Jumat, 20 November 2015

Taubat itu tidak Sebatas atas Maksiat



Aku terbangun karena eongan kucing. Tumben banget sepagi ini dia udah bangun dan mengeong-ngeong. Aku curiga dia mau eek. Akhirnya, segera ku buka jendela dan mengeluarkannya. Kembali ku dapati kamar ini benar-benar kayak kapal pecah. Sambil mengucek mata, ku lipat selimut tebal yang menjadi alasku tidur semalam. Aku memang sengaja tidak tidur di atas kasur karena kasur pun berantakan oleh barang-barang pecah belah (?). hehee.
“Alhamdulillahilladzi akhyanaa ba’damaa ‘amatanaa wailayhinnushuur..”
Setelah sholat Subuh, aku berdoa memohon ketetapan hati kepada Allah; sebaiknya aku pergi ke Kampar bersama Lia atau tidak.
Cin… jam 07.30wib kita berangkat ya dari Panaam… See u.
Pesan singkat dari Lia barusan semakin menambah gelisahku. Memang, semalam secara tersirat mami sudah mengizinkanku. Pertimbangannya sekarang tergantung padaku. Karena, biasanya sekalipun sudah direstui, aku tetap wajib mempertimbangkan segala sesuatunya kembali. *ciyeee..yang udah dewasaaa.

***
Ku lirik jam di HP. Pukul 06.35wib. Ah, masih ada waktu untuk tidur sejenak, barangkali 15 menit saja sudah cukup. Mataku pedes banget karena mematut layar laptop sejak tadi. Aku tidur tepat di depan laptop.
Durttt…durttt…
Getaran HP membangunkanku. Sudah pasti ini adalah Lia.
“Halloo?” sahutku dengan malas.
“Haaloo Cin. Udah mandi belum?”
“Beluumm. Emmm… Cin, aku nggak jadi ikut mu hari ini.”
*What? Secepat ini aku mengambil keputusan? Tadi sebelum tidur padahal belum punya keputusan loh!
“Kok nggak jadi Cin?”
“Iya, soalnya aku fikir terlalu singkat dan terburu-buru kalau ke Kamparnya pas momen kayak gini. Takutnya aku nggak puas mainnya di sanaa. Lain kali deh yang waktunya agak longgar.”
“Ohhh..okay deh kalau gicuuu.”
“Jangan lupa foto-foto yaaa. Besok aku lihat momennya dari foto.”
“Okeeh.. aku pinjam nih ya kameranyaaa.”
“Yuhuuuu..hati-hati di jalaaan.”
Keputusanku tepat banget kemarin untuk menyerahkan kameraku langsung kepada Lia. Jadi, sekalipun hari ini aku nggak jadi ikut, dia nggak perlu mampir dulu ke sini untuk menjemput kameranya.
Ah, Obi… ini memang rezekinya Lia, Biii..

Kantukku seketika pergi ntah ke mana. Padahal waktu ngangkat telvon barusan rasanya pengen cepet-cepet udahan supaya bisa tidur lagi. Hemmm… akhirnya aku cuci muka dan mulai sibuk lagi di depan laptop. Hari ini aku akan melengkapi kolom-kolom di blogku yang banyak alfanya. Ini namanya komitmen, sekalipun banyak tanggal yang belum sempat ku isi tulisan, ketika ada waktu luang aku langsung melengkapinya. Jadi, terlihat sepintas seolah-olah aku begitu raji menulis one label one post everyday, padahal pakai sistem kebut juga. Hihiii. Mami belum tahu nih kalau aku nggak jadi ke Kampar, ntar deh aku kabarin.
Jangan lupa datang pukul 08.30wib untuk menyambut native kita dari oxford…
Aku ingat SMS dari Mr.J House semalam. Tapi, ….emmmm… seketika aku memutuskan hal yang berbeda; Nggak mau ke mana-mana hari ini. Aku baru sadar, kayaknya hampir setiap Jumat aku menghabiskan waktu di kamar seperti ini. Oh ya guys, aku pembosan juga kok sebenarnya! Selain karena golongan darahku B, aku juga dominan otak kanan, makanya sangat sulit untuk fokus apalagi kalau lama-lama. Sesekali, aku juga suka nonton lawakan nggak penting sebagai selingan untuk merefresh otak. Sekedar untuk membuatku tertawa dan memancing ide-ide tulisan yang lain. Hehee. Kadang juga aku tidur sebentar. Eh, tapi kadang kebablasan juga kok! Hihiii. Terutama kalau aku sedang dipusingkan oleh sesuatu (yang berasal dari diriku sendiri).
Kaca mataku baruuu Eeell…
Aku tersenyum memandang gambar yang dikirim oleh Rini via BBM. Jadi kelihatan kayak orang pintar gitu dia. Sihiiiyyyy. Kaaan… aku jadi pengen punya kaca mata kayak gitu juggaaa! *Tanggung jawab Riiin! Eh, by the way, Teguh udah pulang ke mari apa belum ya? Oh, ya belumlah, ini kan baru tanggal 20. Besok baru kelar acaranya. Ah, ngapain juga mikirin dia kapan pulangnya, wong berangkatnya aja nggak pamitan gitu! huh!
“Nyesel nggak El nggak jadi ikutan KKP ke bogor dan nggak jadi ke istana Negara?” tanyaku dalam hati.
“Nggak kok! Ngapain nyesel? *yaahh..meskipun Kampus Fiksi di Yogya juga nggak lolos, ehhe. Tapi, nggak ada yang mesti ku sesali. Banyak juga job mendadak yang datang kepadaku 2 minggu ini. Insya Allah, tiada KEHILANGAN tanpa PENGGANTIAN. Aamiin,” jawabku sendiri.
Aku iseng mengecheck blogku yang satu inil trulyelysa.blogspot.com. Ada beberapa hal yang perlu ku koreksi dan ku percantik dari blog ini ternyata. Lalu, perhatianku berujung pada postingan yang belum selesai, judullnya; Jai Ho –Gantilah terimakasih dengan berbuat baik kepada 3 orang! Untuk bisa melangkapinya, aku harus menonton ulang filmnya. Sambil nonton, sambil mengetik ide yang berseliweran. Tapi, Arrrrrrrrrggghhhh! Saat ku tekan tombol Post, eh malah mozillanya restart. Huaaaaahhhh! Harap-harap cemas nih, masih ada nggak ya ketikanku yang udah panjang lebar tadi? Hikssss… dan ternyata ilaaaaaaaaang! Sediiiihh! Tapi, sebelum sempat meratap, aku mengulang lagi film itu di beberapa hentian.
“Aku yakin ya Allah, tiada KEHILANGAN tanpa PENGGANTIAN. Mungkin tulisanku kali ini lebih bagus lagi daripada yang udah ilang tadi,” aku menciptakan husnuzhon di dalam diri.
Dan…. Selalu saja seperti ini; menangis karena tersentuh dan terenyuh oleh jalan ceritanya. Padahal, ini bukan yang pertama kalinya ku tonton, tapi yaa beginilah, benar kata orang; ‘Kalau nggak nangis, bukan nonton film India namanya’. Setelah selesai di post, ku cek ulang hasilnya dan ternyata ada lagi masalahnya; hurufnya nggak sesuai dengan huruf default yang sudah ku atur. Huahhhh… habis setengah jam juga ngatur fontnya doank ternyata. Tapi nggak apa-apa, demi hasil yang memuaskan.
Oh ya, aku dapat inspirasi baru dari blognya rezky firmansyah semalam. Setiap postingan di blog trulyelysa.blogspot.com tu sudah selalu ku akhiri dengan; Merasa artikel ini bermanfaat? Silahkan LIKE, KOMEN dan SHARE yaa! Supaya makin eksis gicuu loh! Hihii. Setelah Truly Elysa beres, aku beralih menulis puisi dan inspirasi untuk belasan tanggal yang masih bolong-bolong di elysarizka.blogspot.com.
“Duuuhh…ya Allah.. apa yang terjadi dengan pinggangkuu iniiii?” rintihku sambil memegangi pinggang. Sejak tadi rasanya gelisah terus, duduk nggak tahan lama lalu dibawa tengkurap, tengkurap pun nggak tahan lama dan ku bawa duduk lagi.
Aku beralih ke Whatsapp untuk refreshing. Eh, ada info yang gue banget dari bang Wira nih!...
Tips menyembukan luka-luka bathin yang dialami oleh setiap mesin kecerdasan. Potensi terbesar luka bathin ada pada orang FEELING. Luka tersebut hanya bisa disembukan dengan CINTA baru yang jauh lebih indah dan lebih menyejukkan.
“Ya Allah… beneeer banget nih! Hemmm…. Ternyata aku selama ini adalah terjemahan dari sini. Terimakasih ya Allah, selangkah lagi aku lebih kenal dengan diriku. Alhamdulillah..”

***
Langit gulita seketika. Sepertinya akan turun hujan yang sangat lebat. Ku nyalakan lampu karena kamar jadi sangat gelap. Eh, ternyata mati lampu. Akhirnya ku nyalakan lilin. Sekarang masih jam 17.00wib padahal, tapi persis banget kayak maghrib. Aku jadi parno sendiri. sesekali merasa ada yang berkelebat di belakangku. Ah, aku memang parah banget kalau soal mikir yang bukan-bukan. Ku ganti posisi dudukku, memunggungi tempat tidur supaya bisa melihat ke arah jendela. Baterai laptopku barangkali masih bisa bertahan setengah jam lagi. Lumayan!
“Nisss… ke mana lah kamu Nisss,” panggilku kepada kucing.
Jadi ingat sama Rini. Pengen banget BBM dia dan bilang kalau di sini sedang mati lampu dan aku takut sendirian. Huaaaahh, tapi aku baru nyadar kalau jaringan TRI juga emergency kalau mati lampu gini. Hiksss… sekarang, pandai-pandai akulah mempositifkan pikiran. Huaaahhhhmm… akhirnya ku hidupkan music di HP, sudah lama juga tidak memutar music dari sini.
Bayangkan bila esok akhir dunia
Terguncang bumi, pecah matahari
Bayangkan bila, nafas berhenti
Tersengal di kerongkongan, menunggu mati
Allah…. Allah…
Ini adalah hal besar –kalau tidak bisa disebut hal terbesar, bagiku yang perlu ditakuti. Dalam sehari, rasanya tak terhitung banyaknya aku mengingat mati, mengingat kain kafan, mengingat liang kubur dan ternyata ada yang lebih perlu ditakuti; Kiamat. Aku sadar ini hari jumat. Bukankah kiamat ditakdirkan untuk terjadi di hari jumat? Yaahh… meskipun tanda-tanda besarnya belum semuanya terjadi, tapi siapa yang dapat menjangkau kehendak Allah? Bila kiamat terjadi, bukan hanya kita yang mati, tapi seluruh penghuni. Artinya hari perhitungan juga semakin dekat.
“Ampuni aku ya Allah… ampuni malaskuuuu,” lirihku. Mataku mulai berkaca. Tanganku terus menggenggap HP di dekat telinga, aku masih terus menikmati bait demi bait lagu ini.
Ku edarkan pandanganku ke seisi kamar. Ya Allah… kalau ada yang datang detik ini ke sini pasti akan histeris melihat kondisi kamarku. Hemmm… kadang ada masanya aku lebih suka berberes dalam beberapa hari sekali saja. Tapi, mendadak fikiranku berubah; ‘Masa ngeberesin kamar aja ditunda sih El?’. heeemmm.. detik berikutnya, aku menyadari hal lain; ‘Ternyata yang perlu di-TAUBATi itu tidak hanya dosa-dosa yang jelas-jelas dosa saja, tapi juga penundaanku, kemalasanku, janji-janji palsuku, kejorokanku, kebanyakan tidurku, waktu luangku, waktu santaiku, tulisan-tulisanku. Banyak ya ternyata.’
Taubat itu tidak sebatas atas maksiat....

Tidak ada komentar: