Sejak semalam udah semangat banget waktu ingat hari ini bakal ngikutin seminar nasional oleh Ahmad Fuadi di Rektorat Lt.4. Niatnya sih datangnya jam 09.00wib aja daripada kelamaan nunggu acara. Jam 08.00wib, perut keroncongan buanget, akhirnya masak mie karena uang lagi bener-bener nggak mendukung. Tapi, uang untuk seminar udah disisihkan sebenarnya. Pas sarapan, sambil nonton film hantu yang judulnya OCULUS. Eh, malah seru banget filmnya dan bikin penasaran. Setelah nonton, malah ngantukkk...waahhh,,apa-apaan ini?
Lihat jam, udan jam 10.00wib. Ah, paling-paling juga bang Ahmad nggak mungkin nyampein tentang cara menulis novel, kan? Yah, pengalaman dari Setia Furqon Kholid sih gitu. Pandanganku beralih. Ngeliat pakaian kotor, busyeet dahh,,, menggunung. Cap cus ngerendam baju-baju yang hasilnya jadi 2 baskom. huaaa.... Ah, rugi kalau datang udah setengah jalan gini. Yang penting Yudi katanya hadir di sana, ntar tanya ilmunya sama dia aja. Semoga aja si bro berhasil foto bareng bang Ahmad pakai buku JANUARI ya... Aamiin.
"Rin, nulis aja yuk hari ini? Nanggung nih datang jam segini. Nggak apa-apa, kan?" tanyaku pada Rini. Untunglah Rini mengerti. Soalnya kita sama-sama moody. hihii. Eke capcus dulu nyuci baju ya cin. hihi. Pas liat multiple chat, Yudi nginbox fotonya bareng Ahmad Fuadi yang sedang megang buku Januari. Yeyeee... Dapat tandatangannya juga. Thx brother ^_^ orang-orang pada heboh, kayaknya seru banget deh seminarnya. hiksss, ada rasa menyesal sedikit di hati. Tapi, ya syudahlah!
"... yang penting nulis aja. Walaupun sedikit, tapi konsisten. Kayak bang Ahmad itu 1 hari 1 halaman katanya." papar Yudi.
"... kenapa selama ini kita sering buntu waktu nulis? Itu karena kita nulisnya pakai otak, bukan pakai hati." jabar seseorang yang aku lupa ntah siapa. Yang jelas, 2 hal inilah yang aku fikir adalah intisari seminar tadi. Alhamdulillah dapat juga serpihannya. hihi
"Ih! Malas kali lah diajak orang ini karokean. Kayak kurang kerjaan aja, uang lagi nggak ada pula." Gerutu Rini. "Ah, aku bilang ajalah mau pergi sama teman-teman KKN. El, ngerti nggak gimana rasanya kalau dibully?" belum sempat aku menjawab, Rini udah ngomong lagi, "Orang-orang ini membully-ku. Makanya malas aku nimbrung di grup apalagi pergi sama orang ni. Penting kali aku harus ikut rupanya? Mungkin karena nggak ada yang dibully ya." Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya emosi seperti itu.
Akhirnya, jam 14.00wib, aku anterin dia ke rumah Mumut -teman KKNnya.
Sementara aku, ke tempat bang Un buat minjem uang RP 100.000. Tadi udah berencana pinjam uang Rini, tapi nggak bisa karena uangnya belum ditransfer abangnya. Kak Dewi udah nagih-nagih uang penginapan kak Dila. Aku memberinya RP 80.000 untuk 10 hari. Huft! Lega sekali rasanya pemirsa kalau utang sudah dibayar. Aku bergegas bersiap untuk reunian QR bareng Gustian dan Revi. Ah, sudah begitu lama rasanya tidak bertemu mereka.
Mbak, mama Tian mendadak masuk rumah sakit pula. Kita ketemu di Awal Bros aja ya Mbak?
Aku shock membaca pesan itu. Revi pun sibuk mengurus si bosnya itu pasti. Ah, hal duka macam apa ini. Aku iba. Segera ku lajukan motorku menuju Awal Bros. Gerimis mulai runtuh. Aku terus melaju tanpa ragu. Di lobi RS, Revi dan Tian menyambutku dengan senyum dan teriakan, "Mbaakk." Ah, kami bertiga sama-sama semakin makmur rupanya. huaaaahhh, senang bisa bertemu mereka lagi.
Aku menyalami mamanya Tian. Ternyata si tante alergi dengan obat DIET. huahh
Yang aneh itu adalah, obat itu dari dokter dan banyak orang yang sudah berhasil tapi ternyata nggak cocok dengan mamanya Tian. Padahal selama ini minum obat apapun tante nggak pernah alergi. Huaah, cepat pulih ya tante. Aku, Tian dan Revi sholat Maghrib di lantai 2 dan makan nasi goreng di samping RS. Ada kakaknya Tian bersama suami dan anak laki-lakinya yang masih kecil yang menemani tante di atas.
Ada satu hal yang detik ini kusadari. Ternyata berada di dekat Tian saat ini, perasaanku tidak menjadi seperti apa yang ku bayangkan semalam; berlebihan. Hey, aku merasa flat aja tuh. Ah, mungkin perasaanku dimasa lalu saja yang terlalu deep. Bukan milik perasaanku saat ini. Baguslah! Aku bisa lebih enjoy lagi bergaul dengannya. Revi begitu baik dan ramah. Bahkan di mentraktirku, lalu kenapa aku masih juga mengingat hutannya? Ya Allah, ikhlaskanlah hati ini. ^_^ Love u revii.
Hujan belum juga reda sejak tibaku di tempat ini. Bahkan kami menyuap makanan ditirai-i hujan. Suasana yang romantis untuk semua jiwa. Terutama bagi Yudi yang mendewakan hujan sebagai hal ter-romantis. haha. Aku memutuskan untuk menginap di asrama Lia. Jam 21.00wib, aku berpamitan pada Tian dan Tante. Revi menuju Arifin Ahmad dan aku menuju Gobah. Special smile buat hari ini ^_^
Di asrama, ternyata ada Yuni yang sedang menge-les kimia di sini. Doi nginap di sini juga. Ah, aku fikir aku akan merasa tidak nyaman karena tidak bisa hanya berdua dengan Lia. Tapi ternyata aku salah. Justru kami ngobrol ngalor-ngidul sampai jam 12.00 lewat. Tercetuslah beberapa gagasan :
1. Kamus Bahasa Inggris-Melayu Kampar, biasanya kan Inggris-Indonesia (ini ide untuk MAWAPRESnya Lia)
2. Menciptakan parfum, sabun ala mahasiswa UR dengan aroma tumbuh-tumbuhan; serai, daun jeruk nipis yang biasa untuk sayur, kencur de el el haaha
3. Menciptakan lip balm natural
4. Herbarium untuk plakat kegiatan-kegiatan di kampus
5. Herbarium untuk pajangan
Waw, sesuatu banget ya ^_^
Ah, inilah yang harus diperbaiki. Ternyata mahasiswa UR belum terbiasa dan tidak dipaksa terbiasa untuk mencipta. hiksss. Bismillah, menuju UR lebih baik.
Lihat jam, udan jam 10.00wib. Ah, paling-paling juga bang Ahmad nggak mungkin nyampein tentang cara menulis novel, kan? Yah, pengalaman dari Setia Furqon Kholid sih gitu. Pandanganku beralih. Ngeliat pakaian kotor, busyeet dahh,,, menggunung. Cap cus ngerendam baju-baju yang hasilnya jadi 2 baskom. huaaa.... Ah, rugi kalau datang udah setengah jalan gini. Yang penting Yudi katanya hadir di sana, ntar tanya ilmunya sama dia aja. Semoga aja si bro berhasil foto bareng bang Ahmad pakai buku JANUARI ya... Aamiin.
"Rin, nulis aja yuk hari ini? Nanggung nih datang jam segini. Nggak apa-apa, kan?" tanyaku pada Rini. Untunglah Rini mengerti. Soalnya kita sama-sama moody. hihii. Eke capcus dulu nyuci baju ya cin. hihi. Pas liat multiple chat, Yudi nginbox fotonya bareng Ahmad Fuadi yang sedang megang buku Januari. Yeyeee... Dapat tandatangannya juga. Thx brother ^_^ orang-orang pada heboh, kayaknya seru banget deh seminarnya. hiksss, ada rasa menyesal sedikit di hati. Tapi, ya syudahlah!
"... yang penting nulis aja. Walaupun sedikit, tapi konsisten. Kayak bang Ahmad itu 1 hari 1 halaman katanya." papar Yudi.
"... kenapa selama ini kita sering buntu waktu nulis? Itu karena kita nulisnya pakai otak, bukan pakai hati." jabar seseorang yang aku lupa ntah siapa. Yang jelas, 2 hal inilah yang aku fikir adalah intisari seminar tadi. Alhamdulillah dapat juga serpihannya. hihi
"Ih! Malas kali lah diajak orang ini karokean. Kayak kurang kerjaan aja, uang lagi nggak ada pula." Gerutu Rini. "Ah, aku bilang ajalah mau pergi sama teman-teman KKN. El, ngerti nggak gimana rasanya kalau dibully?" belum sempat aku menjawab, Rini udah ngomong lagi, "Orang-orang ini membully-ku. Makanya malas aku nimbrung di grup apalagi pergi sama orang ni. Penting kali aku harus ikut rupanya? Mungkin karena nggak ada yang dibully ya." Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya emosi seperti itu.
Akhirnya, jam 14.00wib, aku anterin dia ke rumah Mumut -teman KKNnya.
Sementara aku, ke tempat bang Un buat minjem uang RP 100.000. Tadi udah berencana pinjam uang Rini, tapi nggak bisa karena uangnya belum ditransfer abangnya. Kak Dewi udah nagih-nagih uang penginapan kak Dila. Aku memberinya RP 80.000 untuk 10 hari. Huft! Lega sekali rasanya pemirsa kalau utang sudah dibayar. Aku bergegas bersiap untuk reunian QR bareng Gustian dan Revi. Ah, sudah begitu lama rasanya tidak bertemu mereka.
Mbak, mama Tian mendadak masuk rumah sakit pula. Kita ketemu di Awal Bros aja ya Mbak?
Aku shock membaca pesan itu. Revi pun sibuk mengurus si bosnya itu pasti. Ah, hal duka macam apa ini. Aku iba. Segera ku lajukan motorku menuju Awal Bros. Gerimis mulai runtuh. Aku terus melaju tanpa ragu. Di lobi RS, Revi dan Tian menyambutku dengan senyum dan teriakan, "Mbaakk." Ah, kami bertiga sama-sama semakin makmur rupanya. huaaaahhh, senang bisa bertemu mereka lagi.
Aku menyalami mamanya Tian. Ternyata si tante alergi dengan obat DIET. huahh
Yang aneh itu adalah, obat itu dari dokter dan banyak orang yang sudah berhasil tapi ternyata nggak cocok dengan mamanya Tian. Padahal selama ini minum obat apapun tante nggak pernah alergi. Huaah, cepat pulih ya tante. Aku, Tian dan Revi sholat Maghrib di lantai 2 dan makan nasi goreng di samping RS. Ada kakaknya Tian bersama suami dan anak laki-lakinya yang masih kecil yang menemani tante di atas.
Ada satu hal yang detik ini kusadari. Ternyata berada di dekat Tian saat ini, perasaanku tidak menjadi seperti apa yang ku bayangkan semalam; berlebihan. Hey, aku merasa flat aja tuh. Ah, mungkin perasaanku dimasa lalu saja yang terlalu deep. Bukan milik perasaanku saat ini. Baguslah! Aku bisa lebih enjoy lagi bergaul dengannya. Revi begitu baik dan ramah. Bahkan di mentraktirku, lalu kenapa aku masih juga mengingat hutannya? Ya Allah, ikhlaskanlah hati ini. ^_^ Love u revii.
Hujan belum juga reda sejak tibaku di tempat ini. Bahkan kami menyuap makanan ditirai-i hujan. Suasana yang romantis untuk semua jiwa. Terutama bagi Yudi yang mendewakan hujan sebagai hal ter-romantis. haha. Aku memutuskan untuk menginap di asrama Lia. Jam 21.00wib, aku berpamitan pada Tian dan Tante. Revi menuju Arifin Ahmad dan aku menuju Gobah. Special smile buat hari ini ^_^
Di asrama, ternyata ada Yuni yang sedang menge-les kimia di sini. Doi nginap di sini juga. Ah, aku fikir aku akan merasa tidak nyaman karena tidak bisa hanya berdua dengan Lia. Tapi ternyata aku salah. Justru kami ngobrol ngalor-ngidul sampai jam 12.00 lewat. Tercetuslah beberapa gagasan :
1. Kamus Bahasa Inggris-Melayu Kampar, biasanya kan Inggris-Indonesia (ini ide untuk MAWAPRESnya Lia)
2. Menciptakan parfum, sabun ala mahasiswa UR dengan aroma tumbuh-tumbuhan; serai, daun jeruk nipis yang biasa untuk sayur, kencur de el el haaha
3. Menciptakan lip balm natural
4. Herbarium untuk plakat kegiatan-kegiatan di kampus
5. Herbarium untuk pajangan
Waw, sesuatu banget ya ^_^
Ah, inilah yang harus diperbaiki. Ternyata mahasiswa UR belum terbiasa dan tidak dipaksa terbiasa untuk mencipta. hiksss. Bismillah, menuju UR lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar