Sebenarnya, aku punya beberapa hal yang ingin ku ceritakan
kepada mami. Apa lagi kalau bukan tentang perasaan? Tapi, aku paling nggak bisa
kalau ceritaku terpotong-potong oleh kegiatan lain. Aku juga nggak bisa kalau
sedang cerita, tapi yang mendengarkanku sedang memikirkan hal lain. Akhirnya,
keinginan curhatku itu malah berubah jadi pernyataan yang ku rangkai berikut
ini;
“Mi, sebenarnya permasalahan tentang TEGA itu adalah cerita
lama ya! Kita kan sering kali dengar orang bilang, ‘Nggak nyangka dia tega
banget kayak gitu’ Tapi, sebenarnya itu adalah hal yang biasa aja ya Mi?
Soalnya semua orang pasti pernah mengalaminya. Nggak cocok rasanya kalau kita
berfikir bahwa KETEGAAN yang kita alami itu adalah yang TERPARAH. Jadi ya,
sesedih apapun kita tetap aja nggak sepantasnya kita terpuruk lama-lama di
sana.”
“Betul! Kasus tentang TEGA itu akan terus menerus berulang
sepanjang zaman kepada setiap orang. Mungkin hanya kasus dan waktunya saja yang
berbeda. Kalau dibilang kitalah yang paling sedih di dunia, tunggu dulu. Pasti
masih ada orang yang lebih parah lagi daripada kita nasibnya.”
Aku menelan nasehat mami itu sebagai penawar
atas keluh kesah yang ada di hati. Obrolan barusan adalah jawaban tanpa perlu
mengungkap pertanyaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar