“Dasar penipu! Katanya untuk sebulan. Nyatanya cuma sehari
aja! huh!”
Pagi ini aku benar-benar kecewa dengan IM3. Di kartunya
tertulis; Gratis 30menit nelvon ke semua operator, 35MB internetan, 30 SMS ke
semua operator setiap harinya. Kalau memang berlakunya hanya 1 hari aja, bikin
donk tanda bintang (*) dan tulis; Syarat dan ketentuan berlaku. Atau kalau
memang harus beli pulsa dan daftar paketnya dulu, ya dibilang jugalah. Ini
namanya PHP. Tapi, wajar aja sih PHP, wong harganya cuma Rp 5000, dapet apa
coba dengan segitu? Hemmm… tetap aja yang terpenting itu adalah kejujuran.
Bilang kalau itu hanya promo, bilang kalau itu ada syaratnya, bilang kalau itu
harus ada pulsanya sekian-sekian atau harus daftar dulu.
El, jalan-jalan ke SKA yuk? Suntuk kali nih di kosan. Ajak
Rini.
Aku memang berniat untuk pergi hari ini. Tapi, tujuan
pertama dan utamaku adalah Rumah Blogger Pekanbaru di jalan Sakinah. Ku ajak
dulu Rini ke sana baru deh ke SKA.
“Gimana rasanya sendirian di kamar ini Rin?” tanyaku kepada
Rini ketika menjemputnya.
“Linglung kali aku, nggak tahu mau ngapain. Kesepian aku
El.”
“Sihiiiyyyyy… baru kali ini dengar Rini merasa kesepian.
Hihiii. Aku mau kali nginap di sini, tapi gimana soal parkir motornya Rin?”
“Itulah makanya semalam ku bilang, El nggak usah jadi ke
sini aja. Soalnya aku nggak tahu juga di parkir di mana. Agak segan juga kalau
nanya ke Ibu kosan, kecuali El ke sininya jalan kaki dan agak sorean, jadinya
kan nggak mencolok kali.”
“Aku pun mikir gitu. Rini kan orang asing di kosan ini, si
Risky sedang nggak di sini dan aku pula nginap di sini yang juga orang asing.
Takut pula kalau dicurigai kita nantinya.”
“Itulah. Serba saja jadinya. Aku mau-mau aja lah kalau El
nginap sini. Risky juga bilang;‘Ajaklah Elysa nginap di situ juga’.”
“Eh, tadi pagi Kak Dewi nanyain Rini. Mungkin karena aku
bawa 2 helm ya. ‘Rini ke mana El?’ aku jawablah ‘Tempat temannya Kak’ Dah, gitu
ku jawab.”
“Nggak El bilang doh; ‘Rini udah pindah Kak’?”
“Nggak usahlah ngapain pula dijelaskan gitu kali. Kan udah
jelas, kalau Rini di tempat teman, itu pertanda kalau Rini udah ke luar dari
kosan itu.”
“Takutnya kaannn… nanti aku disuruh bayar pula lagi karena
belum dijelaskan kalau aku udah pergi.”
“Bilang sama aku kalau Kak Dewi gituin Rini! Biar aku yang
jelasin!” tegasku.
***
Jalan Sakinah ternyata nggak semudah tampaknya dari google
map. Ke seorang laki-laki sudah ku tanya tentang alamatnya, tapi nggak ada yang
tahu. Apalagi waktu ku sebutkan Blogger Bertuah, semakin asinglah namanya.
Huahhhh. Akhirnya, bermodal nekat, ku telusuri jalan Sakinah ini. Melewati
tanjakan segala. Tapi, Alhamdulillah ternyata alamatnya persis setelah tanjakan
yang menyeramkan tadi. Hohooo.
“Elysa ya?” tanya seorang laki-laki yang sedang menggendong
anak kecil di depan Rumah Blogger ini.
“Iya. Ini dengan Abang siapa yaaa?”
“Sayalah Laksamana Embun, Elysa.”
“Ooohhh!”
“Saya kaget kali tadi, pas pertama buka FB langsung baca
pesan Elysa yang udah berada di jalan Sakinah. Kok nggak bilang-bilang dulu
sih? Untung aja saya ada di sini. Biasanya jam segini, masih kosong sih di
sini, Sa.”
“Karena Elysa udah pengen kali ke sini, jadi ya Elysa
berfikir nanti aja ngabarinnya kalau udah di dekat sini. Hhehehe.”
“Ngelihat dari google map ya Elysa?”
“Iya Bang.”
“Wah, berarti niat banget ya?”
“So pasti Bang.”
Bang Embun memintaku membuka blogku dengan wifi-idnya. Rini
juga menggunakannya, jadilah dia autis di depan laptop sambil menungguiku yang
sepertinya akan lama dan banyak tanya ini.
“Ada nggak sih Bang caranya dapat penghasilan dari blog
selain dengan cara masang iklan?”
“Nggak ada.”
“Nggak ada?”
“Iya, nggak ada. Memang kita harus pasang iklan dan supaya
blog kita ramai pengunjung, syarat pertamanya harus memposting artikel-artikel
yang menarik, yang banyak dicari kata kuncinya di google planner.”
Aku langsung diajari bagaimana caranya menggunakan google
planner sebagai pencari kata kunci dan perancang kata kunci sebelum memposting
artikel. Sebenarnya, aku nggak terlalu buta soal ini karena selain aku
mempelajarinya secara otodidak, pun sudah diajarkan sewaktu aku mengikuti
pelatihan e-commerce beberapa bulan yang lalu.
“Gini deh, sebelum Abang menjelaskan tentang SEO, Abang mau
Elysa bikin blog baru dan posting setidaknya 2 artikel menarik per hari. Minggu
depan, temui Abang lagi dan Abang akan ajarkan SEO ke Elysa. Gimana?”
“Sip. Tantangan diterima, Bang. Ohya Bang, berarti seorang
blogger sudah otomatis adalah seorang penulis ya?”
“Iyaapp... bener banget. Jadi pengurus deh Sa di sini. Kami
butuh nih dengan orang-orang kayak Elysa.”
“Wahh… kalau untuk jadi pengurus kayaknya belum deh Bang.
Soalnya dari Panam ke sini kan lumayan juga jauhnya.”
“Kan Elysa nggak mesti setiap hari ke sini. Soalnya masih
sangat jarang banget blogger yang cewek di sini Sa. Yang ada malah udah pada
menikah, jadi banyak yang berpencar gituu.”
“Elysa pertimbangkan dulu ya Bang.”
***
“Ciyeeee… yang udah ketemu sama konco-konconyaaaa…” ledek
Rini dalam perjalanan meninggalkan jalan Sakinah.

sempat mau nyeritain visiku itu ke Bang Embun, tapi aku fikir-fikir lagi, rasanya terlalu dini untuk menceritakan kepadanya.”
“Arassooohhh.”
“Aku belum nemu titik temu antara sastra dan blogger Rin.
Itu PR besarku. Kalau udah nemu, wahhhh.. pengen banget aku ngusulin
konsentrasi ilmu di FLP; Sastra Blogger. Wehhh… keren banget kedengarannya.
Karena memang masih sangat sedikit Rin referensi sastra di internet tuu. Kalau
nyari contoh-contoh puisi, kebanyakan yang ke luar itu ya puisi-puisi anak-anak
SMA yang masih polos bingittts.”
“Beruntung kali lah tadi Abang itu ngebolehin aku juga make
wifi-idnya El, lancar banget loh sinyalnya. Aku aja sampai download-download
film tadi.”
“Film apa? Film 3 anak kecil yang sok imut dan nggak ngerti
kalau dunia ini kejam?”
“Iyaaa donk, apa lagi.”
Tujuan kami selanjutnya adalah SKA. Niatnya pengen langsung
makan di Solaria atau KFC, karena sejak tadi pagi memang belum sarapan dan
perut udah melilit banget. Eh, nggak tahunya uang di ATM Rini pun nggak bisa
ditarik karena offline ntah karena memang udah rusak kartunya. Hemmm… akhirnya
kami makan dengan sederhana di Ampera dekat pintu ke luar SKA. Rp 13.000 untuk
semua lauk. Aku pilih lauk gulai Ikan Salai dan Rini lauk Ikan Nila.
Alhamdulillah, uang yang pas-pasan ini bisa juga mencukupi makan siang kami.
Lebih puas dan lebih lengkap lagi daripada di resto rencana; udah ada sayurnya,
udah ada sambalnya, udah ada kuahnya. Hehee.
“Ke mana kita lagi El?”
“Nggak tahu. Ke dalam aja?”
“Yuklah!”
Aku langsung menuju ke mushola di lantai 2, sementara Rini
menunggu di tempat wifian. Tasku ku titipkan padanya. Ketika aku membuka pintu
janitor, selalu saja aroma busuk ini yang tercium. Padahal, janitor ini nggak
dipakai untuk buang air dan yang ada hana 1 kran air untuk berwudhu. Sampai
detik ini, aku nggak ngerti dari mana asalnya bau yang lebih mirip kayak kentut
orang. hiiiiisssss.
“Ke mana lagi kita?” tanyaku setelah selesai sholat.
“Gramed yuk?”
“Ayukkkk!”
Di gramedia, seperti biasa, kunjungan pertamaku adalah ke
rak buku motivasi dan selanjutnya ke rak buku fashion. Aku nemu inspirasi di
sana yang sejalan dengan rencana lamaku; Pakai kain gendong batik sebagai rok
sewaktu wisuda nanti. Aku nggak pengen rempong kayak teman-teman lain dalam
menyiapkan kostum wisuda. Justru aku ingin sehemat mungkin tapi secantik
mungkin. Karena, cantik itu kan nggak harus mahal, setuju?
“Rin, lihat ini!” aku menarik tangan Rini dan menunjukkan
buku tutorial kain batik tersebut. “Unik kan? Aku pengen pakai kain ini aja
nanti waktu wisuda. Soalnya Mami punya banyak kain kayak gini di rumah.
Biasanya kalau ada acara atau Mami melahirkan, baru dipakai tuh kain Rin.”
“Keren El. Cantik. Simpel.”
Kalau udah digramed, nggak ingat dengan waktu lagi. Aku
tahan berjam-jam di sini baca buku gratis. Hehee. Kalau kaki udah pegel-pegel,
baru deh berhenti.
“Rin, coba lagi deh kartu ATM-mu itu,” usulku ketika kami
hendak turun ke bawah dan melewati ATM BNI.
“Nih ya, ku coba. Biar El jadi saksi kalau emang uangnya
nggak bisa ditarik sejak tadi. Loh, loh? Kok bisa sih?”ujarnya, keheranan
ketika sejumlah uang ke luar dari dalam mesin ATMnya.
“Berarti tadi sedang offline tuh Rin.”
“Bisa jadi.”
Rini minta temani ke Hypermart untuk membeli stok camilan.
“Tuh, belik roti! Biar nggak uring-uringan kalau kelaperan
sebelum sarapan,” usulku.
“Iya nih, aku memang perlu beli roti.”
“Rin, Rini nggak perlu minder ya jalan di sampingku. Aku
tahu aku terkenal, tapi Rini nggak perlu minder gitu. justru Rini harus bersyukur,”
kataku. Ngga nyambung dengan keadaan.
“Iyuuuuhhhh,” kata Rini sambil berjalan mendahuluiku.
“Loh? Kok Rini minder gitu sih?”
“Bukan minder. Tapi, malu-maluin kalau jalan dengan El
tuuu.”
“Huahaahahaa.”
***
Kami sudah kembali lagi di kosan Risky pada pukul 15.15wib.
Pinggangku rasanya pegel banget nggak tahu kenapa. Rini aja sampai bilang…
“Tumben El kecepan kayak gini? Iya loh El, aku sampek heran.
Kan biasanya aku yang sedikit-sedikit ngeluh capek.”
“Yaaa…mungkin karena aku sudah mulai tua Rin. Nggak
se-energik dulu lagi,” jelasku, sok tua.
Nomor tak dikenal menelvonku…
“Hallo? Elaa?”
“Iya. Ini dengan siapa ya?”
“Ini Bapaknya Ma’ud, Laa.”
“Ohhh.. Apa kabar Kek?”
“Baik. Alhamdulillah. Gimana keluarga di sana La? Kena asap
ya?”
“Iyalah Kek. Udah berbulan-bulan nih. Tapi, Alhamdulillah
pagi ini udah agak mendinganlah asapnya, nggak terlalu tebal.”
“Syukurlah kalau begitu. Kami cuma bisa mendoakan dari jauh
ya Laaa. Semoga diberi kesabaran dan kesehatan dalam menghadapi semua ini.”
“Ammiiiin Kek. Makasih ya Kek. Mbah Putri mana Kek?”
“Ini Mbah Putri, Laa.
“Hallo Elaaa?” suara kakek sudah berubah dengan suara lembut
seorang wanita penyayang yang sangat dekat denganku.
“Nenek apa kabar?”
“Baik Laa. Ela bagiamana keadaannya? Maaf ya Laaa, baru
menghubungi sekarang.”
Ya Allah, kenapa bisa terfikir oleh nenek untuk meminta maaf
kepadaku? Harusnya aku. Nomor nenek sudah beberapa bulan ini hilang dari kontak
hpku makanya aku nggak bisa berkirim kabar kepadanya. Padahal, sempat beberapa
kali teringat untuk berkabar dengannya. Setiap kali kami ngobrol di HP, yang
tak pernah luput darinya adalah doa-doa dan nasehat sapu jagat untukku.
Demikian pun sore ini. Aku dibuatnya begitu sangat dekat dengan akhirat dan
singkatnya umur.
Terimakasih Nekkk…
“Rin, aku harus buru-buru pergi nih. Soalnya ini hari
pertama kelas menulis di FKIP dimulai. Daaa… assalamualaikum…”
“Waalaikumsalam. Hati-hati woy!”
“Yuhuuuu..”
***
Sesampainya di ruang belajar Fisika; F12, aku disambut oleh
Dea –PJ kelas menulis Al-Maidan, dengan hangat. Ternyata kelas sudah dibuka dan
sekarang tiba giliranku untuk berbicara. Karena ini adalah permulaan, maka ku
isi dengan perkenalan, eksplorasi niat menulis, beberapa jalur apresiasi karya
dan diakhiri dengan program One People One Blog. Minggu depan, tugas yang ku
berikan kepada mereka harus sudah terposting di dalam blog masing-masing.
“Jadi blog Kakak yang satu ini isinya adalah diary Kakak.
Nah, otomatis nih cerita hari ini akan Kakak tuliskan juga, termasuk tentang
kalian. Ciyeeeee..” ledekku kepada mereka. Yang terpenting bagiku adalah mereka
termotivasi untuk berdailydiary juga.
“Jangan anggap ini sebagai beban ya Dekkk, jalani saja
dengan senang hati. Insya Allah nanti hasilnya pun akan bermanfaat untuk kalian
semua. Jangan sampai karena merasa kesulitan, akhirnya MUNTABER; Mundur Tanpa
Berita.”
Sontak mereka semua tertawa mendengar singkatanku barusan.
Memang masih belum familiar sepertinya. Hahaha.
“Siap untuk ditagih minggu depan?”
“Siaaapp,” jawab mereka, serentak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar