diajak gini-gitu.. emm…nggak ngerti juga lah El. Bingung aku. Beda tipis nggak
sih sebenarnya?”
“Apa nya Rini nii? Keterangan Rini dengan kesimpulan Rini
itu nggak ada korelasinya loh. Kok tiba-tiba dibilang beda tipis aja? Macam
mana nyaa? Haha.”
Tapi, nggak ada jawaban selanjutnya dari Rini. Dia terlalu
fokus dengan revision SKRIPSInya. Aku mulai menerawang kepada beberapa
pernyataan; 1. Semakin banyak orang yang mengenal kita, bukankah semakin baik?
2. Di zaman modern seperti ini, menciptakan sejarah diri itu sangat mudah.
Kalau orang-orang dulu rela memahat karya dan tulisannya di batu atau kayu demi
namanya dikenang orang lain. Maka, kenapa kita nggak memanfaatkan kemudahan
saat ini untuk meciptakan sejarah kita? 3. Bukankah segalanya jadi lebih mudah
ketika orang lain bisa mengenal kita tanpa kita perlu menjelaskan siapa dan
bagaimana diri kita?
Ah, segala sesuatunya hanya Allah yang paling tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar