"Rin, siap-siap. Kita upacara di Kampus aja yuk?”
“Boleh.”
“Berarti pas ya Rin, kita upacaranya di awal kuliah dulu
sama di akhir kuliah ini. Genap!”
“Iya ya?”
Kok aku ngerasa pagi ini kayak lebaran ya Rin? Suasananya
beda banget. Special. Ini aku sedang merangkai status di FB, hehe.”
Nggak tahu apa
keajaiban HUT RI ke 70 ini, yang jelas aku merasa pagi ini seperti IDUL FITRI.
Kicau burung pun nggak pernah sekuat ini suaranya di samping kamar. Syahdu
banget. Mohon maaf lahir bathin ya INDONESIA…Hanya muncul 1 pertanyaan atas umurnya yang sudah 70 tahun ini;
"Andai Indonesia bersosok IBU, apakah aku sudah mendapat RESTU?"
Rasanya BELUM dan masih sangat jauh dari kata SUDAH. Sebab baktiku belum jadi sebenar-benar bakti...
Udah jam 08.30wib waktu aku dan Rini meninggalkan kosan.
Waduh! Upacara macam apa jam segini? Sempat berfikir untuk nggak jadi aja
berangkat, tapi mikir lagi, kalau nggak sekarang kapan lagi? Ini kan tahun
terakhir di kampus biru langit.
Motor udah diparkirkan di halaman venue Panjat Tebing. Kami
jalan ke tengah lapangan sepak bola, tepat di depan LPM. Wah, 4 tahun yang lalu
upacaranya padahal masih muat di halaman rektorat, sekarang udah nggak muat
aja.
“Pantesaaan aajaaa… mahasiswanya sampek 7000 an ternyata,”
kataku setelah mendengar pengumuman dari protokol.
Aku dan Rini nggak masuk ke dalam barisan karena ternyata
banyak juga para penyandang almamater yang berdiri di sembarang tempat. Kalau
mahasiswa barunya barulah berbaris dengan rapi per fakultas. Rini malah
ngajakin untuk ‘cuci mata’ ke perkumpulan FK, FT, FKIP, hehehe.
“Dek, itu Indah kan namanya?” tanyaku ke temannya Rini dari
kedokteran.
“Iya Kak.”
“Tolong panggilinlah Dia.”
Ketika Indah menoleh ke arahku, dia kayak orang yang takut
ku tangkap dan ku jual gitu. Hanya
memandangiku dari jauh sekalipun aku
udah melambaikan tangan dan mengeluarkan jurus senyum terimutku. Akhirnya, aku
yang mengalah, aku yang mendekatinya.
“Kak Elysa loh. Ingat?”
“Kak Elysa?” tanyanya. Mungkin kelanjutannya, Kita pernah kenal memangnya?
GUBRAKKK. “Yang
tinggal sama Buk Hayat, ingat?”
“Ohhhh…Kakaaakkk. Iya iya, Indah kira ntah siapa tadi. Kita
kan udaaah lama kali nggak pernah jumpa kan? Sejak Kakak tamat SMA, belum ada
kita jumpa lagi.”
“Heehh, tapi Kakak masih ingat banget sama Indah kok.”
“Muka Indah emang pasaran Kakk..huhuuu.”
Kalau muka kayak kamu
pasaran, muka kakak apa donk dek? Jalanan? Huahhhh…
“Adek aktif di mana sekarang?”
“BEM Kak. BEM FK.”
“Teruusss?”
“Di Fosmi Avicena juga. Di rohisnya gitu Kak.”
“Ohh, Alhamdulillah. Sekarang masih aktif?”
“Masih Kak,” jawabnya semangat.
Aku melihat penampilannya sekilas dari atas hingga ke bawah.
Meski ada tanda tanya, tapi aku cepat tersadar bahwa penampilan bukanlah
segalanya. Sekarang, ia masih terlihat berjilbab seadanya tapi semoga ia segera
berjilbab dengan sempurna. Yang jelas, ia sudah berani memilih untuk bergabung
di tempat yang tepat. Insya Allah. Jaga Indah
ya Allah…
Tak lama kami berbincang, karena Rini udah sibuk ngajak
berpindah tempat. Aku mengambil moment semarak HUT RI dengan merekam diri ala
reporter. Reporter jalanan, bro. hehe. Beberapa Maba (Mahasiswa Baru) mendekati
kami untuk bertanya di mana letak gedung Gasing dan beberapa lainnya bertanya
di mana fakultas Hukum.
“Alhamdulillah ya El, berguna juga kita di sini. Ada juga
Adek-adek tu yang nanya ke kita walaupun kita bukan panitia. Hihi.”
“Yuhuuu Cuuy.”
“Kak Rini!!!” sapa seorang cowok dari belakang Rini.
“El, ini si *de yang ku bilang sering SMS aku kemarin,”
bisik Rini dengan mulut yang seolah tak berbicara.
“Loh? Ini kan cowok yang kemarin ngelihatin aku waktu
ngeMC.”
Si cowok mendekat dan bertanya beberapa hal kepada Rini.
Rini hanya menjawab sekedarnya saja dan memohon diri.
“Kok dia Caper gitu sih Rin? Dia ikut Almadani nggak?”
“Ikuttttt..itulah makanya. Kemarin si Nisa lagi lebih parah,
kami kan sama-sama anggota PPRU, waaahh sampek pernah dia ditanya, ‘Mau nggak
nanti nikah sama Abang’ gituu loh.”
“Abang? Bukannya mereka selevel ya?”
“Itulah makanya.”
“Ihhhh, padahal aku kira dia kalem plus cook kayak
pembawaannya itu. Eh, ternyata dia juga lemah di hadapan cewek Riiin. Cowok itu keren dalam cueknya sedangkan
cewek itu cantik dalam malunya. See?”
“Arasssooh.”
***
“Nah, itu kantor camatnya El!”
“Yang disebelah kanan kita ini Rin?”
Lengang. Kami berfikir bakalan rame dan banyak perlombaan,
ternyata nggak. Kami udah ke Kutilang Sakti, Delima, kampus, Bangau Sakti dan nggak
tahu lagi di mana nyari keseruan di Panam, akhirnya kami ke Plan B; Beli Es
Krim dan pulang ke kos. Heheh.
“Beli di Kolor Mart (baca: Colour Mart) kita?”
“Nggak usah ah. Ntar bayar uang parkir, hehe. Di Manyar aja
gimana? Kan ada mini market tuh!”
Dan, ternyata tempat yang kami tuju sedang memerdekakan diri
menurut Rini (2015), hehe, *berasa kayak SKRIPSI gitu ya? Langsung deh kami ke
tempat lain asal buka, asal ada jual es krimnya. Hehe.
Taraaaaaaammm! Ini dia 2 tusuk es krim FEAST favoritku dan
Rini; Rasa coklat bertabur pecahan kacang Mede. Nyummiiii… kami menikmatinya
bersama di atas tempat tidur, di kamar. Wew, udah berasa kayak bos gitu
gayanya. *Bos? Kok makan es krim sih El? Nggak ada yang lebih keren
pengandaiannya apa? Ahhaha, hilang gagahnya jadinya.
Selanjutnya, kami sama-sama ketiduran. Nggak tahu kenapa kok
terasa capeeeeeeek banget. Ntah matahari
yang udah nyedot energy kami, ntah angin yang udah nyita oksigen kami.
Hehe.
***
Ternyata aku tertidur cukup lama. Selain karena capek, aku
juga bermimpi sesuatu yang rumit banget. Waktu sedang mimpi, aku sempat betekad
gini, Aku akan ceritakan semua keanehan
mimpi ini kepada Rini! Tapi nyatanya, pas baru membuka mata akunya udah
lupa semuanya. Huaaaaahhh.. kok bisa gitu ya? Pemisa pasti pernah juga
ngalaminnya kan?
“Rin, kayaknya aku nggak bisa deh jadi moderator besok.”
Rini mengerutkan keningnya.
“Ya soalnya gini Rin, besok itu hari terakhir daftar ujian
Proposal. Aku nggak mau kehilangan kesempatan lagi Rin. Sekarang, aku harus
milih mau jadi moderator atau mau kehilangan ujian?”
“Kan daftarnya bentar El.”
“Seharusnya memang bentar Rin, kalau semua urusanku udah
kelar dan tinggal ngantar berkasnya ke Prodi. Tapi, ini nggak. Aku belum dapat
tanda tangan Pak Sua dan Pak Danur loh. Setelah dapat tandatangan mereka, aku
harus minta tanda tangan KaProdi dulu barulah difoto kopi semua berkasnya.”
“Ohh..ya udah, nggak usah aja jadi moderator. Bilanglah ke
panitia dari sekarang, biar bisa dicarikan pengganti El ntar.”
“Iya Rin. Bener. Dalam keadaan kayak gini, aku dituntut
untuk bijak memilih; realistis atau idealis. Kebetulan yang jadi PJnya si Risky
nih kata Lia. Pas banget tadi pagi dia baru nanyain proses SKRIPSIku udah
sampek mana, semoga sekarang dia faham dan ngizinin aku. Aamiin.. Duh, maafin
aku ya Riskiii.”
Tolonglah dirimu
dengan sempurna El, supaya kamu bisa menolong orang lain dengan lebih sempurna!
Kalimat bijak itu bergema di dada. Aku sering
mengulang-ulangnya, tapi aku selalu luput menunaikannya. Lagi, ini adalah
kegagalanku menolong orang lain karena diriku sendiri tidak tertolong. Ampunii
hamba ya Allah……
Kakak adalah orang
yang sering sekali menyesali diri sendiri!
“Tebakanmu benar bangettt Dekkk Oktaaaaaa.. Sempurnya
benernya. Inilah Kakakmu.”
***
“Kenapa nggak lewat sini aja El?”
“Enggg….nggak apa-apa, enakan lewat jalan pintas dari Balam
Sakti. Lebih deket kan?”
“Hoawaalaahh, pasti menghindari yang kemarin lagi kan? Kok
El jadi menghindar-menghindar gini sih sama orang-orang?”
“Heeemmmm… simple sih Rin, setelah semua per-SKRIPSIanku ini
selesai, kepercayaandiriku baru akan pulih 100%. Tapi, sebelum ini selesai, aku
akan selalu begini.”
“Hemmm… I know that feel, Broo!”
Syukurlah warung Mie Goreng Brebesnya buka hari ini. Tadi,
Rini udah khawatir mas ini memerdekakan diri juga kayak mini market tadi pagi.
Hihii.
“Pesen opo Mbakkk?” tanya si mas, ramah.
“Mie goreng 2 ya Mas.”
Aku dan Rini duduk di salah satu bangku, menunggu pesanan
kami selesai dimasak.
“Rin, barusan aku melihat seseorang yang aku kenal dan dia
mengenalku. Tadi, dia melihatku dan aku melihatnya, tapi aku berpura nggak ngeh kalau aku kenal sama dia. Nggak
tahu kenapa dan aku nggak punya alasa apa-apa, yang jelas aku sedang nggak
pengen menyapa. Itu aja.”
Rini manggut-manggut. Seolah bergumam di dalam hati, ‘Ya
Allah, ampuni kawanku yang aneh bin slamet ini!’ hehe.
“Emang di mana El lihat dia tadi?”
“Sebelum kita belok ke warung ini.”
“Udah nih Mbak mienya!” kata mas itu.
“Loh? Kok cepet banget Rin? Nggak nyampek 10 menit ya?”
tanyaku ke Rini.
Kami pulang dengan rute yang sama; jalan pintas sesuai
dengan hidupku yang suka memintas-mintas. *Loh? Sebelum berbelok ke gang
Masjid, aku lihat bang Putra berjalan ke arahku.
“Bang Puuuttt? Sehat Bang?” ku hentikan motorku.
Ternyata bener, si abang banyak celotehannya tentang
bukunya, tentang acara workshop besok (yang seharusnya aku moderatornya),
tentang novelnya juga. Nah, ada kisah sedih tentang novelnya itu. Jadi gini
pemirsaaa, novelnya itu udah mau terbit di Malaysia, udah diedit dengan gaya
bahasa Malaysia juga oleh editornya, tapi malangnya editornya meninggal dunia
dan file editannya itu ya ada sama almarhum. Kaciann yaa… Semoga sang editor
tenang di sana dan semoga bang Put bisa tenang di sini. Ayoo bang kta berkarya
lagi!
“Ngeriii dankkk!” kata Rini setelah aku mengakhiri obrolan
dengan bang Put.
“Dia memang ngeri Rin. Aku belajar ke luar negeri ya dari
dia itulah! Keren tapi baik hati dia orangnya. Waahhhhh… padahal pengen banget
loh aku besok jadi moderatornya Riiiin. Ada Bang Hendra jugaaakkk. Padahal kan
pasti bisa seru kalau moderator dan bintang tamunya udah saling kenal kan?
Huaahhhh.. tapi, mau gimana lagi, proposalku belum jelas rimbanya nihh.”
“El harus realistis dalam memilih sekarang. Proposal El
lebih utama.”
“Eh, bentar, bentar Rin!!! Aku tiba-tiba nyadar nih, besok
kan hari terakhir daftar dan kemungkinan besar sih nggak ada orang yang kayak
aku; daftar hari ini untuk ujian besoknya. Karena Prodi kan harus ngeluarin SK
dulu dan merekap semua peserta ujian. Nah, tambah nggak mungkin lagi aku daftar
ujian kalau ternyata besok Pak Sua atau Pak Danur masih belum ACC. Kok aku baru
mikir ya rin; Kenapa nggak ku temui aja mereka hari ini untuk minta tandan
tangan? Kalau memang ada kritikan, malam ini kan bisa ku sempurnakan lagi. Tapi
kalau gini? Arrrrgggghhhhhh! Kok aku nggak kefikiran yaa?”
Iya, bener. Yang
kefikiran malah keluyuran buat nengok panjat pinang! Huhh, Eeelllllllll…!
Penyesalan ini terpaksa haru ku telan bulat-bulat. Ku ratapi
pun jelas nggak ada gunanya. Aku harus mengeluarkan jurus andalanku; ketika
tersadar pada 1 kekurangan, aku harus menutupi dengan 1 kelebihan. Apa itu?
*rahasia*
***
Malam ini aku untuk SKRIPSIku. Sejak Maghrib sampai jam 12
lewat, aku berkutat dengan huruf-huruf bisu ini. Sempat merasa bosan tadi dan
aku menyelinginya dengan nonton film hantu 2 kali. Hiiii…
Rini udah tidur sejak jam 9 tadi. Dia pun sedang
mengkhawatirkan ujian SKRIPSInya besok. Sengaja mau tidur cepat supaya bisa
terbangun lebih awal untuk belajar, katanya.
Lia menelvon…
Sempat terlintas niat untuk nggak mengangkatnya. Hhhee, kok
aku ada firasat bahwa ini ada hubungannya dengan ketidakjadianku menjadi
moderator ya?
“Halooo?”
“Ciyeee, yang mau ujian hasiiill,” kata Lia.
Kann…bener firasatku. Riski pasti udah cerita ke Lia,
niatnya pengen diem-diem aja malah ketahuan juga. “Cepat kali hasill?”
“Kata si Riski tadi mu mau ujian hasil,”
Ya Allah, aamiin.
Segerakanlah ya Allah.. “Ujian PROPOSAL lohh..”
“Ohh, baru mau daftar atau besok ujiannya?”
“Baru mau daftar Cin.”
“Oh yalah, semangat yaa. Besok kalau udah selesai, langsung
ke TKP aja, kita bagi-bagi brosur untuk workshop kita tuu.”
“Okee..”
Ku lirik HPku lagi, “Kok tumben ya si Bububuyu nggak ada
kabarnya 2 hari ini?” Sesaat berikutnya, aku udah lupa dengan segalanya karena
fokusku pada SKRIPSI.
Apo kojo kooo?
(baca: Sedang ngapain?). Sebuah
pesan dari Mami.
Sedang nggarap
SKRIPSI Mi. Ah, minimal
mami senang mendengarnya dan rasa senangnya itu adalah doa kemudahan bagi
urusanku.
Kira-kira tercapai
target bulan 10 ini?
Wah, mami nanyanya langsung serius gini permisaaa. Maaf ya
mi, boleh kan El nggak jawab? El pura-pura udah tidur aja ya mii. Hiksss.. mami
papi nggak perlu tahu gimana perjuangan El di sini. *Eh, sesantai ini udah
pantas disebut perjuangan kah? Hehe. El pun nggak mau certain sekarang. Ntar
pokoknya terima bersih aja deh Mi. yuhuu.. doain El selalu ya di sini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar