MENULIS adalah AKU; caraku beristirahat, caraku memaafkan, caraku mencintai dan caraku hidup abadi.
Senin, 31 Agustus 2015
Minggu, 30 Agustus 2015
Gank Gos dan Gank Dus
Hati selalu menyimpan berjuta misteri. Ada yang terungkap
ada pula yang mengendap. Ada yang berusaha mengungkap dan ada yang sengaja
diendap. Pilihannya tergantung kepada pemiliknya. Aku adalah satu dari berjuta
di antara mereka yang sering salah memahami hati. Lebih sering keliru daripada
benarnya. Bahkan, ada yang mengatakan ‘Jangan coba mengukur dalamnya hati.
Karena itu akan melelahkan.’ Aku setuju.
Tapi sebagai manusia biasa, tak ada salahnya mencoba menerka-nerka.
Kekeliruan pun bukan sebuah kesalahan, karena dari sana kita dituntun untuk
kembali mengingat bahwa hanya Dialah satu-satunya yang PASTI.
Aku baru saja mengecewakan hati seseorang. Ia menganggapku
menyembunyikan sesuatu darinya. Padahal tidak. Tidak menceritakan bukan berarti
menyembunyikan, bukan? Mungkin, ia menilaiku akan selalu memberitahu semua hal
kepadanya, tapi nyatanya dia salah. Hemm… sebenarnya, aku sudah menceritakannya
di sini, tapi mungkin tak terbaca olehnya. Secara langsung, aku memang belum
bercerita kepadanya. Selain karena terkendala jarak dan waktu, juga terkendala
oleh ketidakpastian; Yang akan ku ceritakan belum tentu benar terwujud. Itu
saja poinnya.
Aku yakin, dia tidak akan lama marah kepadaku. “I promise
for never left u.” Semoga ia akan selalu mengingat ini. aamiin.
Sabtu, 29 Agustus 2015
Selamat Ulang Tahun Robiana
Selamat bertambah umur wahai saudariiii...
Tak tampak wujud, bukan berarti tiada doa
Aku mendoakanmu dari kejauhan
Bersama jarak yang mungkin tak tereja
Tersekat tembok yang berjuta bilang
Tapi dari sini, doa akan tetap sampai
Semoga usiamu berkah
Bertambah sholelah
Berteguh ibadah
Berkuat semangat
Bertekun belajar
Salam dariku yang tetap sahabatmu ^_^
Tuesday, 1 September 2015
Tak tampak wujud, bukan berarti tiada doa
Aku mendoakanmu dari kejauhan
Bersama jarak yang mungkin tak tereja
Tersekat tembok yang berjuta bilang
Semoga usiamu berkah
Bertambah sholelah
Berteguh ibadah
Berkuat semangat
Bertekun belajar
Salam dariku yang tetap sahabatmu ^_^
Tuesday, 1 September 2015
Sebenar-benar Datang adalah Pergi
Hari-hari seperti ini. Selalu terasa itu-itu saja. Hingga saat
Tuhan berkata; “Waktumu sudah habis di tempat ini” barulah kita sadar bahwa
kita sudah cukup lama. Itulah yang ku rasakan pagi ini. Ketika subuh masih
tertinggal aromanya di menit ini, menemani setiap senti yang terlalui. Aku akan
mengantarkan Rini ke rumah Verika untuk dirias. Dia akan yudisium hari ini. Tak
terasa, waktu benar-benar akan nyata memisahkan.
Saat kita berpisah,
kau pegang erat tangaku
Perlahan kau lepaskan
pegangan tanganku
Aku lihat kau menangis…
Lambaian tanganmu
masih ku ingat selalu
Itu yang terakhir ku
melihat dirimu…
Lagu perpisahan dari IKLIM ku senandungkan dengan syahdu.
Mewakili rasa yang kini ku rasa.
Jumat, 28 Agustus 2015
Biarkan Aku Kosong
Jika dia tak sesetiamu mendengarku,
Jika dia tak sepandaimu memaafkanku,
Jika dia tak seberpuramu memaklumiku,
Jika dia tak sesebentarmu memarahiku,
Jika dia tak sesabarmu menasehatiku,
Jika dia tak seseringmu mengomeliku,
Tolong!
Jangan menawarkannya kepadaku
Kehilanganmu saja sudah cukup mengosongkanku
Dan aku ingin kosong!
Jika dia tak sepandaimu memaafkanku,
Jika dia tak seberpuramu memaklumiku,
Jika dia tak sesebentarmu memarahiku,
Jika dia tak sesabarmu menasehatiku,
Jika dia tak seseringmu mengomeliku,
Tolong!
Jangan menawarkannya kepadaku
Kehilanganmu saja sudah cukup mengosongkanku
Dan aku ingin kosong!
September dan kekosongan, 2015
"Tenang Rin. Percaya sama aku!"
Batman, udah siap
urusanmu?
Belum. Setengah jam
lagi baru kelar nii. El
daftarlah ujian ke kampus dulu..
Belum jadi. Kata
Batman lainnya, prodi tutup.
Ooohh.. udah punya
batman lain ya sekarang? Setengah jam
lagi yee. Mandi cantiklah dulu..
Eh, kok tahu kalau
eke belum mandiii?
Setelah semua urusan selesai,
Rini pulang lagi ke kosan untuk jemur pakaiannya. Dia mendapatiku sedang tekun
menonton film 200 Pounds Beauty. Rini
berkomentar gini; “Hemm… cocok tuh filmnya buat El. Itu kan tentang
per-DIET-an.” Tahu aja dia apa alasanku nonton. Hihii. Tapi sayangnya difilm
itu caranya adalah dengan operasi plastik. Aku kan ngarepnya dijelasin gimana
caranya diet alami yang aman tapi cepet. Hehehe. Tapi, kalau kayak gitu sih
nggak sesuai jalan cerita akhirnya ya. Kalau kata Rini; 'Kalau El jadi sutradara, langsung tamat ceritanya El buat."
"Udah selesai semua urusan?"
"Udah. Besok tinggal datang cantik aja. Huhhuu... bentar lagi kita berpisaaah. hikss."
"Rin, Pliss!" cegahku segera. "Sekalipun besok kita berpisah, tolong jangan ucapkan kata-kata perpisahan hari ini. Biarlah semua terjadi secara alami."
"Huhuu..iyaa."
*Alami nangisnya maksudku. hihii.
"Udah selesai semua urusan?"
"Udah. Besok tinggal datang cantik aja. Huhhuu... bentar lagi kita berpisaaah. hikss."
"Rin, Pliss!" cegahku segera. "Sekalipun besok kita berpisah, tolong jangan ucapkan kata-kata perpisahan hari ini. Biarlah semua terjadi secara alami."
"Huhuu..iyaa."
*Alami nangisnya maksudku. hihii.
Kamis, 27 Agustus 2015
Pembalap (Pemuda Berbadan Gelap)

“El, El, sahurrr! Kita makan pakai sambal tempe aja, soalnya
kompornya udah habis minyaknya rupanya. Nggak bisa goreng telur.”
Aku menyipitkan mata, melihat sekitar. Aroma kompor sudah
tercium tapi Rini bilang nggak jadi masak. Aku beranjak dari tempat tidur dan
mendapati banyak batang korek di lantai. Hemmm…ternyata ini adalah jejak upaya
Rini untuk menghidupkan kompor. Great.
Meskipun ku lihat sudah pukul 4.30wib, tapi tak ada salahnya
ku sempatkan menunaikan 2 rakaat sebelum sahur.
“Rin, hidup ini kadang memang aneh. Selain ada orang yang
tiba-tiba menghilang dari hidup kita, ada juga yang tiba-tiba datang dalam
hidup kita. Iya kan?”
Rini memanggut cepat.
“Semalam Bang **o tiba-tiba nelvon aku Rin. Ingat kan siapa
dia?”
Rini berfikir sejenak dan mengangguk ragu. Ah, tak masalah
lah. Dia memang seperti itu; tak terlalu ingat kalau belum pernah melihat
secara langsung.
“Beberapa hari sebelumnya, dia tu pernah inbox aku di FB
gini; Elis, mana nomor HP Elis?. Nggak
ada basa-basi, persis banget kayak sedang neror aku. Hahha. Ya, semalam itu dia
nanya kabar, udah sampek mana proses SKRIPSIku. Aku sempat terpancing juga sih
untuk cerita gimana ribetnya ngajuin judul kemarin. Anehanya Rin, aku merasa
dia itu kok bedaaaaa banget ya sekarang. Kok ngomongnya nggak ngotot lagi,
rendah hati banget, ngalah, tempo ngomongnya lebih lambat. Ini pencitraan atau
dia sedang kesambet apaa gitu? hehehe. Tapi ya, semoga itu memang dia. Dan
semoga dia lebih baik.”
Rini mendengarkanku sambil terus menyuap nasi ke dalam
mulutnya. Nasinya hampir habis, sedangkan aku baru beberapa suapan.
Kalau bukan Bersamamu
Kalau kau meladeniku, mungkin kita akan bertengkar besar
Ketika marahku ntah karena apa
Semuanya jadi serba dinilai salah
Sampai mengaburkan defenisi diri
Mendadak merasa asing sendiri
Maka, aku ingin berterimakasih atas pemaklumanmu
Kalau bukan bersamamu, mungkin kita akan bertengkar besar
Ketika marahku ntah karena apa
Semuanya jadi serba dinilai salah
Sampai mengaburkan defenisi diri
Mendadak merasa asing sendiri
Maka, aku ingin berterimakasih atas pemaklumanmu
Kalau bukan bersamamu, mungkin kita akan bertengkar besar
September bersama sosok pemaaf, 2015
Rabu, 26 Agustus 2015
Milik kita adalah milik-Nya yang Memiliki kita
Malam semakin pekat. Segala cerita hari menjadi lebih lekat. Hening telah menawarkan lelap yang dekat. Tapi, masih ada yang kekeh menangkis penat, memaksa sempat. Adalah Elunar yang membatu di depan coretan hikmat. Ia sedang fokus menuliskan hatinya yang pernah tersesat. Tak Sesaat.
Dear
Diary...
Hari
ini adalah hari itu. Aku bahagia bisa bertemu lagi dengannya setelah setahun tanpa temu. Tak terduga sebelumnya, ada 1 kenangan yang kembali tercuat di sela-sela canda. Tentang
betapa keras kepalanya aku dan tentang betapa gigihnya ia melunakkanku.
Tadi, aku
begitu mahir berpura. Seolah segalanya biasa saja. Meski sebenarnya rasa yang
berbeda itu tetap ada. Dan nyata. Jangan tanya kenapa, karena aku adalah wanita; betah berlama-lama dalam menikmati rahasia rasanya. Bahkan, ia bisa mengubahnya menjadi semangat yang tak terdeteksi asalnya, tak terprediksi nilainya. Itulah aku.
Kepadamu
yang disaksikan malam, aku selalu jujur menuliskan segala. Kali ini pun aku
akan jujur; Kecerobohanku di masa lalu untuk berinvestasi pada
bisnis bodoh itu memang benar kesalahanku. Tapi, aku tak menduga akhirnya ia ikut campur untuk meluruskan keputusan cacatku itu. Tebak apa yang
mendadak berdesir di hatiku sana? 'Aku akan bertahan dalam kesalahan ini karenanya'.
Dear
diary...
Kamu faham apa maksudnya? Aku bahagia karena kesalahanku itu. Bahkan aku ingin
berlama-lama salah. Tahu kenapa? Karena dengan bersalah, ia akan terus membenarkanku.
Bukan bisnis bodoh itu lagi fokusku, tapi bagaimana memperlamanya mengkhawatirkanku. Kalau aku boleh lebih jujur, aku ingin lebih lama
di saat-saat seperti ini.
Hahhaa... Memang Konyol sekali rasanya.
Melalui
torehan ini aku hanya ingin berjujur tentang hatiku. Yap, tentunya engkau saksinya.
Aku memilihmu karena bisumu. Jika kau pun bisa bicara sepertiku, aku tak akan mempercayaimu. Teruslah menjadi tempatku yang paling rahasia, izinkanlah tulisan ini tetap milik kita. Walaupun milik kita adalah
milik-Nya yang memiliki kita.
Tentang
dia?
Biarlah
Dia yang memeluknya.
Inspirasi: in The Middle of Donat for Diet
Mata Rini sudah tertutup dan mungkin sudah tinggal 1% lagi kesadarannya.
"Rin!"
Rini membuka mata.
"Ada lagi nggak inspirasi untuk hari ini? Nanggung nih, 1 postingan lagi genap jadi 1000."
Mata Rini kriyap-kriyep (baca: berkedip-kedip), seolah sedang berfikir.
"Haaa... tentang enaknya makan donat."
"Apaan itu? Mana inspirasinya?"
Rini terdiam lagi. Matanya kriyap-kriyep lagi.
"Haaa... yang tadi El ceritain itu loh; Kalau mau diet, makan aja tengahnya donat."
Tawaku langsung berderai. Nggak nyangka lawakan itu yang diingat oleh Rini. Saking nggak tertahannya, suara tawaku udah mirip orang nangis sekaligus mirip suara Suzana. hihii.
"Makasih ya Bung. Anda luar biasa. Berkat anda, postingan saya sudah genap 100 hari ini."
"Merdeka Bung!" balas Rini.
Aku mengulurkan tangan kepada Rini. Rini menyambutnya dengan kening berkerut. Selanjutnya, dia kembali menutup mata. *Dasar Koala !
*Edisi Rabu, 26 Agustus 2015
"Rin!"
Rini membuka mata.
"Ada lagi nggak inspirasi untuk hari ini? Nanggung nih, 1 postingan lagi genap jadi 1000."
Mata Rini kriyap-kriyep (baca: berkedip-kedip), seolah sedang berfikir.
"Haaa... tentang enaknya makan donat."
"Apaan itu? Mana inspirasinya?"
Rini terdiam lagi. Matanya kriyap-kriyep lagi.
"Haaa... yang tadi El ceritain itu loh; Kalau mau diet, makan aja tengahnya donat."
Tawaku langsung berderai. Nggak nyangka lawakan itu yang diingat oleh Rini. Saking nggak tertahannya, suara tawaku udah mirip orang nangis sekaligus mirip suara Suzana. hihii.
"Makasih ya Bung. Anda luar biasa. Berkat anda, postingan saya sudah genap 100 hari ini."
"Merdeka Bung!" balas Rini.
Aku mengulurkan tangan kepada Rini. Rini menyambutnya dengan kening berkerut. Selanjutnya, dia kembali menutup mata. *Dasar Koala !
*Edisi Rabu, 26 Agustus 2015
Inspirasi: Cewek Dalam Menyimpan Perasaan
"Begtulah cewek Riiin....selalu pandai menyimpang perasaan. Beda dengan cowok; Gimana caranya mengungkapkan perasaannya, gimana caranya si cewek tahu, gimana perasaannya berbalas. Kalau cewek mah nggak kayak gitu. Cewek itu lebih nyaman menikmati perasaannya, meskipun yang dicintainya nggak tahu tentang hal itu."
1000 Posted, Exactly!
“El, lapeeer.”
“Udah gilak nya?! Masih subuh loh Rin. Sholat Subuh pun
belum kita.”
“Iya, tahu. Tapi aku laper bangeet.”
“Allahuakbar,” aku memulai takbir rakaat pertama. Rini
mengikuti.
Usai sholat dan mengaji, Rini langsung nyariin roti buat
ngisi perutnya. Huahhh…segitu kelaparannya dia ternyata pemirsaaa.
“Ntar biar aku masak ya. Tapi, nggak sekarang.”
“Yaahhh.. laperr Elll.”
“Masih pagi buta loh Rin. Aku mau ngetik duyuuu.”
Pukul 7.35wib, giliran Rini yang siap-siap mau ke kampus,
aku baru mau mulai masak. Rini yang nyuci piring sementara aku ngirisin apa
yang bisa diirisin. *Loh? Hehe.
“El, Labu Siam itu bergetah loh! Nggak dicuci dulu?”
“Nggak usah. Ntar sekalian aja dicuci semuanya. Habis waktuku
ntar. Hehe.”
“Selalapnya!”
Setelah Rini selesai mencuci piring, berkomentarlah dia
tentang hasil irisanku.
“El ni memang praktis betullah. Itu wortel nggak El kupasin
kulitnya?”
“Nggak, hehe. Biar praktis Rin. Hemat waktu dan hemat
tenaga. Udah ah, jangan protes. Nikmati saja hasilnya nanti.”
Selasa, 25 Agustus 2015
Ada Silaturahmi, Jodoh dan Peradaban
Pukul 09.43wib. aku sedang duduk di pelataran FEKON, sendirian. Dek
Teguh pasti tahu tempat ini, karena di sini kami pernah berjuang bersama sambil
menikmati reruntuhan buah Matoa. Eh, sebenarnya sih nggak runtuh begitu aja matoanya
tapi ada orang lain yang manjat dan kami rampok hasilnya. Ehheh. Detik ini, aku
benar-benar merasa seperti penulis sungguhan; Mengetik lancar, tanpa melihat
konsep. Cukup menuliskan apa yang dirasa dan apa yang terfikir. Semoga. Segera.
Aamiin.
Aku berniat melegalisir sertifikat kak Dila, hasil seleksi
tenaga Akuntan kemarin. Eh, tapi kejadiannya nggak jauh beda; Kantornya kosong
melompong dan ketika ku tanya ke staf di sebelahnya selalu dijawab ‘Sebentar
lagi datang tuh orangnya.’ That’s why, I am waiting here by writing. Menulis
benar-benar membuat hidupku lebih hidup. Menulis juga mengajariku apa yang
harus ku lakukan untuk mengisi masa menunggu. Menunggu apa pun itu. Sebab,
semua kita sejatinya sedang menunggu dan nilai mereka ditentukan oleh bagaimana cara mereka menunggu
Aku pernah baca bahwa membiasakan diri menulis setiap hari
minimal 15 menit, bisa meningkatkan daya ingat, meminimalisir stress dan
membuat awet muda. Apalagi kalau nulisnya pakai pena atau pensil secara manual.
Pokoknya keep writing for everlasting yaa pemirsaa..
Inspirasi: Menjadi Ramah-ers
“Duluan yah semuanyaa.. Assalamualaikum..”
Sebelum Lia beranjak, dia sempat menyalami Riski dengan
ramah. Hal yang satu ini yang selalu diam-diam ku pelajari dan ku curi dari
para RAMAHers. Ada beberapa orang yang ku jadikan referensi dalam hidupku
sebagai RAMAHers. Semoga mereka selalu menjadi RAMAHers yang diridhoi Allah.
Aamiin.
Cobalah Saling Percaya
Baiklah, ku berikhlas hati mempercayaimu
Kau bukan orang lain bagiku
Aku percaya bahwa ini akan tetap benar
Tapi, bolehkan ku ajukan sebuah syarat?
Aku ingin bertemu pula dengan seseorang yang dekat
Tak perlu mencurigaiku karena ini bukan apa-apa
Aku hanya takut kikuk di hadapan kalian
Dan kau kaku di depannya
Seseorang yang ku pinta ini adalah pencair
Sebab, aku benci kembali ke masa-masa itu
Ketika aku terbodohi keadaan atas cinta yang ternyata saling
Aku benci menjadi saksi debar-debar yang malu-malu bersembunyi
Tolong, kabulkan permintaanku ini!
Kau tak perlu mencurigaiku
Karena aku bisa lebih mencurigaimu
Percayalah kepadaku
Seperti percayaku kepadamu
Kita sama; sama-sama sedang saling curiga
Dan, tolong sama-sama juga mencoba percaya
Kau bukan orang lain bagiku
Aku percaya bahwa ini akan tetap benar
Tapi, bolehkan ku ajukan sebuah syarat?
Aku ingin bertemu pula dengan seseorang yang dekat
Tak perlu mencurigaiku karena ini bukan apa-apa
Aku hanya takut kikuk di hadapan kalian
Dan kau kaku di depannya
Seseorang yang ku pinta ini adalah pencair
Sebab, aku benci kembali ke masa-masa itu
Ketika aku terbodohi keadaan atas cinta yang ternyata saling
Tolong, kabulkan permintaanku ini!
Kau tak perlu mencurigaiku
Karena aku bisa lebih mencurigaimu
Percayalah kepadaku
Seperti percayaku kepadamu
Kita sama; sama-sama sedang saling curiga
Dan, tolong sama-sama juga mencoba percaya
Agustus Berselubung Rindu, 2015
Senin, 24 Agustus 2015
Nasehat: Anak-anak Sholeha
2 orang anak kecil berlari memasuki masjid. Aku heran.
“Hey, kalian ini darimana?”
“Kami dari rumah Kak.”
“Baru pulang sekolah?”
“Nggak Kak. Udah tadi sekolahnya. Nanti malam kami mau les
lagi.”
“Loh, kok bawa-bawa tas nih?”
“Iya, untuk bawa ini Kak,” ia menunjuk sajadah.
“Oh, ini sajadah kalian ya? Weeww, pinter sekali bawa-bawa
sajadah ke mushola.”
“Kami sholat terus Kak, karena sejak kecil kami diajarkan
unutk rajin sholat supaya kami dapat pahala dan bisa masuk syurga. Kata Mama;
‘Fita, fita harus rajin sholat ya Nak sejak kecil. Supaya bisa doakan Mama dan
Bapak sampai nanti Mama udah meninggal. Doakan supaya kita semua bisa masuk
syurga bersama ya’ gitu kata Mama Kak. Kami ke sininya pakai sepeda.”
Bibir mungil itu berceloteh dengan renyah dan polosnya.
Setiap kata-kata yang teruntai membuatku bertasbih berkali-kali di dalam hati. Allahuakbar! Maha Besar Engkau yang telah
menciptakan anak-anak yangsoleha seperti mereka ini ya Allah.
Maaf, Aku Mencurigaimu
Tentang rasamu yang ku pertanyakan tentangnya
Ini bukan tentang hatimu bisa dijaga atau tidak
Tapi tentang hatinya yang masih terjaga atau tidak
Tolong, jangan percaya begitu saja
Laki-laki memang suka menganalogikan pertentangan
Mungkin ingin mengecoh
Menutupi perasaannya yang benar adanya
Aku hanya tak ingin kehilangan dengan cara yang sama
Karena cinta dan cita tak halal yang tersemat
Aku mohon, kembalilah seperti sedia kala
Kamu harus tegas untuk menjadi pintu bagi tetamu
Jangan beri sedikit celah saat kau lengah
Ini bukan hanya tentang egoku
Atau kebaikanmu saja
tapi sekaligus tentang restu-Nya...
Agustus merona, 2015
Ingin Menjadi RAMAHers yang Menginspirasi
"El, cepetlah bangun! 10 menit lagi mau azan loh. Sahur cepeettt,” paksa Rini sambil mengguncang-guncang
tubuhku.
Aku langsung menggeliat. Teringat bahwa Rini bukan
membangunkanku untuk sholat Subuh, tapi untuk sahur. Hiksss. Sampek nggak ngeh
kalau hari ini niat puasa Senin.
“Astaghfirullah. Rin, tolong ambilin nasiku ya!” pintaku
sebelum aku masuk ke toilet.
Rini ngerebus mie gelas rupanya. Langsung ku sikat tanpa
basa-basi karena memang ini jatahku.
“Ini mie gelasnya cuma 1 bungkus kan? Kok masih banyak Rin?
Rini makan pake apa rupanya?”
“Pake mie itu jugalah, tapi dikit aja ku makan.”
“Hukhss.. aku terharu Rin.”
“Eh, El, semalam kan Andin pulang jam 11, aku yang bukain
pintu. Dia bilang, **** nelvon dia loh, bahkan sampek mau ngajak Andin ketemuan
di luar. Udah gilak kan?”
“Astaghfirullah. Apalah maksudnya tuh orang. Nggak ada
segan-segannya apa!”
“Itulah, kasihan si Andin. Aku ndengerin dia cerita semalam
nggak terlalu nyimak karena ngantuk kali aku. Memang harus cepat-cepat pindah
Andin dari sini El.”
“Bener banget Rin. Udah tepat tuh keputusannya kemarin. Ya ampuuunn…”
“Eh, El tahu nggak, semalam Adek tuh sms aku malam-malam.”
“Haa, jam berapa tuh?”
“Jam… 1 malam loh.”
“Astaghfirullahal’aziiim… apalah maksudnya dia tuh! Apa katanya?”
“Dibilangnya; Kak Rini, apa kabar? Aneh kan? Penting kali SMS jam
segitu?”
“Ya Allah. Apalah
Adek tuuhhh. Parah.”
Minggu, 23 Agustus 2015
DREAM: Menerbitkan Buku untuk Membagikannya
Sambil menaiki motor maticnya
Joni yang dipinjam Yana,
“Dek, Kakak rindu suatu masa…”
“Masa menikah?” sela Yana.
“Bukaaannnn! Bukan masa yang itu, Dek.” Aku terpaksa mengulang kalimatku lagi, “Kakak rindu suatu masa, di mana saat itu uang bukan lagi menjadi hal yang Kakak kejar dari penerbitan buku. Saat itu, Kakak bukan lagi ingin menulis untuk dijual, tapi menulis untuk membagi ilmu. Misalnya kan, Kakak jalan-jalan ke suatu tempat, Kakak akan selalu bawa buku Kakak di dalam tas dan sebelum berpisah dengan seseorang, Kakak akan memberikan buku Kakak sebagai kenang-kenangan dari Kakak. Ntar kalau ditanya, ‘Ini berapa harganya, Dekk?’ dan Kakak akan menjawab, ‘Ini gratis Kak, buat Kakak. Dibaca yaaa’ duhh.. betapa indahnya ya Dek? Buku Kakak tersebar di mana-mana, bermanfaat dan memperluas persaudaraan dengan mereka juga.”
“Aha! Yana ada jalan pintas biar mimpi Kakak itu cepat terwujud Kak,” kata Yana di atas motor yang melaju. Yana ini punya banyak ide biasanya. Boleh juga nih!
“Apa apa apa Dek?” tanyaku antusias.
“Kakak sakiti aja si Lelek (baca: Romi). Terus, suruh dia berdoa biar mimpi Kakak itu cepat terkabul.”
Aku melongo. Berusaha mencerna saran di luar dugaan dari Yana itu. “Kok bisa gitu Dek?”
“Ya kan katanya doa orang yang teraniaya itu cepat dikabulkan Kak. Makanya Kakak sakiti aja dia terus minta dia berdoa yang baik-baik buat Kakak. Hahaaa.”
Ternyata kali ini aku salah duga dengan Yana. “Tulis di blog ah kalau gitu. keren juga ide Adek yaa. Hihiii.”
BERSAMBUNG...
“Dek, Kakak rindu suatu masa…”
“Masa menikah?” sela Yana.
“Bukaaannnn! Bukan masa yang itu, Dek.” Aku terpaksa mengulang kalimatku lagi, “Kakak rindu suatu masa, di mana saat itu uang bukan lagi menjadi hal yang Kakak kejar dari penerbitan buku. Saat itu, Kakak bukan lagi ingin menulis untuk dijual, tapi menulis untuk membagi ilmu. Misalnya kan, Kakak jalan-jalan ke suatu tempat, Kakak akan selalu bawa buku Kakak di dalam tas dan sebelum berpisah dengan seseorang, Kakak akan memberikan buku Kakak sebagai kenang-kenangan dari Kakak. Ntar kalau ditanya, ‘Ini berapa harganya, Dekk?’ dan Kakak akan menjawab, ‘Ini gratis Kak, buat Kakak. Dibaca yaaa’ duhh.. betapa indahnya ya Dek? Buku Kakak tersebar di mana-mana, bermanfaat dan memperluas persaudaraan dengan mereka juga.”
“Aha! Yana ada jalan pintas biar mimpi Kakak itu cepat terwujud Kak,” kata Yana di atas motor yang melaju. Yana ini punya banyak ide biasanya. Boleh juga nih!
“Apa apa apa Dek?” tanyaku antusias.
“Kakak sakiti aja si Lelek (baca: Romi). Terus, suruh dia berdoa biar mimpi Kakak itu cepat terkabul.”
Aku melongo. Berusaha mencerna saran di luar dugaan dari Yana itu. “Kok bisa gitu Dek?”
“Ya kan katanya doa orang yang teraniaya itu cepat dikabulkan Kak. Makanya Kakak sakiti aja dia terus minta dia berdoa yang baik-baik buat Kakak. Hahaaa.”
Ternyata kali ini aku salah duga dengan Yana. “Tulis di blog ah kalau gitu. keren juga ide Adek yaa. Hihiii.”
BERSAMBUNG...
Selamat Ulang Tahun Dek Ariska
Untukmu yang pernah berdamping-berpanggung denganku
Terimalah sajian doa yang tak kasat mata
Namun percayalah gemanya hingga ke Arash sana..
Selamat ulang tahun ya dekk…
Semoga umurmu yang telah berlalu mendapat pengampunan
Dan semoga yang baru menjelang diberi kemudahan
Tiada yang tersia dari setiap apa yang Allah cipta, dek
Percayalah itu adalah caranya mendewasanku
Karena tanpa kesulitan, kamu tak kan pernah lebih kuat.
Jagalah yang mesti adek jaga
Tunaikanlah yang wajib adek tunaikan
Segerakanlah yang mesti adek segerakan
Semoga setiap langkah menuai berkah..23 Agustus untukmu, 2015
Aku Takut Kalau Aku Takut
“Itu koe makan sedikit, apa nanti mau makan lagi?”
“Ya iyalah makan lagi, Mi. La jadi? Hehe.”
“Ya iyalah makan lagi, Mi. La jadi? Hehe.”
“Mending makan tu sekaligus banyak aja, daripada berulang
kali dan terus-terusan,” kata mami.
“Mbak itu Parenya ntar bonyok naa Mbak kalau nggak langsung
dimasak.”
“Bawalah ke sini Pare itu biar Ummi irisin.”
Aku menyerahkan 2 pare besar yang dibawa mami kemarin sore.
Nilam ikut bantuin ngirisin bawang dan aku langsung ngacir ke kamar Reni untuk
minjam kompor.
“Loh? Komporku ke mana ya?” aku baru nyadar kalau kompor
kecilku udah nggak ada lagi. Di antara 5 kompor yang ada di belakang, ada salah
satunya yang ku curigai. Ukurannya sama kayak punyaku tapi yang ini bersih
banget. Atau jangan-jangan itu adalah punyaku yang dipakai dengan seseorang
karena dilihatnya udah lama banget nggak berkutik dari tempatnya? Komporku itu
masih bagus walaupun udah bertahun-tahun nggak pernah dipake lagi, soalanya
tuas pemutarnya itu keras dan akunya emang males masak. Makanya, sekalinya
pengen masak, pinjam kompornya Reni aja bias cepat masaknya karena gede
kompornya. Hehe.
Sabtu, 22 Agustus 2015
Inspirasi: Medsos untuk Expansi Kebaikan
"Hiihiii.. Eh, Rin, aku menyadari suatu 1 lagi hikmah dari
medsos, yaitu dengannya kita bisa berbuat baik lebih banyak lagi ke orang lain
karena kita bisa mengidentifikasi kebutuhan orang lewat status atau
postingannya. Misalnya, ada yang update;
Duh, HP yang mau dijual belum laku-laku juga nih. Haaa… berarti si kawan itu sedang
butuh pembeli untuk HPnya? Kalau nggak ada medsos, kita nggak akan semudah itu
tahu si kawan-kawan yang lain sedang butuh apa. Ya kan?”
“Hemmm..arassooh.
Emang ngeri El ni pemikirannya.”
Tunggu yang Tak Tertunggu
Aku Menghargai Mami Mengerjaiku
Aku baru nyadar kalau kemarin nggak mengangsur tulisan sama
sekali. Ketika tulisan ini ku torehkan, aku sudah tidak berada pada harinya;
ini sudah hari Minggu, 23 Agustus 2015. Tapi, nggak apa-apa deh, insya Allah
aku masih bisa mengingat dengan detil tentang hari kemarin.
Bersyukur banget rasanya karena aku selalu punya waktu untuk
melunasi tulisan-tulisanku yang masih terhutang. Yang kadang menggelisahkan
adalah masihkah aku menyempatkan diri untuk menulis diary ketika tiba masanya
aku benar-benar sibuk dan tidak sanggup lagi menulis di jam-jam biasanya
menulis? Semoga. Semoga Allah senantiasa meneguhkan niat dan ingatku untuk
menulis. Aamiin.
Banyak hal yang
ternyata kita sombongkan ya mak. Mulai dari harta, kemudahan dan waktu luang.
Adek hanya bisa baca blog mak sepenggal-sepenggal karena keterbatasan mak.
Teguh | Received 00.14wib | 22-08-2015
Cepatlah pulang dek.
Mak menunggumu…
Jumat, 21 Agustus 2015
Inspirasi: Jodoh Bukanlah Tumpuan Harapan
Jodoh itu adalah cerminan diri, bukan tumpuan harapan. Jika anda tidak berbahagia dengan diri anda sendiri, anda akan sulit bahagia bersamanya. Andalah harapan pertama bagi diri anda. Cintailah dia, tapi jangan berharap kepadanya. Cintailah dia dan berharaplah hanya kepada Tuhan. Agar Dia memberkahi perjodohan anda. (Quotes by Mario Teguh)
"Kalau ingin mendapatkan laki-laki yang berkelas, jadilah wanita yang berkelas. Tapi, berkelas itu tidak sama dengan MAHAL. Laki-laki yang tertarik kepada wanita yang kebiasaannya MAHAL, itu biasanya tidak serius. Laki-laki yang serius itu menginginkan istri yang bersahaya dan bisa merawat kekayaan. Banyak orang yang berkata; 'Aku mencintaimu karena Allah' tapi rata-rata tidak bisa menjelaskan apa maksudnya sampai dia berhenti berharap kepada calon jodohnya, (berharap hanya kepada Tuhan) sambil memantaskan diri bagi seindah-indahnya belahan jiwa.
"Kalau ingin mendapatkan laki-laki yang berkelas, jadilah wanita yang berkelas. Tapi, berkelas itu tidak sama dengan MAHAL. Laki-laki yang tertarik kepada wanita yang kebiasaannya MAHAL, itu biasanya tidak serius. Laki-laki yang serius itu menginginkan istri yang bersahaya dan bisa merawat kekayaan. Banyak orang yang berkata; 'Aku mencintaimu karena Allah' tapi rata-rata tidak bisa menjelaskan apa maksudnya sampai dia berhenti berharap kepada calon jodohnya, (berharap hanya kepada Tuhan) sambil memantaskan diri bagi seindah-indahnya belahan jiwa.
Tentang Pengakuan
Kita berdua baru saja saling mengaku
Untukmu yang di sisi, Agustus 2015
Aku mengakui dulu tidak merasa erat hati denganmu
Hanya bercerita saat tak sanggup diam
Kau pun mengakui hal yang tak jauh beda
Hanya teman sekamarmu
Hanya berdekatan raga tanpa harus bererat rasa
Kita sama-sama tak saling dekat dulu
Tapi kini, kita jadi tak kenal jarak lagi.
Untukmu yang di sisi, Agustus 2015
Semuanya Bermula dari Gigi
HPku bergetar. Ku picingkan mata. Ternyata Novi yang
menelvonku…
Ku reject
panggilannya. Malu kalau ketahuan baru bangun. Hikksss. Eh, udah jam 9.08wib
ternyata. Hoaaammm. Aku langsung ngacir kekamar mandi. 15 menit kemudian, aku
melaju menuju kosan Novi. *eh, semoga 15 menitnya emang pas ya.
“Heiii,” sapa Novi yang ternyata udah ready di depan kosnya.
“Maap ya Cekkk.. Tadi eke ngetik sampai ketiduran. Hiksss.
Waktu Novi SMS itu baru aja bangun.”
“Huuu…pantesan kok Novi SMS nggak ada direspon.”
“Rok Novi dipegang ya, awas masuk ke dalam rantai.”
“Iya Cekkk..”
Kamis, 20 Agustus 2015
Kesulitan yang menguatkan
Tidak ada yang kuat tanpa sulit
Semakin besar kesulitan, semakin besar perkembangan
Tanpa kesulitan, kita tidak jadi lebih kuat
Tuhan membagi rahmatnya dalam bentuk kesulitan
Yang bertambah kekuatan atas kesulitan itu adalah yang berfikir
Tuhan sedang melatih kita
Kesulitan yang menguatkan dalam Agustus 2015
Inspirasi; Passionmu adalah Kekhususanmu
"Rin, ntar kalau potinganku di blog udah mencapai 1000, aku akan berhenti memposting dan pergi untuk selama-lamanya," kataku, seperti pemain sinetron yang sedang berakting.
"Apalah El nih! Nanti beneran baru tahu rasa."
"Lagian aku bercanda pun Rin.."
"Aku pun nggak percaya El bakal berhenti memposting. Kata-kata tuh dipegang, awas ya nanti kalau masih juga memposing!"
"Hehhe..nggak, nggak, nggak dooh. Eh, Rin, emang ya, kalau kita udah nemuin Passion kita tuh selalu aja ada alasan dan cara untuk melakukannya. Sampai nggak tahu waktu dan kenal istirahat pun dijalanin. Kayak aku contohnya, semenjak kenal dengan blog ya setiap kali ada waktu nganggur, aku langsung nulis. Alhamdulillah, aku udah ketemu passionku."
"Arassooh."
"Mungkin, kalau aku udah kenal blog sejak kecil, udah jutaan cerita ntah apa-apa yang ku posting di sini Riin. hehe."
"Iya, bener. Untung kenalnya baru-baru ini aja. Ini pun udah autis kali El dibuatnya."
"Apalah El nih! Nanti beneran baru tahu rasa."
"Lagian aku bercanda pun Rin.."
"Aku pun nggak percaya El bakal berhenti memposting. Kata-kata tuh dipegang, awas ya nanti kalau masih juga memposing!"
"Hehhe..nggak, nggak, nggak dooh. Eh, Rin, emang ya, kalau kita udah nemuin Passion kita tuh selalu aja ada alasan dan cara untuk melakukannya. Sampai nggak tahu waktu dan kenal istirahat pun dijalanin. Kayak aku contohnya, semenjak kenal dengan blog ya setiap kali ada waktu nganggur, aku langsung nulis. Alhamdulillah, aku udah ketemu passionku."
"Arassooh."
"Mungkin, kalau aku udah kenal blog sejak kecil, udah jutaan cerita ntah apa-apa yang ku posting di sini Riin. hehe."
"Iya, bener. Untung kenalnya baru-baru ini aja. Ini pun udah autis kali El dibuatnya."
Kewajiban tetaplah Kewajiban, Besar atau Kecil
“Rin, ternyata dengan menyelesaikan hal-hal kecil, kita bisa
menjadi sangat lega dan bahagia. Tapi, meskipun menurut kita kecil, yang
namanya kewajiban itu ya tetap kewajiban yang harus sesegera mungkin
diselesaikan. Dan, aku sangat lega banget udah melakukan 3 hal tadi.”
“Arasssooohh. Kalau kita tumpuk-tumpuk, justru hal-hal kecil
itu jadi beban berat kan di fikiran.”
“Yuhuuu Riin.”
Aku baru saja menemui bu Tiko untuk menyerahkan sertifikat
dan honor juri MAWAPRES kemarin. Aku juga udah selesai legalisir sertifikat PPL
dan udah memfoto kopi persyaratan bebas Pustaka Wilayah. Yuhuuu… makanya, aku
lega banget sekarang dan mungkin akan menjadi jauh lebih lega kalau aku semakin
cepat menyelesaikan yang lainnya. Karena, dalam hukum KEWAJIBAN, sebenarnya
semua KEWAJIBAN adalah KEWAJIBAN; nggak ada yang besar dan nggak ada yang kecil
karena semuanya WAJIB diselesaikan.
“Lah Rin, motor kita kenapa ini?”
“Habis minyak nggak El?”
Aku langsung mengegas motor ini dengan sisa minyak yang ada.
Setidaknya, kalau memang mogok, motor ini udah sampai barrier gate. Jadi, bisa
minta tolong sama satpamnya cariin minyak hehee…
“Yah, yah, yaaaaaaahhh,” GLEK, baru aja motor berhenti.
Langsung aja, tanpa menunggu pertolongan dari siapa-siapa,
ku dorong motorku sejauh 20 meter menuju penjual bensin. Si satpam yang ku
harapkan itu bahkan tidak menegur kami sama sekali. *Emang siapa kali gue harus
ditegur sama mereka? #Ya kan setidaknya mereka nanya, ‘Kenapa motornya Dek?’
Ini nggak ada sama sekali. *Itu mah, ngarep dot kom namanya. Hihii
“I same you same
ya Rin bayarnya.”
“Ukeeehhh,” jawab Rini.
Rabu, 19 Agustus 2015
Jodoh Pasti Berjodoh
Hal yang 'sesuatu' banget itu adalah ketika aku berniat untuk
ber-MOTOR FREE DAY ke kampus dan ternyata pas sampai di kampus aku baru sadar
bahwa HPku tertinggal. Astaghfirullah.. Sebenarnya tentang kasus tertinggal ini dan itu bukanlah hal baru dalam hidup seorang Elysa. hihii. Tugas selama sekolah dan kuliah pun sering banget tertinggal bahkan belum dikerjakan. hikss.
Aku beranjak dari ruang tunggu, mendekati stafnya pak
Suarman. “Bang, boleh saya pinjam HPnya untuk SMS Pak Suarman?”
“Boleh, silahkan.”
Assalamualaikum Pak. Bapak sedang di mana? Elysa mau bimbingan sama bapak kalau bapak ada waktu. Elysa udah di ruangan bapak ni..
Bentar yaa…
Demikianlah balasan pak Suarman atas SMSku. Ademmmm banget
bacanya. Makasih ya Allah udah menganugerahiku PA sebaik pak Suarman. Huhuuu.
Sambil menunggu pak Suarman, aku baca-baca Koran dan selfian, hehe. Emang ya,
kalau mau baca Koran yang up to date
itu harus rajin-rajin nongkrong di Fakultas, BEM, Balai Bahasa atau Rektorat.
Hemmm…
“Duduklah di sini, silahkan… Elysa di dalam ya duduknya,”
pinta pak Suarman. Ada 3 mahasiswa (Sepertinya sedang S2) yang berbincang
(mungkin sedang konsultasi tesis) dengan pak Suarman. Aku duduk di dalam
ruangan pak Suarman sambil mengetik tulisan ini. hehe.
“Gimana proposal Elysa?” tanya pak Suarman ketika ia masuk
ke dalam untuk mengambil sesuatu.
“Udah diACC sama Pak Danur kemarin Pak.”
“Emmm…berarti saya juga tinggal tanda tangan kan?” tanya pak
Suarman, enteng.
“Hemmm…masalahnya Pak, ada masalah.”
“Masalah apa?”
“Pak, Danurnya nggak setuju dengan tulisan Elysa ini.”
“Ohh…gituuu,” ujarnya sambil ke luar kemudia berbincang lagi
dengan 3 mahasiswanya.
Melihat pak Suarman, aku jadi teringat dengan mimpiku untuk
bisa SELALU ADA untuk orang lain yang membutuhkanku. Tapi, aku harus
menyelesaikan diriku dulu; Merapikan yang berserak dan menyelesaikan yang belum
selesai. Terutama ya yang satu ini; Aku harus nyelesaikan SKRIPSI ini segera
pemirsaaa.. doain yak ^_^
Bukan tentang Tolak-Menolak
Ini bukan tentang mengapa aku menolak
Tapi tentang mengapa waktumu tak tepat.
Aku ingin cepat namun tepat
Kau tak perlu cepat dan tak tetap.
Bukankah menunda sesuatu adalah lebih baik daripada
mempercepat yang tak tepat?
Aku menolak
Karena itu yang terbaik
Untuk segala
Agustus yang dilemma, 2015
Langganan:
Postingan (Atom)