We are judging the book by its cover! We are!
Kadang, kita bisa berkata; “Jangan menilai orang dari
penampilannya saja!”
Tapi, plis, jujurlah pada diri kita sendiri, penampilan itu
adalah letak penilaian pertama kita, kan?
Jujur, tak mudah rasanya menilai seseorang dari berbagai
sisi apalagi ketika kita baru mengenalnya. Sebab, baru sedikit sekali yang kita
tahu dari dirinya. Kelak, ketika kita sudah semakin kenal, barulah kita akan
semakin tahu banyak hal tentangnya. Bijaknya, menurutku silahkan menilai orang
lain sesuai anggapan, tapi plis jangan jadikan anggapan itu sebagai penilaian
final. Sebab kita hanya sedikit saja tahu tentangnya. Seperti halnya aku yang
hari ini terpesona pada seseorang yang
luhur budinya.
*Terpesona – metamor(Prosa)
***
Pagi-pagi sekali Winda sudah berkemas dan segera berpamitan
untuk pulang. Ku kira, ia akan bekerja di sini sampai menjelang PPG bulan
Februari tahun depan. Tapi ternyata ia sudah mendapatkan panggilan kerja,
mengajar di MTs di kampungnya. Syukurlah, aku turut berbahagia. Setelah Winda
pulang, kami pun bergegas. Sebelum pukul 07.00wib aku dan Lia harus sudah tiba
di lokasi English Camp. Kecuali Titin, ia akan mengurus konsumsi dulu bersama
dek Nila.
“Hemmm..ternyata sudah pukul 07.35wib ya pemirsa,” gumamku. Yah,
meskipun sudah diupayakan tepat waktu, tapi nyatanya ngaret juga datangnya. Huahhh.
Dek Teguh sedang mempersiapkan Go Pro-nya, Kak Peni dan kak
Leni sedang mempersiapkan registrasi peserta dan beberapa panitia lainnya
membentangkan terpal biru diseluruh badan tenda. Sementara aku membantu dek
Sora mempersiapkan plakat untuk pembicara. Dia terlihat susah menggunting
kertas sertifikat yang kelebihan lebarnya. Dan ketika aku yang mengguntingnya,
hasilnya jauh lebih rapi tak berbekas.
“Iyalah, Kakak kan emang suka bikin-bikin kerajinan gitu
kan? Makanya kerjanya rapi. Nggak kayak Sora, hihii,” ia menertawakan hasil pekerjaannya.
Terdengar suara Yohanes, sebagai Menwa, mengambil alih
barisan. Aku dan yang lainnya bergegas ke luar tenda, pertanda opening ceremony akan segera dilangsungkan. Tepat
pukul 08.30wib English Camp secara resmi dibuka oleh bu Sofi dari Kantor Urusan
Internasional (KUI) UR. Bu Sofi menjelaskan betapa pentingnya berbahasa Inggris
di zaman ini dan pentingnya mengasah soft skill apalagi diusia muda. Acara diakhiri dengan photo session dan
menempelkan cita-cita dengan sticky notes di pohon impian. Pun panitia.
“Eh, itu si Ojik udah datang!”
Aku melihat dek Fauzi datang mendekat dan menyalami semua
panitia. Dia menggunakan kaos merah casual dan jaket abu-abu dengan menyandang
tas ransel.
“Hay, Kakak?” sapanya padaku.
Aku menyapanya dan mengajaknya ngobrol. Sudah lama tak bertemu dengannya tapi ia
masih seramah dulu padaku. Ternyata, ia memang diminta untuk datang di acara
pembukaan. Tapi sayangnya ia terlambat beberapa menit sehingga acara
pembukaannya telah selesai. Obrolan kami terus berlanjut sambil duduk santai di
dalam tenda. Sedangkan para peserta sedang bersemangat mendirikan tenda dengan
rekan-rekan setimnya.
“Kabarnya besok ke Jerman ya Dek? Keyen ah!”
“Oh itu, iya Kak. Jadi ceritanya kemarin kan Fauzi ikut
program ke Korea dan Alhamdulillah Fauzi jadi peserta terbaik di sana. Nah,
hadiahnya ada 2 dan ke Jerman ini adalah salah satunya. Insya Allah akan
berkunjung ke Wilo dan Munchen juga di sana nanti.”
Aku terperanga mendengarnya.
“Udah sejak kapan sih Dek seperti ini? Sampai bisa keliling
dunia kayak sekarang,” tanya Lia.
“Baru semenjak kuliah kok Kak. Ah, belum keliling dunia Kak,
baru beberapa Negara aja kok.”
“Tapi kan tinggal benua Afrika aja kan yang belum? Dah
mantaaap banget tu Dek! Apa sih tipsnya?”
“Yang penting 2 aja Kak yang selalu Fauzi pegang; Doa dan
Yakin. Berdoa di mana aja dan kapan aja tentunya. Dan yakin aja kalau udah
melakukan yang terbaik, insya Allah hasilnya juga baik. Fauzi juga nggak
nyangka bisa lulus ini itu dan semua programnya fully funded. Alhamdulillah
Kak, bersyukur kali Fauzi bisa dapat kesempatan kayak gini.”
Fauzi lalu menceritakan pengalamannya ketika ke India dan
cerita teman-temannya yang dipulangkan lagi karena urusan Visa, sementara
dirinya berhasil lolos memasuki India berkat keterampilannya bernegosiasi.
“By the way, Adek mau lanjut S2 ke mana nanti?”
“Belum tahu Kak, hehee.”
“Setelah tamat, rencananya mau ngapain Dek?”
“Fauzi ada niat mau buka usaha gitu Kak. Misalnya buat es
krim. Pengen banget berwirausaha Kak.”
“Wewwww! Lanjutkan Dek! Kakak dukung banget nih dengan anak
muda yang kayak Adek ni! Ada sebuah hadist yang semoga ini bisa mendukung niat
Adek.”
“Ah, apa tu Kak?”
“Hadisnya begini; ‘Berniagalah, sekalipun kamu sudah kaya’,
apalagi kalau kita belum kaya Dek? Nah, terus ada 1 lagi; ‘9 dari 10 pintu rezeki
itu adalah pintu dagang’.”
“Wah, 9 dari 10 ya Kak?”
“Iyaaa. Kami juga sedang merintis usaha nih Dek; Daur ulang
barang bekas.”
“Wah, itu lebih keren Kak! Nanti bisa diikutkan di program
YSEALI bagian lingkungannya Kak. Setidaknya ada 2 hal Kak yang harus kita
persiapkan dari sekarang untuk ikut-ikut program; Organisasi dan Kegiatan
sosial. Karena di setiap formulir yang Fauzi isi tu selalu saja ditanya
organisasi apa yang pernah kamu ikuti dan apa posisimu di sana? Lalu, apa
kontribusi yang pernah kamu berikan untuk masyarakat? 2 hal ini penting banget
Kak dan jadi modal banget untuk bisa lulus.”
“Yap, Kakak pun tahu ilmu itu semenjak Kakak ikut EZ Dek. Awalnya
Kakak heran, kenapa sih teman-teman ni pada sibuk bikin gerakan peduli banjir
Riau, kalau nggak salah waktu itu. Nah, ternyata ya sebagai bentuk kontribusi
sosial tadi ya. Oh ya, apa sih cita-cita Adek?”
“Jadi duta besar lah Kak. Sesuai background pendidikan kan.”
“Pengennya di Negara mana Dek?”
“Eropa Kak.”
“Aamin ya Allah. Doa terbaik buat Adek ya.”
Beruntung sekali duduk dengan orang berilmu seperti ini. Aku
bersyukur sekali.
“Adek mau ke mana lagi? Ada agenda lain atau mau nunggu di
sini sampai jam 1? Soalnya jadwal Adek nanti setelah Zuhur. Kakak yang jadi
moderatornya.”
“Oh, kebetulan kalau gitu. Fauzi mau pulang dulu ya Kak, mau
packing-packing buat besok soalnya. Nanti jam 1 insya Allah Fauzi kembali lagi
ke sini Kak.”
Ia permisi, meninggalkan kami berdua dan keterpanaan. Aku dan
Lia. Aku mendekati Lia dan kami mengupas
lagi tentang obrolan tadi.
“Padahal orang kayak Fauzi itu tinggal milih aja ya Cin mau
S2 di mana. Tapi nyatanya dia masih belum tahu mau lanjut ke mana. Dan yang
bikin aku salut itu ketika tahu dia mau buka usaha. Nggak ada gengsi-gengsinya
ya dia Cin. Salut banget!”
“Semoga Adek tu selalu dijaga Allah ya Cin.”
“Ammiin.”
Tenda peserta semuanya sudah didirikan. Sekarang masih pukul
11.00wib tapi karena nasi bungkus telah tiba, maka kami langsung makan. Makan siang kali ini, pembacaan doanya
dipimpin oleh seorang adek sholeh yang namanya Mukhlis. Aku langsung mengingat
namanya untuk dicalonkan sebagai the best participant nanti. Aku makan di
samping dek Nila. Ia menodongku untuk mengulas tentang cerpennya yang tadi
minta dikoreksikan olehku.
“..Intinya, narasi dalam cerpen itu harus fungsional Dek.
Ketika Adek menceritakan tentang suasana malam, harusnya ada esensi malam itu
di dalamnya. Bukan hanya menghadirkan suasana malam karena Adek pinter menarasikannya,
tapi ternyata nggak ada fungsinya dengan paragraph selanjutnya. Walaupun itu
kisah nyata, nggak mesti juga semua tokohnya dimasukin Dek. Kan masih boleh didramatisir. Terus,
perhatikan lagi tanda bacanya ya.”
“Huahhh…makasih banyak ya Kak Ciiin. Sebenarnya cerita itu
sedang Nila susun jadi novel loh Kak Ciiin. Tapi sejak Februari tahun kemarin,
sampai sekarang belum juga kelar. Huaaahhhh, stag di halaman 37 aja dan rasanya
udah selesai ceritanya sampai di situ. Masa novel cuma 37 kan Kak Cin? Hahaa.”

“Huahhhh…makasih banyak Kak Ciiiiin. Kak Cin memang luar
biasaaa!”
Usai makan siang, aku dan Lia ngobrol dengan dek Jo,
membahas tentang itikad baiknya membentuk tim BPJS Caring. Tersebab keprihatinannya
menyaksikan kesulitan administrasi yang dirasakan pasien. Jadi, ia berencana
mencari agen yang siap membantu para pasien untuk bisa segera dirawat ketika
tiba di rumah sakit, sehingga tidak perlu memusingkan administrasi atau
menunggu antrian.
“Aku selalu merasakan manisnya menolong orang sakit seperti
itu Kak. Luar biasa bangeeet nikmatnya! Dan aku percaya, banyak kemudahan yang
Tuhan berikan dalam hidup aku nanti sebagai balasannya. ” kata Dek Jo.
Anak muda itu seharusnya seperti ini; Solutif, kontributif
dan kreatif. Setuju?
***
“Cin, aku hanya berfikir, betapa kerennya ya orang yang
sering banget berkata; ‘Aku punya teman yang bisa ini, aku punya teman yang
bisa itu’, ya kan? Hanya modal berteman baik, maka seolah kita benar-benar
memilikinya sebagai asset. Terlepaslah dari mereka berteman baik atau sekedar
kenal, tapi yang jelas, orang yang punya banyak teman itu kereeen banget!”
kataku dalam perjalanan menuju kontrakan. Kami harus menjemput kipas angin,
sebab di tenda cukup panas hawanya.
“Setuju Cin! Itulah hikmahnya kenapa kita diminta untuk
memperluas silaturahmi.”
“Aku baru merumuskan sesuatu nih Cin! Kalau Titin itu
orangnya Mau Belajar sedangkan mu
itu orangnya Mau Berkenalan
,hemmm..kalau aku apaan ya?”
“Mu itu Mau Berbagi,
Cin,” sambung Lia dengan senyuman.
“Ihhh..makasih Cincaaa.”
Eitsss, tapi tunggu dulu! Kunci kontrakannya mana ya?
Alamaaakk! Ternyata ada di tas Titin dan kami lupa pula memintanya tadi.
Terpaksa, kami harus kembali lagi ke Camp. Hikss.
“Apa hikmahnya ya Cin kira-kira? Kita kok bisa lupa gini
sih?” kata Lia.
Dalam perjalanan, kami kembali merumuskan ide-ide gila. Lia
ingin menciptakan wadah informasi untuk adik-adik di kampungnya yang bingung
akan berkuliah di mana dan memilih jurusan apa.
“Kira-kira apa ya nama websitenya Cin?” tanya Lia.
“Emmm… apa ya? Gimana kalau Go Get
Gold? Mu kan sering tuh nyebut kalimat itu, kan?”
“Wahhh..iya ya Cin. Setujuuuuu! Tahu nggak Cin, kenapa Go
Get Gold? Kenapa nggak Go Get Diamond? Kenapa harus emas? Kenapa bukan mutiara
atau berlian?”
“Emmm…kenapa ya?”
“Karena kalau mutiara atau berlian itu hanya bisa dipakai
oleh kalangan tertentu. Sedangkan kalau Emas itu bisa dipakai oleh semua kalangan,”
jelas Lia.
“Dan… emas itu bisa diterima di semua unsur. Contohnya di
dalam perak, palladium atau yang lainnya, tetap saja ada kandungan emasnya
sekian persen. Ya kan?”
“Wahhh, bener banget Cin!”
Kami sudah tiba di kontrakan. Aku segera mendirikan sholat,
kemudian kami tidur siang melepas lelah. Terbangun ketika HP Lia berkali-kali
berdering. Ternyata Titin dan Kak Leni. Mereka meminta kami untuk cepat datang
sebab acara akan segera dimulai sedangkan aku menjadi moderatornya.
***
Kipas angin dinyalakan dan mulailah aku memandu acara. Lidahku
agak kaku sebab sudah sangat jarang menggunakannya berbahasa inggris. Hiksss.
Pembicara pertama adalah Miftahul Fauzi dan yang kedua adalah Ibna Hayati,
temanya adalah; ‘Empower your time, be productive!’. Fauzi menyampaikan dengan
full berbahasa inggris tentang tips menjadi produktif; Membuat schedule,
prioritas harian dan yang paling menarik adalah jangan habiskan banyak waktumu
untuk berulang kali mengecheck notification di medsos. Aku semakin terkesima
ketika HPnya berdering di dalam tasnya yang terletak di dekat dek Alen. Ketika
dek Alen mengkodenya tentang dering HPnya tersebut, dek Fauzi hanya
menggelengkan kepala, pertanda tak ingin memegang HPnya saat ini. Aku
benar-benar salut padanya!
“5 minutes left!” kataku, mengkode dek Fauzi.
Dek Fauzi mengangguk, pertanda faham. Selanjutnya dek Ibna,
menyampaikan tentang lawan kata sifat dari Productive. Ia menganjurkan jika
ingin menjadi produktif, maka harus terlebih dahulu menjauhi lawan katanya;
menunda-nunda, tidak tahu prioritas hidup, tidak bersyukur, suka menyepelekan
dan lainnya. Kalimat Ibna yang paling aku suka adalah; “…apa yang kita dapatkan
dalam hidup ini bukan semata-mata karena diri kita sendiri. Tapi karena Dia.
Dialah yang Maha Memiliki segalanya dan Maha berkehendak memberikan karunianya
kepada siapa saja. Siapalah kita tanpaNya?”
Dari salah satu slide, aku sangat suka dengan kutipan hadist
ini; Tidak akan menyesal orang yang
berisikharah, tidak akan rugi orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin
orang yang berhemat. Insya Allah, hingga hari ini, istikharahku masih terus
ku dirikan, dalam rangka menjemput jodoh, menjemput rezeki dan menjempu berkah.
Usai sesi tanya jawab, dek Fauzi menayangkan sebuah Video
motivasi tentang Mimpi Selembar Daun Maple. Mataku sampai berkaca-kaca
menyaksikannya. Ya Allah, sudah lama sekali ternyata aku tak menonton video
semacam ini. Seperti biasa, seiring butir air mata haru yang jatuh, aku berdoa
untuk semua impian-impianku semoga dipelukNya erat-erat dan suatu saat nanti
akan ku buat pula video jejak hidupku. Aamin. Hari ini, dek Fauzi dengan segala
cerita, materi dan videonya telah membuka mataku tentang siapa diri ini dan bagaimana
seharusnya.
“Pray for my flight tomorrow ya guys!” kata Fauzi ketika
berfoto bersama para peserta English Camp.
“Dek Fauzi itu waktu KPN, larinya paling kenceng loh Cin dan
berenangnya juga, meskipun nggak menjadi yang terbaik, tapi aku akui dia sangat
totalitas dalam seleksi itu. Dia berimbang banget ya; Hardskil, softskill dan
olahraga.” Kataku kepada Lia.
“Luar biasa Ciiin! Tolong ingatkan aku terus ya Cin, supaya
aku nggak lalai.”
Seluruh peserta dipersilahkan untuk sholat Ashar dan bersiap-siap
untuk agenda selanjutnya; Mission Posible. Aku, dek Nila dan Holmes menjaga pos
5 di Kawah Biru. Ada 5 pos dalam misi ini dan masing-masing kelompok harus
menyelesaikan misi di setiap pos. Sambil menunggu peserta tiba di pos 5, kami
bercerita ngalor ngidul sambil memandang kawah biru. Tercetuslah ide dariku dan
Holmes, semoga UR kelak menjadi Tourism Campus mengingat lansekap alamnya
sangat mendukung dan kawah biru adalah salah satu eye chatchingnya. Beberapa minggu
ini sudah menjadi tranding topic di dunia maya dan dunia nyata.
“Bang, Nila mau nanya nih, tapi agak ekstrim sih ini! hehe.
Abang mau nggak dengan cewek yang beda keyakinan dengan abang?”
“Ya kalau memang Abang suka ya nggak masalah.”
“Kalau kami sebagai perempuan, nggak mau Bang. Karena
kecenderungannya kami pengen yang yang se-keyakinan. Dalam islam juga nggak
diperbolehkan kalau laki-lakinya bukan seorang muslim Bang. Tapi kalau
perempuannya yang non muslim, diperbolehkan. Ada ayatnya kan Kak Cin?”
Aku mengangguk.
“Ya kan bisa dibicarakan tu, apakah Abang yang mengikuti dia
atau dia yang mengikuti Abang atau di dalam 1 rumah ada 2 keyakinan. Soalnya,
agama itu kan tergantung keyakinan masing-masing orang kan Dek,” jawab Holmes.
Aku hanya tersenyum saja bersama jawaban yang sudah ku
pegang teguh di dalam hati. Obrolan pun berpindah ke topik lain hingga terlihat
oleh kami kedatangan para peserta. Kelompok yang tiba pertama adalah kelompok
2. Awalnya kami takjub, tapi setelah tahu bahwa mereka tidak hadir di posko 2
dan 3, kami sedikit menyayangkan.
“This games is called; ‘Things to do’. You may use this
stuff’s to make anything you want. Please use all this thing and make ke
craziest as possible.”
Kami memberikan 2 buah botoh, beberapa lembar kertas,
daun-daun kering dan spidol warna kepada mereka. Lalu kami beralih kepada
kelompok lain dan meminta mereka menyebutkan nama kami satu per satu terlebih
dulu. Alhamdulillah, mereka mengenalku meskipun agak lupa-lupa sedikit. Hehe. Setelah
semua kelompok diberikan benda-benda yang harus mereka kreasikan, mereka
diminta untuk mempostnya ke Instagram dengan mentag akun kami bertiga dan
hastag EnglishCamp2016 lalu mensharenya ke Facebook dengan mention KUI UR. Lumayan
, nambah follower, ciiin! Hehe.
Maghrib hampir tiba. Para peserta diminta untuk mandi dan
sholat maghrib. Aku dan Dek Nila bergegas pulang. Dek Nila rewel, ia pernah
membaca hadist yang mengatakan bahwa jika telah terlihat bintang, maka sholat
maghribnya tidak sah lagi sebab waktunya sangat singkat. Kami harus mandi dan
sholat dalam gelapnya kontrakan sebab pulsa tokennya sudah habis dan belum
sempat mengisinya.
“Lia ngilang ntah ke mana loh Mamakeee, Tin ditinggalkannya
sendirian di sana sebagai cewek!” Titin ngomel-ngomel ketika baru tiba di
kontrakan. Untung dek Nila nggak ikutan panik mendengar keluhan Titin. Selanjutnya
Titin gelisah tentang token yang belum sempat dibeli dan rumah yang berantakan
hari ini. Belum lagi ditambah dengan parnonya yang kambuh, huahhhh! Setelah sholat
Isya, kami berboncengan bertiga ke kampus karena ternyata tadi Titin minta
diantar oleh Menwa.
“Berjasa banget loh motormu ini Ciiin!” kata Titin. “Sejak
KKN loh Dek kemarin kami pakai motor ini dan belum lagi jasanya Kakak pakai
waktu cari-cari kerja.”
Malam ini adalah acara Group performance dan bakar api
unggun. Sebelum dimulai, Kak Leni menyampaikan nasehat bak kalimat resonansi. Nggak
nyangka kak Leni bisa se-indah ini kata-katanya. Nyesal banget, kenapa nggak ku
rekam aja ya? Meminta kak Leni mengulangnya sudah pasti tidak mungkin, sebab ia
pun dengan metode impromptu (serta merta). Setelah api unggun menyala,
penampilan yel-yel dan bakat dari masing-masing kelompok pun dimulai!
“Ah, indahnya memandang langit seperti ini,” aku merebahkan
tubuh di belakang Titin, memandang langit. Sejenak beralih dari euphoria camp.
Lagi-lagi khayalanku teraktivasi; Semoga jodohku kelak adalah seseorang yang juga mencintai langit malam sepertiku aamiin.
Usai pensi dan berbagai aksi gila-gilaan, saatnya pop mie
party. Aku dan panitia lainnya duduk merumput. Sambil menikmati pop mie,
lagi-lagi aku memandang langit dan mendengarkan lagu-lagu dari speaker.
“…Kalau ibu udah merestui, hemmm… beruntunglah hidup kita!
Lancarlah semua urusan kita. Aku percaya itu!”
Ntah bagaimana mulanya, dek Joshua akhirnya berkata seperti
itu. Mendadak, aku jadi kangeeeeen banget sama mami. Segera ku keluarkan HPku
yang ternyata sudah lowbat, dan segera ku ketik sebuah pesan untuk mami;
Mamiku tersayang…sambil memandang langit malam ini, El ingin
bilang; “Restui pilihan El ya. Jodoh, karir dan pertemanan El.”
Loving u as always.
Pesanku tak dibalas, barangkali mami sudah tidur. Setelah
makan pop mie, tak lama kemudian aku dan panitia cewek bersiap untuk tidur. Aku
tidur di sebelah kak Leni dan di dekat Titin yang ntah apa alasannya justru
memilih nonton Mohabbatein. Sudah ku ajak tidur, tapi ia tak bergeming. Ah sudahlah!
Ketika mataku hampir terpejam, ku dengar suara anak Menwa
melaporkan tentang 3 orang laki-laki yang datang dan mendirikan tenda untuk
ikut bercamping di sini. Kak Leni ke luar dan menegaskan kepada mereka bahwa
mereka tidak bisa sesuka hati bergabung di camp ini. Mereka pun akhirnya pergi.
Setelah itu, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Dan mulai tertidur hingga suara
azan Subuh membangunkanku.
1 komentar:
Mantap kak Elysa
Tp ada satu yang tertinggal kak, cerita pas tidur kok gak ada?
Kan ada cerita lucu yg buat tertawa kita terbahak bahak...
Posting Komentar