Kamis, 19 Maret 2015

Kita Berprestasi untuk Berbagi

Hujan turun. Ah, jam 9 ajalah ntar datangnya. Setidaknya aku masih bisa menulis blog dulu. Tapi, mulai timbul kegelisahan di hati, pesertanya gimana ya? Jangan-jangan acaranya sepi nih ntar. Jam 8.20, hujan reda. Aku bersiap-siap, bergegas ke Aula BEM FKIP UR bersama Rini. Azhari dan Pak Dahniel ternyata sudah tiba. Sementara peserta hanya beberapa, bisa dihitung dengan jari. Aku masih ke ruang BEM, ternyata kak Vivien belum datang.

Pukul 09.00wib, acara dibuka oleh Dek Okta.
Singkat saja. Lalu, kami ber-empat; Aku, Azhari, Pak Dahniel dan Kak Vivien, dipanggil ke depan. Masing-masing kami diberi waktu 20 menit untuk menyampaikan proses dan motivasi untuk menjadi MAWAPRES. Pak Dahniel yang pertama kali dipersilahkan berbicara, di tengah pembicaraan barulah kak Vivien nongol dengan jilbab pink-nya. Huft, syukurlah. Aku fikir kak Vivien tidak berjilbab. Baru deh setelahnya, aku yang maju. Ada Yudi, dek Teguh dan Rini yang duduk paling depan.


Aku ingat dan mengingat kritikan Yudi tentang penampilanku di FEKON kemarin. Katanya aku kebanyakan 'eengg..' nya. Maka kali ini, aku mencoba menguranginya. Bismillah dan rasanya aku berhasil. Yes!!! Tentu saja aku akan menyebut nama kak Fani di awal pembicaraan. Ah, aku tidak sadar seberapa kuat pesona kak Fani bagiku.

Selanjutnya giliran kak Vivien deh yang nyampein dengan kocak dan cetar membahana. Dia memang selalu seperti itu. Hangat dan bersahabat. Setiap orang yang ngobrol dengannya pasti akan merasa seperti seorang teman lama. Sifat rendah hatinya itu yang menginspirasiku untuk bisa demikian juga. Dia yang sudah gemilang seperti itu saja tetap rendah hati dan nge-floor banget. Aku?


"Kak, Elis nggak nyangka bisa duduk di samping orang yang luar biasa seperti Kakak."
"Ah, biasanya juga kita duduk dekatan kok..." jawabnya dengan tersenyum mentel. Aku turut tersenyum.

Aku memperhatikan kemeja batik yang digunakan Azhari itu. Hampir saja aku membeli blus yang motifnya tidak ada beda dengan Azhari. Pasti dia juga beli di Yogya, tebakku. Dia bercerita tentang mental pemenang. Bahkan yang bikin semua orang bergidik adalah ketika pertanyaan Teguh (pantaskah saya bersaing di MAWAPRES sedangkan saya tidak punya prestasi); "Sekarang saya tanya, pantas nggak kamu bertanya seperti itu?" itu jawaban Azhari. Kami tertawa, tapi ada makna yang membekas di masing-masing hati. "Kita sama-sama makan nasi, menghirup oksigen, memiliki waktu 24 jam sehari-semalam bahkan kita adalah mahluk yang paling sempurna. Kalau kita tidak mengharga semua itu, berarti kita tidak menghargai pemberian Allah," itu jawaban selanjutnya. Luar biasa bukan? Ya! Dia memang luar biasa. Dan, lebih luar biasanya lagi hari ini aku bisa duduk bersebelahan dengannya dan orang-orang yang luar biasa. Sesuatu banget rasanya. Kelak, semoga aku bisa duduk bersama para penulis sohor di Indonesia. Kang Abik, Asma Nadia, OSD, HTR, Pipiet Senja, Tere Liye dan orang-orang luar biasa lainnya. Aamiin.

Setelah penyerahan plakat, kami berfoto-foto Ria. Narsis banget, apalagi kak Vivien ikutan ngompor-ngomporin. haha. Hari ini begitu indah. ^_^

*agenda siang
Karena nggak punya uang lagi, maka pelarianku dan Rini adalah HALTE CAFE. Rini mesen nasi goreng, sedangkan aku mie telur. Setelah makan siang, aku anterin Rini ke Rektorat lagi karena ada rapat lanjutan PPRU kemarin. Sedangkan aku nongkrong di Al-Maidan, mau ngambil sertifikat juri dan silaturahmi dengan adik-adik di sana. Yudi dan Teguh langsung cabut ke PUSWIL buat cari referensi untuk KTI MAWAPRES katanya. Weww! Hebat anak-anakku...yeyee....mak bangga.

Katanya bang Andi -Duta Bahasa, mau ketemu. Aku tunggu-tunggu malah dia nggak nongol-nongol. Ya udah deh! Aku cuss ke BEM FKIP lagi setelah Ashar. Dek Okta dan Dek Novi mau curhat. Kalau dek Okta curhat tentang fenomena 'kader', sedangkan Dek Novi tentang ide KTI MAWAPRES. huaaaa...luar biasa banget mereka. Semangat belajar dan membaca yang tiada layu.

*kebingungan di warok
Jam 18.00wib, aku beli lauk dan mampir di warok. Pas ditanya mau ukuran berapa spanduk MAWAPRESnya? Mau nempah berapa buah? Aku kelabakan. Udah ku bilang dengan bang Dadhe, aku nggak ngerti. Kalau mau nurutin maunya aku sih gampang. Tapi aku nggak siap diprotes kalau nggak cocok dengan kondisi dan anggaran. Nah! Itu dia yang aku nggak pandai. Akhirnya aku tinggalkan aja filenya dan minta tolong bang Dadhe aja yang urus. Untunglah beliau mau. huft.

Malam ini niatnya mau genapin blog. Tapi, karena cok sambungnya rusak, nggak bisa ngecas HP, ngecas Lepi. Akhirnya cuma nonton film hantu di lapenya Rini. Film pertama, aman. Lanjut film kedua, aku nggak sadar tertidur. Tau-taunya udah pagi aja. Huaaaaahhhhh....

Tidak ada komentar: