Minggu, 24 Mei 2015

Ketika Namaku Disebut Berulang Kali


Teringat bahwa hari ini ada janji memaksa tubuh lelahku untuk tetap pergi. Padahal, raga masih menagih untuk diistirahatkan. Setelah sarapan dan sempat tertidur kembali, aku bergegas ke Ruang Serbaguna FKIP bersama Rini. Ternyata acara bahkan belum dimulai, tadinya ku fikir sudah terlambat. Akhirnya aku ke BEM FKIP Celebration di halaman samping Pendidikan Bahasa Indonesia. Ada perlombaan Rangking 1 ternyata dan Okta jadi MCnya. Aku duduk di antara finalis KTI Nasional yang luar biasa.
“Eh, ternyata ada kak Elis di sana. Hai cantiiik?” sapa Okta. Aku salah tingkah.
tak habis di situ, setelah perlombaan usai, mulailah ia bertingkah lagi.
“Duh, kita mau ngapain nih, Robi?” tanyanya kepada dek Robi di sebelahnya.
“Oh ya, setelah ini ada penampilan dari kak Elis untuk bernyanyi. HIMA PEKON setuju kannnnn?” lanjutnya lagi dan disahuti dengan teriakan ‘setuju’ oleh adik-adikku di stand HIMA PEKON.
“Kak Elis ini adalah orang yang luar biasa. Sudah sering menang ini itu, sudah pernah ke luar negeri. Nah, bagi yang mau nanya-nanya info lomba apa pun, silahkan tanya langsung aja. Lihat tuh hijabnya cantiiik kan? Silahkan belajar berhijab dengannya. Oh ya, kalau  teman-teman mau tahu aktivitas hariannya, silahkan langsung berkunjung ke blognya, elysa.rizka.blogspot.com yaa. Ada cerita tentang gueee juga loh di sanaa…yeeyyy.”

Aku sudah beranjak sejak pujian keduanya. Segan banget dipuji gitu. *padahal seneng tuh? hehe. Okta mengira aku malu makanya berlalu, padahal acara IMAMI memang sudah memanggilku. Setelah aku duduk di barisan kursi cewek paling depan di ruang serbaguna FKIP, acara dibuka. Bang Novri Andi Yulan adalah yang pertama kali menyampaikan ilmunya. Wah, sistemnya seminar lepas aja ternyata. Aku fikir tadinya akan seperti talkshow. hemm….sedikit kaku dan menegang jadinya. Apalagi ketika bang Yulan mulai berteriak-teriak menyemangati peserta untuk ‘bergerak’.
Duh, Yudi, kan kemarin Kakak udah nanya, ini acaranya apa? Yudi bilang Cuma seminar motivasi, ternyata Kepemimpinan. Hiksss, takut berbeda jauh dan nggak bisa mengimbangin bang Yulan ntar. grrrrr! Kalau tahu acaranya beginian, Kakak pasti mikir-mikir laig untuk mengiyakan.
Gerutuku di dalam hati. Bang Yulan adalah Presma UR periode 2011-2012 yang sampai sekarang masih setia untuk kampus tercinta walau pun udah nggak lagi mahasiswa. Materi beliau memang didominasi oleh tema politik dan pergerakan. Aku mah apa atuh? hehe. Tapi, dengan tetap tenang, aku manggut-manggut menyimaknya berbicara di depan.

“Kalau seperti ini kondisi mahasiswa Minang, hancurlah kita!” teriaknya ketika ditanya tentang keaktifan berorganisasi hanya sedikit yang mengangkat tangan.
“Jangan pernah tinggalkan budaya mahasiswa; membaca, berdiskusi dan menulis. Kitalah penggerak perubahan itu, karena petani nggak bisa berdemo, nelayan nggak pandai perdemo, buruh nggak pandai berdemo, kitalah yang menyalurkan suara mereka.”
El nggak jadi pembicara? Rini mengirimiku sms.
Jadi. Lu dimane? tanyaku.
Aku di belakang El loh. Boring banget di sini, primordialisme banget.
Ngapain nggak di BEM FKIP Celebration aja? Sanalah! Siapa suruh ikut-ikutan ke sini… Pailah capeeekkk! Suruhku.
Ntar deh. Aku mau lihat wanita binal jadi pembicara dulu, ehhe.
Hemmm… masa cewek baik-baik kayak aku disebut Rincuy wanita binal, huaaahhh. Pemirsa nggak percaya kan dengan omongannya Rincuy?

Setelah pemberian kenang-kenangan kepada bang Yulan, kami berfoto bersama. Untungnya, bang Yulan langsung berpamitan, sebab kalau nggak, ntar kelihatan banget kesenjangan ilmuku dengannya. hehe. Yudi mengambil alih acara dan memanggilku ke depan. Aku fikir, dia bakal memoderatoriku seperti talkshow, ternyata sama doank, aku diserahkan untuk berbicara selama 1 jam. hoohhh.
“Bang Yulan memang gitu orangnya. Beliau sangat berapi-api kalau berbicara soal aksi mahasiswa. Nah, kalau Kakak nggak pandai seperti dia. Jadi, Kakak akan menyampaikan ilmu Kakak dengan cara berbeda ya kepada Adik-adik semua.”
Aku mencoba mencairkan suasana. Alhamdulillah berhasil. Seperti biasa, aku mengawali motivasiku dari manajemen waktu lalu merambah ke organisasi, kompetisi dan pengembangan diri. Banyak juga yang bertanya dan ngakunya termotivasi denganku. Alhamdulillah ya Allah.

***
“Cuy, gimana aku tadi? hancur?” tanyaku ketika kami memulai makan siang. Lumayan, dapat nasi dari acara IMAMI nih.
“Tadi aku di belakang senyum-senyum sendiri loh.”
“Kenapa gitu?”
“Dalam hatiku; ih, El hari ini keren bangeeeett..
“Ciyusss nih?”
“Iyaaaa… enelan.”
“Dibandingkan waktu ngisi di sosialisasi MAWAPRES di BEM FKIP, bagusan mana?”
“Bagusan inilah. Hampir aja tadi ku bongkar rahasia El, untung aku bisa nahan. haha.”
"Si Okta tadi nyebut-nyebut namaku terus, malu aku. Untung aja acara IMAMI ini emang udah mau mulai, makanya aku bisa langsung pergi."
"Iya, tadi aja waktu aku nyusul El, dibilangnya; nah, yang ini Rincuy namanya, teman sekamarnya Elysa. Aku da da aja. Emang bikin malu aja tuh bocah. hhehe."

Setelah selesai makan siang, Rini mengajakku membeli jilbab sebagai kado untuk acara kekeluargaan PPRU sore ini. Karena harus dibungkus dengan koran, kami akhirnya pulang ke kosan, aku sholat dan Rini bungkus kadonya.
“Rin, buruan. Udah jam setengah dua nih!”
Aku diundang untuk menghadiri acara penutupan BEM FKIP Celebration. Mampir dulu di BEM FKIP memastikan Okta dan teman-teman LKTI Nasional ada di sana. Dan, ternyata benar.
“Cek, nanti kamu yang bacakan pemenang LKTInya yaaa..” pinta Okta.
Aku sih yes! hehe. Sebuah kehormatan bagiku untuk melaksanakan permintaan itu. Dress ungu dalam balutan blazer hitam membuatku 100% pede. Ku edarkan pandanganku kepada lingkaran duduk peserta LKTI di ruang utama BEM FKIP ini dan aku pun teringat kepada sebuah senja di BEM IKIP PGRI Madiun hampir setahun yang lalu. Kini, Romi, Novi dan Elis pula yang tinggal menunggu pengumuman LKTI Madiun. Huaahh, aku off dulu dari yang satu itu. Ingin coba jalur baru, ingin coba cara baru.
“Pakailah selempangmu cepaaat Cekkk!” pinta Okta ketika kami beranjak menuju halaman acara di samping Pendidikan Bahasa Indonesia.
Aku mengenakannya dan Okta mengajariku bergaya seperti sedang photoshoot. huahhh, dia memang empunya ilmu panggung. Tinggal diasah dan dipaksa aja buat ikutan kontes yang kayak gitu nih bocah!

***
Udah sejam duduk di sini, acara belum juga dimulai. Cuma teriakan bersahut dengan sorakan yel-yel penonton aja yang sejak tadi berkumandang. Di samping kanan tempat dudukku ada dosen pembimbing dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang terlihat sangat pekak telinganya. hihiii *aciaaan. Baru aja aku menyampaikan tentang strategi ‘membunuh’ masa menunggu kepada IMAMI, kali ini giliran aku yang diuji. Menyadari hal itu membuatku merogoh Al-Quran dari dalam tas dan membacanya barang 2 halaman. Mau membaca buku, tapi buku tidak terbawa.

Ada bang Hendra di sebelah kanan pak Dosen pembimbing, yang terlihat sangat berwibawa dengan selempang birunya itu, bertuliskan The best participant of Kapal Pemuda Nusantara 2014.
“Selanjutnya, yaitu pengumuman Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional. Dalam hal ini, langsung akan disampaikan oleh Kakak kita, Elysa Riska Armala.”
Aku berdiri dari tempat duduk, menyembah jari yang 10 lalu naik ke atas panggung dengan anggun.
“Beliau juga pernah beberapa kali memenangkan LKTI tingkat nasional bahkan sudah pernah singgah di Negara Thailand.”
Duh! Dek Okta bisa saja membuatku salah tingkah. Sesampainya di mimbar, ku tarik nafas dan mulailah aku berprolog,
“…terimakasih kepada panitia BEM FKIP Celebration yang telah memberikan saya kesempatan terhormat untuk membacakan pemenang LKTI Nasional kali ini. LKTI adalah kompetisi ilmiah yang bisa diselenggarakan oleh seluruh universitas, tapi sebenarnya ada  program ilmiah yang telah dipangku oleh DIKTI. Pertama yaitu PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) dan yang kedua adalah MAWAPRES (Mahasiswa Berprestasi) yang salah satu syaratnya adalah membuat Karya Tulis Ilmiah. Apreasiasi setinggi-tingginya kepada seluruh finalis yang telah melakukan terbaik untuk kompetisi ini. Benar sekali apa yang telah dikatakan oleh Bang Hendra tadi, inilah bukti bahwa iklim ilmiah itu masih terjaga. Semoga untuk seterusnya tetap seperti ini bahkan semakin meningkat dari segi kualitas maupun kuantitas.”

Aku merasa sangat bersyukur hari ini. Sebentar-sebentar, namaku disebut-sebut dan dipanggil untuk maju ke depan. Maka nikmat Allah yang mana lagi yang aku dustakan? Ya Allah, semoga KPN tahun ini pun jadi milikku ^_^, aamiin.
“Seperti yang Elis bilang, bahwa yang dinilai itu bukan KTInya, bukan seninya, bukan berenangnya, tapi sebenarnya orangnya yang dinilai. Dan, Abang nggak mau PHP, jujur Abang mengajukan nama Elis salah satunya. Tapi, keputusan tetap kembali kepada musyawarah dari ke-8 orang yang ikut menentukan. Semoga pilihan mereka sejalan dengan pilihan Abang,” jelas bang Hendra ketika aku berjalan  beriringan dengannya menuju mushola FKIP untuk sholat Ashar. Aku sudah otomatis mengamininya. Semoga.

Sepulangnya dari sholat Ashar, aku menyempatkan diri diwawancarai oleh Drifa, temen PPRUnya Rini. Kasihan dia, sudah sejak jam 2 tadi dia datang ke sini dan setia nungguin aku.
“Kita ke kelas PGSD aja yuk, Dek? Biar kedengaran suaranya,” ajakku.
Mulailah ia memintaku menuliskan biodata di atas form yang telah disediakan. Setelah itu,
“Kak, ini pertanyaan pertama ya. Siapa sih yang menjadi motivasi dalam hidup Kakak untuk meraih semua ini?”
“Motivator dalam hidup Kakak adalah….” aku terdiam sejenak. Suara Romi yang mengudara lewat mic menggelitik kupingnya.
“Menjadi Duta FKIP adalah perjuangan penuh paksaan. Saat itu, saya sedang bertarung dengan tugas-tugas kuliah yang sedang menggunung, tapi paksaan yang datang kepada saya pun tak kalah besarnya. Hari itu, seorang Kakak mendatangi saya dan memaksa saya agar mengikuti pemilihan ini. Lalu, dengan tegas saya berkata bahwa saya tidak bisa. Ternyata tidak berhenti sampai di situ, esoknya dia hadir lagi bahkan dengan paksaan yang lebih luar biasa. Siapa lagi kalau bukan Elysa Rizka Armala?”
Aku tersenyum.
“Kenapa Kak?” tanya dek Drifa.
“Nggak apa-apa Dek. Lanjut yuk wawancaranya. Jadi, motivator dalam hidup Kakak itu ya kedua orang tua Kakak.”
“Selain itu Kak siapa lagi?” Pacar mungkin?”
“Nggak ada pacar. Orang tua sudah sangat cukup menjadi alasan, Dek…”
Drifa merekam semua wawancara tadi dengan androidnya. Setelah ia selesai mengutarakan daftar pertanyaannya, aku kembali lagi ke tempat acara. Romi langsung mendekat ke arahku,
“Heh, nggak habis-habisnya njual nama Mbak ya!” celetukku.
“Hehhee, siapa suruh jadi tukang paksa? haha.”
Lia menarik tanganku dan berkata, “Cin, bentar lagi Okta minta aku untuk membacakan pemenang lomba cerpen. Tolong bantu aku bikin prolognya donk?”
Melalui tulisan ilmiah, kita dididik untuk bernalar kritis dan menggagas solusi. Sedangkan melalui sastra, kita diajarkan untuk menjabarkan rasa dan menajamkan jiwa.

***
“Ya Dek? Ada apa?”
“Kak, teman-teman Kakak dari Padang mau ngomong nih sama Kakak,” Okta lalu memberikan HPnya kepada seseorang di sana.
“Halo Bro? Eh, haloo Sista?” aku sudah tahu bahwa itu suara Arif.
“Halo Bro? Jam berapa dijemput sama mobilnya?” tanyaku.
“Jam 9 sih katanya, paling-paling juga molor sampai jam 10. Makasih ya sista udah ngasih banyak cerita selama di Riau.”
“Huaahhh, maaf ya Bro aku nggak bisa ke Nency malam ini. Maaf juga nggak bisa ngajakin jalan ke mana-mana selama kalian di sini. Eh, tadi kita belum jadi foto bareng ya?”
“Oh, iya ya kita belu ada foto berdua?”
“Belum. Kan, tadi dirimu ngilang habis Ashar. Kalau aku sama Sandi dan Lia udah tadi Bro..”
“Ya Allah. Gimana ya? Yah, semoga kita bisa ketemu lagi yaaa..”
“Ammiin, semoga kita bisa ketemu di UI dalam acara MTQM yaaa.”
“Amiin. Kalau gitu berarti 4L donk? Loe lagi, Loe lagi. ahhaah.”
Setelah telvon disudahi, aku masuk ke dalam Kantin Alif di jalan Balam Sakti. Ada Andin dan Rini yang sedang menunggu pesanan. Aku duduk di hadapan mereka dan setelah makanan tersaji, kami langsung menikmatinya. Setelah itu, kami ke Pasar Senggol di belakang Giant. Aku beli sepatu karet berhak tinggi, Rini beli Rok hitam dan Andin malah nggak nemu barang yang dicarinya.
“Rin, semoga tahun ini memang benar milikku. Aku ingin ketika pulang kampung nanti membawa cerita untuk keluargaku, teman-temanku maupun guru-guruku tentang pelayaranku ke Tomini nanti. Aamiin. Semoga inginku sejalan dengan ingin-Nya.”

Tidak ada komentar: