Aku terbangun karena eongan kucing. Tumben banget sepagi ini
dia udah bangun dan mengeong-ngeong. Aku curiga dia mau eek. Akhirnya, segera
ku buka jendela dan mengeluarkannya. Kembali ku dapati kamar ini benar-benar
kayak kapal pecah. Sambil mengucek mata, ku lipat selimut tebal yang menjadi
alasku tidur semalam. Aku memang sengaja tidak tidur di atas kasur karena kasur
pun berantakan oleh barang-barang pecah belah (?). hehee.
“Alhamdulillahilladzi akhyanaa ba’damaa ‘amatanaa
wailayhinnushuur..”
Setelah sholat Subuh, aku berdoa memohon ketetapan hati
kepada Allah; sebaiknya aku pergi ke Kampar bersama Lia atau tidak.
Cin… jam 07.30wib
kita berangkat ya dari Panaam… See u.
Pesan singkat dari Lia barusan semakin menambah gelisahku.
Memang, semalam secara tersirat mami sudah mengizinkanku. Pertimbangannya
sekarang tergantung padaku. Karena, biasanya sekalipun sudah direstui, aku
tetap wajib mempertimbangkan segala sesuatunya kembali. *ciyeee..yang udah
dewasaaa.
***
Ku lirik jam di HP. Pukul 06.35wib. Ah, masih ada waktu
untuk tidur sejenak, barangkali 15 menit saja sudah cukup. Mataku pedes banget
karena mematut layar laptop sejak tadi. Aku tidur tepat di depan laptop.
Durttt…durttt…
Getaran HP membangunkanku. Sudah pasti ini adalah Lia.
“Halloo?” sahutku dengan malas.
“Haaloo Cin. Udah mandi belum?”
“Beluumm. Emmm… Cin, aku nggak jadi ikut mu hari ini.”
*What? Secepat ini aku mengambil keputusan? Tadi sebelum
tidur padahal belum punya keputusan loh!
“Kok nggak jadi Cin?”
“Iya, soalnya aku fikir terlalu singkat dan terburu-buru
kalau ke Kamparnya pas momen kayak gini. Takutnya aku nggak puas mainnya di
sanaa. Lain kali deh yang waktunya agak longgar.”
“Ohhh..okay deh kalau gicuuu.”
“Jangan lupa foto-foto yaaa. Besok aku lihat momennya dari
foto.”
“Okeeh.. aku pinjam nih ya kameranyaaa.”
“Yuhuuuu..hati-hati di jalaaan.”
Keputusanku tepat banget kemarin untuk menyerahkan kameraku
langsung kepada Lia. Jadi, sekalipun hari ini aku nggak jadi ikut, dia nggak
perlu mampir dulu ke sini untuk menjemput kameranya.
Ah, Obi… ini memang
rezekinya Lia, Biii..
Kantukku seketika pergi ntah ke mana. Padahal waktu ngangkat telvon barusan rasanya pengen cepet-cepet udahan supaya bisa tidur lagi. Hemmm… akhirnya aku cuci muka dan mulai sibuk lagi di depan laptop. Hari ini aku akan melengkapi kolom-kolom di blogku yang banyak alfanya. Ini namanya komitmen, sekalipun banyak tanggal yang belum sempat ku isi tulisan, ketika ada waktu luang aku langsung melengkapinya. Jadi, terlihat sepintas seolah-olah aku begitu raji menulis one label one post everyday, padahal pakai sistem kebut juga. Hihiii. Mami belum tahu nih kalau aku nggak jadi ke Kampar, ntar deh aku kabarin.
Jangan lupa datang
pukul 08.30wib untuk menyambut native kita dari oxford…
Aku ingat SMS dari Mr.J House semalam. Tapi, ….emmmm…
seketika aku memutuskan hal yang berbeda; Nggak mau ke mana-mana hari ini. Aku
baru sadar, kayaknya hampir setiap Jumat aku menghabiskan waktu di kamar
seperti ini. Oh ya guys, aku pembosan juga kok sebenarnya! Selain karena
golongan darahku B, aku juga dominan otak kanan, makanya sangat sulit untuk
fokus apalagi kalau lama-lama. Sesekali, aku juga suka nonton lawakan nggak
penting sebagai selingan untuk merefresh otak. Sekedar untuk membuatku tertawa
dan memancing ide-ide tulisan yang lain. Hehee. Kadang juga aku tidur sebentar.
Eh, tapi kadang kebablasan juga kok! Hihiii. Terutama kalau aku sedang
dipusingkan oleh sesuatu (yang berasal dari diriku sendiri).
Kaca mataku baruuu
Eeell…
Aku tersenyum memandang gambar yang dikirim oleh Rini via
BBM. Jadi kelihatan kayak orang pintar gitu dia. Sihiiiyyyy. Kaaan… aku jadi
pengen punya kaca mata kayak gitu juggaaa! *Tanggung jawab Riiin! Eh, by the
way, Teguh udah pulang ke mari apa belum ya? Oh, ya belumlah, ini kan baru
tanggal 20. Besok baru kelar acaranya. Ah, ngapain juga mikirin dia kapan
pulangnya, wong berangkatnya aja nggak pamitan gitu! huh!
“Nyesel nggak El nggak jadi ikutan KKP ke bogor dan nggak
jadi ke istana Negara?” tanyaku dalam hati.
“Nggak kok! Ngapain nyesel? *yaahh..meskipun Kampus Fiksi di
Yogya juga nggak lolos, ehhe. Tapi, nggak ada yang mesti ku sesali. Banyak juga
job mendadak yang datang kepadaku 2 minggu ini. Insya Allah, tiada KEHILANGAN
tanpa PENGGANTIAN. Aamiin,” jawabku sendiri.
Aku iseng mengecheck blogku yang satu inil
trulyelysa.blogspot.com. Ada beberapa hal yang perlu ku koreksi dan ku
percantik dari blog ini ternyata. Lalu, perhatianku berujung pada postingan
yang belum selesai, judullnya; Jai Ho
–Gantilah terimakasih dengan berbuat baik kepada 3 orang! Untuk bisa melangkapinya,
aku harus menonton ulang filmnya. Sambil nonton, sambil mengetik ide yang
berseliweran. Tapi, Arrrrrrrrrggghhhh! Saat ku tekan tombol Post, eh malah mozillanya restart.
Huaaaaahhhh! Harap-harap cemas nih, masih ada nggak ya ketikanku yang udah
panjang lebar tadi? Hikssss… dan ternyata ilaaaaaaaaang! Sediiiihh! Tapi,
sebelum sempat meratap, aku mengulang lagi film itu di beberapa hentian.
“Aku yakin ya Allah, tiada KEHILANGAN tanpa PENGGANTIAN.
Mungkin tulisanku kali ini lebih bagus lagi daripada yang udah ilang tadi,” aku
menciptakan husnuzhon di dalam diri.
Dan…. Selalu saja seperti ini; menangis karena tersentuh dan
terenyuh oleh jalan ceritanya. Padahal, ini bukan yang pertama kalinya ku
tonton, tapi yaa beginilah, benar kata orang; ‘Kalau nggak nangis, bukan nonton
film India namanya’. Setelah selesai di post, ku cek ulang hasilnya dan
ternyata ada lagi masalahnya; hurufnya nggak sesuai dengan huruf default yang
sudah ku atur. Huahhhh… habis setengah jam juga ngatur fontnya doank ternyata. Tapi
nggak apa-apa, demi hasil yang memuaskan.
Oh ya, aku dapat inspirasi baru dari blognya rezky
firmansyah semalam. Setiap postingan di blog trulyelysa.blogspot.com tu sudah
selalu ku akhiri dengan; Merasa artikel
ini bermanfaat? Silahkan LIKE, KOMEN dan SHARE yaa! Supaya makin eksis
gicuu loh! Hihii. Setelah Truly Elysa beres, aku beralih menulis puisi dan
inspirasi untuk belasan tanggal yang masih bolong-bolong di
elysarizka.blogspot.com.
“Duuuhh…ya Allah.. apa yang terjadi dengan pinggangkuu
iniiii?” rintihku sambil memegangi pinggang. Sejak tadi rasanya gelisah terus,
duduk nggak tahan lama lalu dibawa tengkurap, tengkurap pun nggak tahan lama
dan ku bawa duduk lagi.
Aku beralih ke Whatsapp untuk refreshing. Eh, ada info yang
gue banget dari bang Wira nih!...
Tips menyembukan luka-luka bathin yang
dialami oleh setiap mesin kecerdasan. Potensi
terbesar luka bathin ada pada orang FEELING. Luka tersebut hanya bisa disembukan
dengan CINTA baru yang jauh lebih indah dan lebih menyejukkan.
“Ya Allah… beneeer banget nih! Hemmm…. Ternyata aku selama
ini adalah terjemahan dari sini. Terimakasih ya Allah, selangkah lagi aku lebih
kenal dengan diriku. Alhamdulillah..”
***
Langit gulita seketika. Sepertinya akan turun hujan yang
sangat lebat. Ku nyalakan lampu karena kamar jadi sangat gelap. Eh, ternyata
mati lampu. Akhirnya ku nyalakan lilin. Sekarang masih jam 17.00wib padahal,
tapi persis banget kayak maghrib. Aku jadi parno sendiri. sesekali merasa ada
yang berkelebat di belakangku. Ah, aku memang parah banget kalau soal mikir
yang bukan-bukan. Ku ganti posisi dudukku, memunggungi tempat tidur supaya bisa
melihat ke arah jendela. Baterai laptopku barangkali masih bisa bertahan
setengah jam lagi. Lumayan!
“Nisss… ke mana lah kamu Nisss,” panggilku kepada kucing.
Jadi ingat sama Rini. Pengen banget BBM dia dan bilang kalau
di sini sedang mati lampu dan aku takut sendirian. Huaaaahh, tapi aku baru
nyadar kalau jaringan TRI juga emergency kalau mati lampu gini. Hiksss…
sekarang, pandai-pandai akulah mempositifkan pikiran. Huaaahhhhmm… akhirnya ku
hidupkan music di HP, sudah lama juga tidak memutar music dari sini.
Bayangkan bila esok akhir dunia
Terguncang bumi, pecah matahari
Bayangkan bila, nafas berhenti
Tersengal di kerongkongan, menunggu mati
Allah…. Allah…
Ini adalah hal besar –kalau tidak
bisa disebut hal terbesar, bagiku yang perlu ditakuti. Dalam sehari, rasanya
tak terhitung banyaknya aku mengingat mati, mengingat kain kafan, mengingat
liang kubur dan ternyata ada yang lebih perlu ditakuti; Kiamat. Aku sadar ini
hari jumat. Bukankah kiamat ditakdirkan untuk terjadi di hari jumat? Yaahh…
meskipun tanda-tanda besarnya belum semuanya terjadi, tapi siapa yang dapat
menjangkau kehendak Allah? Bila kiamat terjadi, bukan hanya kita yang mati,
tapi seluruh penghuni. Artinya hari perhitungan juga semakin dekat.
“Ampuni aku ya Allah… ampuni
malaskuuuu,” lirihku. Mataku mulai berkaca. Tanganku terus menggenggap HP di
dekat telinga, aku masih terus menikmati bait demi bait lagu ini.
Ku edarkan pandanganku ke seisi
kamar. Ya Allah… kalau ada yang datang detik ini ke sini pasti akan histeris
melihat kondisi kamarku. Hemmm… kadang ada masanya aku lebih suka berberes
dalam beberapa hari sekali saja. Tapi, mendadak fikiranku berubah; ‘Masa
ngeberesin kamar aja ditunda sih El?’. heeemmm.. detik berikutnya, aku
menyadari hal lain; ‘Ternyata yang perlu di-TAUBATi itu tidak hanya dosa-dosa
yang jelas-jelas dosa saja, tapi juga penundaanku, kemalasanku, janji-janji
palsuku, kejorokanku, kebanyakan tidurku, waktu luangku, waktu santaiku,
tulisan-tulisanku. Banyak ya ternyata.’
Taubat itu tidak sebatas atas maksiat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar