Kita tidak bisa membuat orang lain selalu menyukai kita. Karena,
perasaan itu ibarat angin; bisa berpindah-pindah dan berubah arah. Ia ada, tapi
tak terlihat nyata. Yang bisa kita lakukan adalah memastikan diri kita untuk
selalu TIDAK PANTAS dibenci oleh orang lain. Karena, yang satu ini sangat
mungkin untuk dilakukan. Bukankah kita adalah RAJA bagi diri kita sendiri?
Maka, jadilah raja yang bijaksana.
Suatu waktu , mungkin kita akan merasa terasing dengan
seseorang sebenarnya sangat dekat. Tapi, sebenarnya kita tidak pernah
benar-benar asing sampai kita berhenti bersikap seperti biasa kepadanya.
***
Seharian ini aku di rumah aja. Makan, tinggal pesan-antar
aja. Aku sedang fokus ngisi blog dan ngitung nilai angket. Jadi, seharian ini
aku memang nggak ke mana-mana. Postingan di armalaa.blogspot.co.id yang bintang
tamunya kali ini adalah dek Eri pun baru ku selesaikan dan langsung ku berikan
linknya kepadanya. Dia suka. Alhamdulillah. Ini adalah cara sederhana membuat
orang lain bahagia. Sekarang sudah pukul 19.00wib. Sebentar lagi dek Yana akan
menjemputku. Kami akan makan malam bersama.
“Kak Ciiiinnnnnn!” seseorang memanggilku sambil menyalakan
klaksonnya dari luar pagar.
Aku segera berlarian ke luar dan melaju bersama dek Yana. Tujuan
pertama adalah ke ATM rektorat UR.
“Deeekkk…udah lihat kan fotonya Kak Oll* yang tadi sore Kakak kirimkan?”
“Udah Kak.”
“Kakak shock banget loh waktu ngelihat FBnya. Nggak nyangka
kalau Kakak tu pakai foto nggak berjilbab di FBnya. Ntahlah yaa selama ini dia
memang buka-tutup gitu atau nggak. Tapi, sama seperti pendapat Adek tadi,
menurut Kakak, sebelumnya Kakak tu pakai jilbab selalu walaupun nggak terlalu
longgar. Yaaa.. kayak Dian Pelangi laaah. Dan yang lebih bikin Kakak shock itu
adalah ketika Kakak mencoga menyapa sekaligus menegurnya, eh, malah kayak gitu jawabannya.
Nyesek Dek!”
Assalamualaikum Kak…
Kak, masih ingat
nggak sama aku?
Kita udah pernah
chattingan loh sebelumnya..
Aku fans Kakak dari
Pekanbaru.
Barusan aku lihat FB
Kakak kok Kakak nggak pakai jilbab sih?
Agak kaget
ngelihatnya.
Apapun yang terjadi,
plisss Kak tetaplah berjilbab yaaa. ^_^
Aku tetap sama.
Hanya tidak memakai selembar kain di kepala.
“Nanti,
kalimat; Hanya tidak memakai
selembar kain di kepala
itulah yang akan disesalinya Kak, ketika hari akhir.”
“Hiksssss…iya
Dek. Padahal dibuku-bukunya itu dia pernah jelasin kan tentang ‘memperbaiki
hubungan sebagai dasar meraih cita-cita kita’, ya kan? Terus, dibukunya yang
kedua, dia pernah nyeritain pengalamannya ke US dank arena ia berjilbab,
teman-temannya faham kalau dia muslim dan mereka menghargainya. Hemmm…memang,
hanya Allah yang Maha membolak-balikkan hati manusia ya Dek! Semoga Kakak tu
kembali kepada kebenaran. Kita doakan saja dari kejauhan. Aamiin.”
“Aamiin Kak
Cin.”
Aku segera
masuk ke dalam ATM ketika antrian sebelumku sudah selesai. Setelah itu, kami
langsung menuju Bangau Sakti. Kami memilih Pondok Ikan Asin sebagai menu makan
malam kami. Huammmm… lezat banget loh ternyata! Harganya pun serba Rp 10.000. Recommended
deh pokoknya! Terakhir kali aku makan ikan asin ya ketika masih PPL kemarin. Itupun
harganya mahal banget, padahal rumah makannya biasa aja dan nasinya agak keras
pula. Kecewa banget waktu itu.
“…Kak, Na
tu merasa ketika dia sedang ngumpul dengan teman-temannya, Na itu bukan bagian
dari mereka Kak. Makanya, kalau dia ketemu Na, ya memang hanya ketemu Na doank.
Nggak pernah Na tu digabungin dengan teman-temannya yang lain. Na pun ngerasa
nggak nyaman juga sih kalau gabung dengan mereka. Karena emang udah beda kali
Kak semuanya; tema cerita, candaan, semuanya beda.”
Aku terbelalak
mendengar curhatan Yana barusan. Karena, dalam kondisi yang hampir sama, aku
pun merasakannya.
“Kak juga
pernah merasakan hal itu Dek. Rasanya, kita bersahabat dengannya itu nggak
sepenuhnya bersahabat. Karena, temannya nggak bisa menjadi teman Kakak dan
Kakak nggak bisa disatuin dengan mereka. Makanya, Kakak pernah bilang gini ke
dia; Ada saatnya aku tidak bisa
bersamamu dan kau pun tidak akan membawaku bersamamu. Kita tidak selalu sama
dan bisa bersama-sama.
Sihiyyyyyyyy.”
“Sihiyyyyy.
Kalau kita kan nggak gitu ya Kak. Teman Na, teman Kakak juga. jadinya kita
sama-sama enak. Benar-benar menyatu rasanya. Nggak ada sekat-sekat gitu. Apalagi
kalau jenis sahabatnya beda; ketika dia sama kita, sifatnya seperti ini. Tapi,
ketika dia sama teman-temannya yang lain, sifatny beda lagi.”
“Bener
banget Dek! Di satu keadaan, Kakak merasa hanya seperti ‘orang singgah’ di
kehidupannya. Dan, otomatis, kalau dia udah sama teman-temannya, biasanya dia
lupa sama Kakak. Hal yang tadinya biasa kita lakukan bersama pun pasti terlupa
olehnya.”
“Hhuhuuu..ternyata
nasih kita sama ya Kak Ciiin. Hhehe.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar