Minggu, 23 Agustus 2015

DREAM: Menerbitkan Buku untuk Membagikannya

Sambil menaiki motor maticnya Joni yang dipinjam Yana,
“Dek, Kakak rindu suatu masa…”
“Masa menikah?” sela Yana.
“Bukaaannnn! Bukan masa yang itu, Dek.” Aku terpaksa mengulang kalimatku lagi, “Kakak rindu suatu masa, di mana saat itu uang bukan lagi menjadi hal yang Kakak kejar dari penerbitan buku. Saat itu, Kakak bukan lagi ingin menulis untuk dijual, tapi menulis untuk membagi ilmu. Misalnya kan, Kakak jalan-jalan ke suatu tempat, Kakak akan selalu bawa buku Kakak di dalam tas dan sebelum berpisah dengan seseorang, Kakak akan memberikan buku Kakak sebagai kenang-kenangan dari Kakak. Ntar kalau ditanya, ‘Ini berapa harganya, Dekk?’ dan Kakak akan menjawab, ‘Ini gratis Kak, buat Kakak. Dibaca yaaa’ duhh.. betapa indahnya ya Dek? Buku Kakak tersebar di mana-mana, bermanfaat dan memperluas persaudaraan dengan mereka juga.”

“Aha! Yana ada jalan pintas biar mimpi Kakak itu cepat terwujud Kak,” kata Yana di atas motor yang melaju. Yana ini punya banyak ide biasanya. Boleh juga nih!
“Apa apa apa Dek?” tanyaku antusias.
“Kakak sakiti aja si Lelek (baca: Romi). Terus, suruh dia berdoa biar mimpi Kakak itu cepat terkabul.”
Aku melongo. Berusaha mencerna saran di luar dugaan dari Yana itu. “Kok bisa gitu Dek?”
“Ya kan katanya doa orang yang teraniaya itu cepat dikabulkan Kak. Makanya Kakak sakiti aja dia terus minta dia berdoa yang baik-baik buat Kakak. Hahaaa.”
Ternyata kali ini aku salah duga dengan Yana. “Tulis di blog ah kalau gitu. keren juga ide Adek yaa. Hihiii.”

BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar: