Sabtu, 10 Oktober 2015

Muntaber; Mundur Tanpa Berita



“Dasar penipu! Katanya untuk sebulan. Nyatanya cuma sehari aja! huh!”
Pagi ini aku benar-benar kecewa dengan IM3. Di kartunya tertulis; Gratis 30menit nelvon ke semua operator, 35MB internetan, 30 SMS ke semua operator setiap harinya. Kalau memang berlakunya hanya 1 hari aja, bikin donk tanda bintang (*) dan tulis; Syarat dan ketentuan berlaku. Atau kalau memang harus beli pulsa dan daftar paketnya dulu, ya dibilang jugalah. Ini namanya PHP. Tapi, wajar aja sih PHP, wong harganya cuma Rp 5000, dapet apa coba dengan segitu? Hemmm… tetap aja yang terpenting itu adalah kejujuran. Bilang kalau itu hanya promo, bilang kalau itu ada syaratnya, bilang kalau itu harus ada pulsanya sekian-sekian atau harus daftar dulu.

El, jalan-jalan ke SKA yuk? Suntuk kali nih di kosan. Ajak Rini.
Aku memang berniat untuk pergi hari ini. Tapi, tujuan pertama dan utamaku adalah Rumah Blogger Pekanbaru di jalan Sakinah. Ku ajak dulu Rini ke sana baru deh ke SKA.
“Gimana rasanya sendirian di kamar ini Rin?” tanyaku kepada Rini ketika menjemputnya.
“Linglung kali aku, nggak tahu mau ngapain. Kesepian aku El.”
“Sihiiiyyyyy… baru kali ini dengar Rini merasa kesepian. Hihiii. Aku mau kali nginap di sini, tapi gimana soal parkir motornya Rin?”
“Itulah makanya semalam ku bilang, El nggak usah jadi ke sini aja. Soalnya aku nggak tahu juga di parkir di mana. Agak segan juga kalau nanya ke Ibu kosan, kecuali El ke sininya jalan kaki dan agak sorean, jadinya kan nggak mencolok kali.”
“Aku pun mikir gitu. Rini kan orang asing di kosan ini, si Risky sedang nggak di sini dan aku pula nginap di sini yang juga orang asing. Takut pula kalau dicurigai kita nantinya.”
“Itulah. Serba saja jadinya. Aku mau-mau aja lah kalau El nginap sini. Risky juga bilang;‘Ajaklah Elysa nginap di situ juga’.”
“Eh, tadi pagi Kak Dewi nanyain Rini. Mungkin karena aku bawa 2 helm ya. ‘Rini ke mana El?’ aku jawablah ‘Tempat temannya Kak’ Dah, gitu ku jawab.”
“Nggak El bilang doh; ‘Rini udah pindah Kak’?”
“Nggak usahlah ngapain pula dijelaskan gitu kali. Kan udah jelas, kalau Rini di tempat teman, itu pertanda kalau Rini udah ke luar dari kosan itu.”
“Takutnya kaannn… nanti aku disuruh bayar pula lagi karena belum dijelaskan kalau aku udah pergi.”
“Bilang sama aku kalau Kak Dewi gituin Rini! Biar aku yang jelasin!” tegasku.

***
Jalan Sakinah ternyata nggak semudah tampaknya dari google map. Ke seorang laki-laki sudah ku tanya tentang alamatnya, tapi nggak ada yang tahu. Apalagi waktu ku sebutkan Blogger Bertuah, semakin asinglah namanya. Huahhhh. Akhirnya, bermodal nekat, ku telusuri jalan Sakinah ini. Melewati tanjakan segala. Tapi, Alhamdulillah ternyata alamatnya persis setelah tanjakan yang menyeramkan tadi. Hohooo.
“Elysa ya?” tanya seorang laki-laki yang sedang menggendong anak kecil di depan Rumah Blogger ini.
“Iya. Ini dengan Abang siapa yaaa?”
“Sayalah Laksamana Embun, Elysa.”
“Ooohhh!”
“Saya kaget kali tadi, pas pertama buka FB langsung baca pesan Elysa yang udah berada di jalan Sakinah. Kok nggak bilang-bilang dulu sih? Untung aja saya ada di sini. Biasanya jam segini, masih kosong sih di sini, Sa.”
“Karena Elysa udah pengen kali ke sini, jadi ya Elysa berfikir nanti aja ngabarinnya kalau udah di dekat sini. Hhehehe.”
“Ngelihat dari google map ya Elysa?”
“Iya Bang.”
“Wah, berarti niat banget ya?”
“So pasti Bang.”

Bang Embun memintaku membuka blogku dengan wifi-idnya. Rini juga menggunakannya, jadilah dia autis di depan laptop sambil menungguiku yang sepertinya akan lama dan banyak tanya ini.
“Ada nggak sih Bang caranya dapat penghasilan dari blog selain dengan cara masang iklan?”
“Nggak ada.”
“Nggak ada?”
“Iya, nggak ada. Memang kita harus pasang iklan dan supaya blog kita ramai pengunjung, syarat pertamanya harus memposting artikel-artikel yang menarik, yang banyak dicari kata kuncinya di google planner.”
Aku langsung diajari bagaimana caranya menggunakan google planner sebagai pencari kata kunci dan perancang kata kunci sebelum memposting artikel. Sebenarnya, aku nggak terlalu buta soal ini karena selain aku mempelajarinya secara otodidak, pun sudah diajarkan sewaktu aku mengikuti pelatihan e-commerce beberapa bulan yang lalu.
“Gini deh, sebelum Abang menjelaskan tentang SEO, Abang mau Elysa bikin blog baru dan posting setidaknya 2 artikel menarik per hari. Minggu depan, temui Abang lagi dan Abang akan ajarkan SEO ke Elysa. Gimana?”
“Sip. Tantangan diterima, Bang. Ohya Bang, berarti seorang blogger sudah otomatis adalah seorang penulis ya?”
“Iyaapp... bener banget. Jadi pengurus deh Sa di sini. Kami butuh nih dengan orang-orang kayak Elysa.”
“Wahh… kalau untuk jadi pengurus kayaknya belum deh Bang. Soalnya dari Panam ke sini kan lumayan juga jauhnya.”
“Kan Elysa nggak mesti setiap hari ke sini. Soalnya masih sangat jarang banget blogger yang cewek di sini Sa. Yang ada malah udah pada menikah, jadi banyak yang berpencar gituu.”
“Elysa pertimbangkan dulu ya Bang.”

***
“Ciyeeee… yang udah ketemu sama konco-konconyaaaa…” ledek Rini dalam perjalanan meninggalkan jalan Sakinah.
“Belum sempurna sebagai konco sih Rin, karena belum klop dengan visi besarku. Tapi, yang jelas aku harus mengikuti aturan mainnya supaya aku tahu gimana-gimananya. Tadi, aku
sempat mau nyeritain visiku itu ke Bang Embun, tapi aku fikir-fikir lagi, rasanya terlalu dini untuk menceritakan kepadanya.”
“Arassooohhh.”
“Aku belum nemu titik temu antara sastra dan blogger Rin. Itu PR besarku. Kalau udah nemu, wahhhh.. pengen banget aku ngusulin konsentrasi ilmu di FLP; Sastra Blogger. Wehhh… keren banget kedengarannya. Karena memang masih sangat sedikit Rin referensi sastra di internet tuu. Kalau nyari contoh-contoh puisi, kebanyakan yang ke luar itu ya puisi-puisi anak-anak SMA yang masih polos bingittts.”
“Beruntung kali lah tadi Abang itu ngebolehin aku juga make wifi-idnya El, lancar banget loh sinyalnya. Aku aja sampai download-download film tadi.”
“Film apa? Film 3 anak kecil yang sok imut dan nggak ngerti kalau dunia ini kejam?”
“Iyaaa donk, apa lagi.”

Tujuan kami selanjutnya adalah SKA. Niatnya pengen langsung makan di Solaria atau KFC, karena sejak tadi pagi memang belum sarapan dan perut udah melilit banget. Eh, nggak tahunya uang di ATM Rini pun nggak bisa ditarik karena offline ntah karena memang udah rusak kartunya. Hemmm… akhirnya kami makan dengan sederhana di Ampera dekat pintu ke luar SKA. Rp 13.000 untuk semua lauk. Aku pilih lauk gulai Ikan Salai dan Rini lauk Ikan Nila. Alhamdulillah, uang yang pas-pasan ini bisa juga mencukupi makan siang kami. Lebih puas dan lebih lengkap lagi daripada di resto rencana; udah ada sayurnya, udah ada sambalnya, udah ada kuahnya. Hehee.
“Ke mana kita lagi El?”
“Nggak tahu. Ke dalam aja?”
“Yuklah!”
Aku langsung menuju ke mushola di lantai 2, sementara Rini menunggu di tempat wifian. Tasku ku titipkan padanya. Ketika aku membuka pintu janitor, selalu saja aroma busuk ini yang tercium. Padahal, janitor ini nggak dipakai untuk buang air dan yang ada hana 1 kran air untuk berwudhu. Sampai detik ini, aku nggak ngerti dari mana asalnya bau yang lebih mirip kayak kentut orang. hiiiiisssss.
“Ke mana lagi kita?” tanyaku setelah selesai sholat.
“Gramed yuk?”
“Ayukkkk!”

Di gramedia, seperti biasa, kunjungan pertamaku adalah ke rak buku motivasi dan selanjutnya ke rak buku fashion. Aku nemu inspirasi di sana yang sejalan dengan rencana lamaku; Pakai kain gendong batik sebagai rok sewaktu wisuda nanti. Aku nggak pengen rempong kayak teman-teman lain dalam menyiapkan kostum wisuda. Justru aku ingin sehemat mungkin tapi secantik mungkin. Karena, cantik itu kan nggak harus mahal, setuju?
“Rin, lihat ini!” aku menarik tangan Rini dan menunjukkan buku tutorial kain batik tersebut. “Unik kan? Aku pengen pakai kain ini aja nanti waktu wisuda. Soalnya Mami punya banyak kain kayak gini di rumah. Biasanya kalau ada acara atau Mami melahirkan, baru dipakai tuh kain Rin.”
“Keren El. Cantik. Simpel.”
Kalau udah digramed, nggak ingat dengan waktu lagi. Aku tahan berjam-jam di sini baca buku gratis. Hehee. Kalau kaki udah pegel-pegel, baru deh berhenti.
“Rin, coba lagi deh kartu ATM-mu itu,” usulku ketika kami hendak turun ke bawah dan melewati ATM BNI.

“Nih ya, ku coba. Biar El jadi saksi kalau emang uangnya nggak bisa ditarik sejak tadi. Loh, loh? Kok bisa sih?”ujarnya, keheranan ketika sejumlah uang ke luar dari dalam mesin ATMnya.
“Berarti tadi sedang offline tuh Rin.”
“Bisa jadi.”
Rini minta temani ke Hypermart untuk membeli stok camilan.
“Tuh, belik roti! Biar nggak uring-uringan kalau kelaperan sebelum sarapan,” usulku.
“Iya nih, aku memang perlu beli roti.”
“Rin, Rini nggak perlu minder ya jalan di sampingku. Aku tahu aku terkenal, tapi Rini nggak perlu minder gitu. justru Rini harus bersyukur,” kataku. Ngga nyambung dengan keadaan.
“Iyuuuuhhhh,” kata Rini sambil berjalan mendahuluiku.
“Loh? Kok Rini minder gitu sih?”
“Bukan minder. Tapi, malu-maluin kalau jalan dengan El tuuu.”
“Huahaahahaa.”

***
Kami sudah kembali lagi di kosan Risky pada pukul 15.15wib. Pinggangku rasanya pegel banget nggak tahu kenapa. Rini aja sampai bilang…
“Tumben El kecepan kayak gini? Iya loh El, aku sampek heran. Kan biasanya aku yang sedikit-sedikit ngeluh capek.”
“Yaaa…mungkin karena aku sudah mulai tua Rin. Nggak se-energik dulu lagi,” jelasku, sok tua.
Nomor tak dikenal menelvonku…
“Hallo? Elaa?”
“Iya. Ini dengan siapa ya?”
“Ini Bapaknya Ma’ud, Laa.”
“Ohhh.. Apa kabar Kek?”
“Baik. Alhamdulillah. Gimana keluarga di sana La? Kena asap ya?”
“Iyalah Kek. Udah berbulan-bulan nih. Tapi, Alhamdulillah pagi ini udah agak mendinganlah asapnya, nggak terlalu tebal.”
“Syukurlah kalau begitu. Kami cuma bisa mendoakan dari jauh ya Laaa. Semoga diberi kesabaran dan kesehatan dalam menghadapi semua ini.”
“Ammiiiin Kek. Makasih ya Kek. Mbah Putri mana Kek?”
“Ini Mbah Putri, Laa.

“Hallo Elaaa?” suara kakek sudah berubah dengan suara lembut seorang wanita penyayang yang sangat dekat denganku.
“Nenek apa kabar?”
“Baik Laa. Ela bagiamana keadaannya? Maaf ya Laaa, baru menghubungi sekarang.”
Ya Allah, kenapa bisa terfikir oleh nenek untuk meminta maaf kepadaku? Harusnya aku. Nomor nenek sudah beberapa bulan ini hilang dari kontak hpku makanya aku nggak bisa berkirim kabar kepadanya. Padahal, sempat beberapa kali teringat untuk berkabar dengannya. Setiap kali kami ngobrol di HP, yang tak pernah luput darinya adalah doa-doa dan nasehat sapu jagat untukku. Demikian pun sore ini. Aku dibuatnya begitu sangat dekat dengan akhirat dan singkatnya umur.
Terimakasih Nekkk…
“Rin, aku harus buru-buru pergi nih. Soalnya ini hari pertama kelas menulis di FKIP dimulai. Daaa… assalamualaikum…”
“Waalaikumsalam. Hati-hati woy!”
“Yuhuuuu..”

***
Sesampainya di ruang belajar Fisika; F12, aku disambut oleh Dea –PJ kelas menulis Al-Maidan, dengan hangat. Ternyata kelas sudah dibuka dan sekarang tiba giliranku untuk berbicara. Karena ini adalah permulaan, maka ku isi dengan perkenalan, eksplorasi niat menulis, beberapa jalur apresiasi karya dan diakhiri dengan program One People One Blog. Minggu depan, tugas yang ku berikan kepada mereka harus sudah terposting di dalam blog masing-masing.
“Jadi blog Kakak yang satu ini isinya adalah diary Kakak. Nah, otomatis nih cerita hari ini akan Kakak tuliskan juga, termasuk tentang kalian. Ciyeeeee..” ledekku kepada mereka. Yang terpenting bagiku adalah mereka termotivasi untuk berdailydiary juga.
“Jangan anggap ini sebagai beban ya Dekkk, jalani saja dengan senang hati. Insya Allah nanti hasilnya pun akan bermanfaat untuk kalian semua. Jangan sampai karena merasa kesulitan, akhirnya MUNTABER; Mundur Tanpa Berita.”
Sontak mereka semua tertawa mendengar singkatanku barusan. Memang masih belum familiar sepertinya. Hahaha.
“Siap untuk ditagih minggu depan?”
“Siaaapp,” jawab mereka, serentak.

Tidak ada komentar: